Tanpa Daya Melawan Brasil, Garuda Muda Terancam Gugur di Fase Grup
- Instagram @erickthohir
Peluang pertama babak kedua datang lewat Ze Lucas, tapi tendangannya melambung tipis di atas mistar. Indonesia sempat menciptakan serangan balik, tapi transisi terlalu lambat dan akurasi umpan masih jauh dari ideal.
Pada menit ke-75, Ruan Pablo menutup pesta dengan gol spektakuler sepakan keras dari luar kotak penalti yang tak bisa dijangkau Dafa. Skor akhir: 4-0.
Di menit-menit akhir, Zahaby Gholy nyaris mempermalukan Brasil dengan tendangan jarak jauh, namun bola menyamping di sisi kanan gawang. Itu satu-satunya peluang berbahaya Indonesia sepanjang laga.
Analisis Taktik: Di Mana Letak Kegagalan Garuda Muda?
Beberapa kelemahan mendasar terlihat jelas:
1. Transisi Bertahan Tidak Cepat
Pemain Indonesia kerap terlambat kembali saat kehilangan bola, memberi ruang bagi Brasil untuk membangun serangan berlapis.
2. Kurangnya Tekanan di Lini Tengah
Lini tengah Garuda Muda seperti “menghilang” saat Brasil menguasai bola. Tidak ada pressing ketat, sehingga lawan leluasa mengalirkan umpan.
3. Mental Bertanding di Level Dunia
Banyak pemain terlihat gugup, terutama saat menghadapi tekanan di area pertahanan. Kesalahan individu seperti gol bunuh diri Panji adalah cerminan kurangnya kematangan mental di panggung global.
4. Keterbatasan Variasi Serangan
Indonesia nyaris tidak memiliki rencana B. Serangan hanya mengandalkan sayap kiri, dan umpan silang sering gagal menemukan target.
Klasemen Grup H: Indonesia Terancam Gugur
Brasil (6)
Zambia (3)
Indonesia (0)
Republik Ceko (0)
Indonesia akan menghadapi Republik Ceko di laga terakhir. Namun, peluang lolos sangat tipis:
- Jika menang, Indonesia butuh Zambia kalah dari Brasil dan unggul dalam selisih gol.
- Jika seri atau kalah, Garuda Muda pasti tersingkir.
Respons Nova Arianto: Antara Pasrah dan Apresiasi
Usai pertandingan, Nova Arianto menyatakan:
“Saya cukup senang dengan semangat dan perjuangan anak-anak. Mereka bermain maksimal meski kalah. Kami tahu Brasil adalah tim level atas, juara bertahan, dan calon juara.”
Pernyataan ini menuai kritik dari sebagian suporter yang menilai pelatih terlalu lunak dan tidak menunjukkan rasa urgensi. Namun, di sisi lain, banyak yang memahami bahwa melawan Brasil di Piala Dunia U-17 memang seperti melawan raksasa.