Smartphone Makin Mahal! Xiaomi Akui Harga Redmi K90 Pro Naik Gara-Gara DRAM

Smartphone Makin Mahal! Xiaomi Akui Harga Redmi K90 Pro Naik Gara-Gara DRAM
Sumber :
  • Jagat Gadget

Gadget – Lonjakan harga memori DRAM (Dynamic Random-Access Memory) di pasar global kini mulai berdampak nyata pada industri smartphone. Tak terkecuali raksasa teknologi asal Tiongkok, Xiaomi, yang secara terbuka mengakui bahwa kenaikan biaya komponen ini telah memaksa mereka menyesuaikan harga jual seri terbarunya—Redmi K90 Pro.

Xiaomi Tantang Apple! Hyper Island Disebut Lebih Canggih dari Dynamic Island iPhone

Fenomena ini bukan sekadar isu pasokan biasa. Di balik kenaikan harga DRAM terdapat pergeseran besar dalam ekosistem teknologi global, terutama dorongan masif dari sektor kecerdasan buatan (AI) yang mengubah prioritas produsen chip dunia. Akibatnya, konsumen smartphone—termasuk penggemar Xiaomi—harus membayar lebih untuk perangkat yang seharusnya menjadi andalan dengan harga terjangkau.

Artikel ini mengupas tuntas penyebab kenaikan harga DRAM, dampaknya terhadap strategi Xiaomi, respons pasar, dan proyeksi ke depan bagi industri smartphone global.

Jangan Tertipu! Ini Fakta di Balik “Extra RAM” Xiaomi yang Disebut 16GB

Mengapa Harga DRAM Dunia Naik? Peran Besar AI dalam Krisis Pasokan

DRAM merupakan komponen vital dalam setiap perangkat elektronik modern—dari smartphone hingga server data center. Namun, sejak awal 2025, harga DRAM mulai merangkak naik secara signifikan, mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Hyper Island Xiaomi Akhirnya bisa untuk Redmi & Poco, Cek Apakah HP Anda Termasuk

Penyebab utamanya? Ledakan permintaan dari sektor kecerdasan buatan (AI).

Raksasa semikonduktor seperti Samsung Electronics dan SK Hynix—dua pemain dominan yang menguasai lebih dari 70% pasar DRAM global—kini mengalihkan kapasitas produksinya ke memori berkecepatan tinggi seperti HBM (High Bandwidth Memory) dan LPDDR5X, yang dibutuhkan untuk pelatihan dan inferensi model AI skala besar.

Akibatnya, pasokan DRAM konvensional untuk smartphone dan perangkat konsumen menipis. Menurut laporan TrendForce (Oktober 2025), harga DRAM mobile naik 18–22% kuartal ini, dan diprediksi akan terus meningkat hingga akhir tahun.

Xiaomi Terkena Imbas Langsung: Redmi K90 Pro Jadi Korban Pertama

Dalam unggahan resmi di media sosial, Lu Weibing, Presiden Xiaomi Group sekaligus kepala bisnis smartphone, mengakui bahwa biaya memori melonjak “jauh di luar perkiraan”. Lonjakan ini langsung berdampak pada biaya produksi Redmi K90 Pro—flagship mid-range terbaru dari sub-merek Redmi.

Sebagai perbandingan:

  • Redmi K80 (2024) dengan RAM 12 GB + penyimpanan 256 GB dijual seharga 2.299 yuan.
  • Redmi K90 Pro (2025) dengan spesifikasi serupa kini dibanderol 2.599 yuan—kenaikan 300 yuan (sekitar Rp650 ribu).

Perbedaan harga ini memicu gelombang keluhan di forum teknologi Tiongkok seperti Xiaomi Community dan Weibo. Banyak pengguna merasa kecewa karena kenaikan harga tidak sebanding dengan peningkatan fitur, terutama di segmen mid-range yang selama ini menjadi andalan Xiaomi untuk menarik konsumen sensitif harga.

