Smartphone Makin Mahal! Xiaomi Akui Harga Redmi K90 Pro Naik Gara-Gara DRAM
- Jagat Gadget
Perbedaan harga ini memicu gelombang keluhan di forum teknologi Tiongkok seperti Xiaomi Community dan Weibo. Banyak pengguna merasa kecewa karena kenaikan harga tidak sebanding dengan peningkatan fitur, terutama di segmen mid-range yang selama ini menjadi andalan Xiaomi untuk menarik konsumen sensitif harga.
Respons Xiaomi: Potongan Harga Sementara untuk Redam Kritik
Merespons tekanan publik, Xiaomi mengambil langkah cepat: memberikan diskon 300 yuan untuk varian 12 GB RAM + 512 GB penyimpanan selama bulan pertama peluncuran. Strategi ini bertujuan ganda:
- Meredam kemarahan komunitas penggemar.
- Meningkatkan volume penjualan awal untuk menyaingi rival seperti Realme dan iQOO.
Namun, langkah ini bersifat sementara. Setelah masa promosi berakhir, harga kembali normal—dan konsumen tetap harus membayar lebih mahal dibanding generasi sebelumnya.
Apakah Kenaikan Harga Ini Akan Menyebar ke Model Lain?
Saat ini, kenaikan harga hanya berlaku untuk Redmi K90 Pro, yang menggunakan DRAM LPDDR5X berkecepatan tinggi—komponen yang paling terdampak kelangkaan. Namun, Xiaomi belum memberikan kepastian apakah model lain seperti Redmi Note 14, Poco F6, atau bahkan seri Xiaomi 15 akan ikut mengalami penyesuaian harga.
Jika tren kenaikan DRAM berlanjut hingga kuartal IV 2025, kemungkinan besar semua vendor smartphone akan terpaksa menaikkan harga, termasuk Apple dan Samsung—meski mereka memiliki daya tawar lebih besar dalam rantai pasok.
Dilema Industri: Naikkan Harga atau Pangkas Margin?
Di tengah tekanan biaya, produsen smartphone dihadapkan pada pilihan sulit:
- Menyerap kenaikan biaya dengan memangkas margin keuntungan—berisiko bagi profitabilitas.
- Meneruskan kenaikan ke konsumen—berisiko kehilangan pangsa pasar di tengah persaingan ketat.
Xiaomi, yang selama ini dikenal dengan strategi “harga agresif”, tampaknya memilih opsi kedua—tapi dengan kompensasi promosi jangka pendek. Pendekatan ini mencerminkan realitas baru di industri: bahkan merek yang fokus pada efisiensi biaya pun tak kebal terhadap gejolak pasar komponen global.
Dampak Jangka Panjang: Smartphone Bisa Jadi Lebih Mahal Secara Permanen
Jika permintaan AI terus tumbuh—dan proyeksi menunjukkan itu akan terjadi—maka pasokan DRAM untuk perangkat konsumen mungkin tidak akan kembali ke level sebelumnya. Artinya, kenaikan harga smartphone bukan lagi fenomena sementara, melainkan pergeseran struktural dalam ekosistem teknologi.