Menguak Tirai Mary Geoise: Siapa Sebenarnya Tenryubito, 'Tuhan' yang Paling Dibenci di Dunia One Piece?
- One Piece Fandom
Gadget – Bagi penggemar One Piece, mendengar nama Tenryubito langsung memicu emosi. Mereka bukan bajak laut legendaris atau laksamana berkuasa, melainkan Kaum Naga Langit, sosok yang mewakili ketidakadilan paling kelam di dunia ciptaan Eiichiro Oda. Dengan arogansi yang mencekik, mereka berjalan di atas penderitaan orang lain, seolah-olah dunia adalah milik mereka. Tapi, apa yang membuat mereka begitu ditakuti sekaligus dibenci? Mari kita telusuri rahasia di balik tirai Mary Geoise.
Asal-Usul Tenryubito: Keturunan "Pencipta" Dunia
Untuk memahami Tenryubito, kita perlu melangkah mundur ke masa 800 tahun lalu, sebelum era Abad Kekosongan. Saat itu, 20 kerajaan bersatu untuk menggulingkan Kerajaan Kuno yang misterius. Kemenangan mereka melahirkan Pemerintahan Dunia, dan 19 dari 20 keluarga kerajaan memilih bermukim di Mary Geoise, pusat kekuasaan dunia. Keturunan 19 keluarga ini kini dikenal sebagai Kaum Naga Langit, yang menganggap diri mereka sebagai "Tuhan" di bumi.
Satu keluarga, Nefertari dari Alabasta, menolak bergabung. Pilihan ini membuat mereka dicap pengkhianat oleh Tenryubito, tapi dihormati oleh dunia. Dari sinilah cerita tentang kekuasaan absolut dan arogansi dimulai.
Kekuasaan Tanpa Batas: Mengapa Tenryubito Tak Tersentuh?
Kaum Naga Langit hidup di luar hukum. Mereka bisa melakukan apa saja—membunuh, memperbudak, atau merampas—tanpa konsekuensi. Bahkan, menyentuh mereka dianggap kejahatan besar. Dengan hak istimewa ini, mereka memiliki kuasa untuk memanggil Laksamana Angkatan Laut, kekuatan militer terkuat, untuk menghancurkan siapa pun yang mengancam. Inilah alasan mengapa dunia gemetar di hadapan mereka.
Ciri khas mereka, gelembung resin di kepala, bukan sekadar aksesori. Itu adalah simbol arogansi, penolakan mereka untuk menghirup udara yang sama dengan rakyat biasa. Gaya hidup mewah mereka, lengkap dengan koleksi manusia sebagai budak, memperlihatkan betapa jauhnya mereka dari kemanusiaan.