Respons Xiaomi: Potongan Harga Sementara untuk Redam Kritik

Merespons tekanan publik, Xiaomi mengambil langkah cepat: memberikan diskon 300 yuan untuk varian 12 GB RAM + 512 GB penyimpanan selama bulan pertama peluncuran. Strategi ini bertujuan ganda:

  • Meredam kemarahan komunitas penggemar.
  • Meningkatkan volume penjualan awal untuk menyaingi rival seperti Realme dan iQOO.

Namun, langkah ini bersifat sementara. Setelah masa promosi berakhir, harga kembali normal—dan konsumen tetap harus membayar lebih mahal dibanding generasi sebelumnya.

Apakah Kenaikan Harga Ini Akan Menyebar ke Model Lain?

Saat ini, kenaikan harga hanya berlaku untuk Redmi K90 Pro, yang menggunakan DRAM LPDDR5X berkecepatan tinggi—komponen yang paling terdampak kelangkaan. Namun, Xiaomi belum memberikan kepastian apakah model lain seperti Redmi Note 14, Poco F6, atau bahkan seri Xiaomi 15 akan ikut mengalami penyesuaian harga.

Jika tren kenaikan DRAM berlanjut hingga kuartal IV 2025, kemungkinan besar semua vendor smartphone akan terpaksa menaikkan harga, termasuk Apple dan Samsung—meski mereka memiliki daya tawar lebih besar dalam rantai pasok.

Dilema Industri: Naikkan Harga atau Pangkas Margin?

Di tengah tekanan biaya, produsen smartphone dihadapkan pada pilihan sulit:

  • Menyerap kenaikan biaya dengan memangkas margin keuntungan—berisiko bagi profitabilitas.
  • Meneruskan kenaikan ke konsumen—berisiko kehilangan pangsa pasar di tengah persaingan ketat.

Xiaomi, yang selama ini dikenal dengan strategi “harga agresif”, tampaknya memilih opsi kedua—tapi dengan kompensasi promosi jangka pendek. Pendekatan ini mencerminkan realitas baru di industri: bahkan merek yang fokus pada efisiensi biaya pun tak kebal terhadap gejolak pasar komponen global.

Dampak Jangka Panjang: Smartphone Bisa Jadi Lebih Mahal Secara Permanen

Jika permintaan AI terus tumbuh—dan proyeksi menunjukkan itu akan terjadi—maka pasokan DRAM untuk perangkat konsumen mungkin tidak akan kembali ke level sebelumnya. Artinya, kenaikan harga smartphone bukan lagi fenomena sementara, melainkan pergeseran struktural dalam ekosistem teknologi.

Beberapa analis memperkirakan bahwa harga rata-rata smartphone global akan naik 5–10% pada 2026, terutama di segmen menengah ke atas yang menggunakan memori berkinerja tinggi.

Apa yang Bisa Dilakukan Konsumen?

Bagi pengguna, ada beberapa strategi untuk menghadapi tren ini:

  • Beli smartphone generasi sebelumnya yang harganya sudah turun.
  • Tunggu promo besar seperti Singles’ Day (11.11) atau Black Friday.
  • Pertimbangkan merek dengan cadangan stok komponen yang lebih stabil.
  • Fokus pada nilai jangka panjang, bukan hanya harga awal.

Kesimpulan: Era Smartphone Murah Mulai Berakhir?

Kenaikan harga DRAM akibat ledakan AI menandai titik balik dalam industri smartphone. Xiaomi, yang selama ini menjadi simbol aksesibilitas teknologi, kini terpaksa menaikkan harga—sebuah sinyal kuat bahwa tekanan biaya global tak bisa lagi dihindari.

Meski Redmi K90 Pro masih menawarkan rasio harga-kinerja yang kompetitif, kenaikan ini menjadi pengingat: di era AI, semua teknologi—bahkan yang paling terjangkau—akan terkena dampaknya.

Bagi Xiaomi dan kompetitor, tantangannya kini bukan hanya inovasi produk, tapi juga menjaga kepercayaan konsumen di tengah kenaikan harga yang tak terhindarkan.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget