Dibalik Perebutan Crimea: Alasan Strategis dan Sejarah yang Membuatnya Kontroversial!
- Wikimedia
Namun, Ukraina tidak tinggal diam. Dengan menggunakan rudal presisi dan drone murah, pasukan Ukraina berhasil mengimbangi kekuatan militer Rusia di wilayah tersebut. Serangan ke Jembatan Kerch dan pelabuhan Novorossiysk menjadi contoh ketegasan Kyiv dalam melawan dominasi Moskwa.
Menurut Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina, pengakuan Crimea sebagai wilayah Rusia sama saja memberikan keuntungan strategis kepada Moskwa. Hal ini dapat memperkuat posisi militer Rusia dan membuka jalan bagi serangan lanjutan.
Identitas Etnis Tatar Crimea dan Luka Sejarah
Sengketa Crimea juga melibatkan komunitas etnis Tatar Crimea, kelompok Muslim yang telah tinggal di wilayah tersebut sejak abad ke-15. Namun, sejarah mereka penuh penderitaan, terutama setelah Rusia merebut Crimea pada tahun 1783. Pada masa pemerintahan Joseph Stalin tahun 1944, seluruh populasi Tatar Crimea dideportasi secara paksa ke Asia Tengah.
Kini, penduduk Crimea mayoritas adalah penutur bahasa Rusia (sekitar 76%), sementara populasi Tatar hanya menyusut menjadi sekitar 13%. Bagi banyak warga Tatar, kembalinya Crimea ke Ukraina adalah harapan yang terus menyala, terutama karena memori pahit deportasi masih membekas.
"Jika kita tidak berjuang secara politik untuk Crimea, itu berarti kita membiarkan pembunuhan, pengubahan hukum geopolitik, pencurian tanah, dan perang menjadi hal yang sah," ujar seorang aktivis Tatar Crimea.