Fenomena "Brain Rot": Konsumsi Konten Receh Bisa Merusak Fungsi Otak!
- Dok. Spiegel
Gadget – Istilah "brain rot" kini menjadi topik hangat, terutama di kalangan Generasi Alpha. Fenomena ini merujuk pada kemerosotan kemampuan otak akibat terlalu sering mengonsumsi konten receh di media sosial.
Menurut laman resmi Oxford University Press, "brain rot" didefinisikan sebagai penurunan fungsi otak akibat paparan berlebihan terhadap konten daring yang berkualitas rendah atau kurang bermakna. Istilah ini mulai populer di media sosial, terutama di TikTok, dan menyebar luas ke berbagai platform digital.
Fenomena yang Mengkhawatirkan
Para peneliti dari Oxford University Press mencatat bahwa "brain rot" menjadi salah satu kekhawatiran besar pada tahun 2024. Dampaknya tidak hanya merugikan secara individu, tetapi juga memengaruhi masyarakat secara kolektif.
"Para ahli kami memperhatikan bahwa istilah 'brain rot' semakin sering digunakan untuk menggambarkan efek buruk konsumsi konten receh yang berlebihan," tulis pihak Oxford University Press dalam pernyataan resminya pada 25 Desember 2024.
Awalnya, istilah ini hanya digunakan di lingkup komunitas daring. Namun, kini istilah tersebut telah merambah ke jurnalisme arus utama dan diskusi publik. Banyak pihak mulai mempertanyakan apakah kebiasaan scrolling tanpa henti di media sosial telah menciptakan "kebiasaan buruk" yang merusak otak.
Dampak Buruk Konsumsi Konten Receh
Konsumsi konten receh sering kali dikaitkan dengan menurunnya kemampuan kognitif, fokus, dan kreativitas. Hal ini juga dapat memicu kecemasan, stres, dan bahkan depresi akibat paparan informasi yang berlebihan.
Taufiq Pasiak, seorang ilmuwan neurosains sekaligus CEO Sekolah Otak Indonesia, menjelaskan bahwa otak manusia sebenarnya mampu pulih dari kondisi ini. Kemampuan tersebut dikenal dengan istilah neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk beradaptasi dan memperbaiki diri dari kerusakan yang terjadi.
"Pada dasarnya, brain rot bisa disembuhkan. Otak kita memiliki sifat neuroplastisitas," ujar Taufiq ketika diwawancarai oleh Kompas.com.
Apa Itu Neuroplastisitas?
Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk mengubah struktur dan fungsinya sebagai respons terhadap berbagai rangsangan. Dengan kata lain, otak dapat memulihkan diri jika diberikan stimulasi yang tepat.
Sebagai contoh, mengurangi konsumsi konten berkualitas rendah dan menggantinya dengan aktivitas yang melibatkan kreativitas atau belajar hal baru dapat membantu otak kembali ke kondisi optimal. Aktivitas seperti membaca buku, bermain alat musik, atau bahkan berdiskusi tentang isu-isu penting bisa menjadi langkah awal.