Inilah Cara Jepang Gunakan AI untuk Selamatkan Ratusan Jiwa dari Gempa!
- Wikimedia
Indonesia, sebagai negara yang juga berada di Cincin Api Pasifik, memiliki potensi risiko bencana yang sama tingginya dengan Jepang. Namun, menurut Hidayat, sistem peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia masih tertinggal dibandingkan J-Alert. "Kita sudah mulai menggunakan teknologi AI, tapi masih jauh dari sempurna jika dibandingkan dengan Jepang," katanya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) RI menunjukkan bahwa dari total 75 ribu desa di Indonesia, sekitar 52 ribu desa berada di zona rawan bencana. Bahkan, 75% sekolah-sekolah di Indonesia terletak di daerah berisiko tinggi. "Indonesia adalah 'laboratorium' bencana karena berbagai jenis bencana, baik hidrometeorologi maupun geofisik, sering terjadi di sini," ungkap Hidayat.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat dalam membangun budaya tangguh bencana. "Pendidikan mitigasi bencana harus diperkuat agar selaras dengan pengembangan teknologi sistem peringatan dini," tambahnya.
Inovasi BMKG: Pengembangan Sispro Merah Putih
BMKG sendiri sedang dalam proses implementasi System Processing (Sispro) Merah Putih , sebuah sistem berbasis AI yang dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi informasi gempa bumi serta tsunami. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa sistem ini telah mempertimbangkan kedalaman sumber gempa sebagai dasar pemodelan tsunami, sesuatu yang belum sepenuhnya terakomodasi dalam sistem sebelumnya.
"Kami tengah mengembangkan Sispro tahap kedua, termasuk pemanfaatan super komputer yang telah disiapkan khusus untuk proyek ini," kata Dwikorita dalam keterangan pers pada 16 April 2025. Meskipun demikian, beberapa aspek seperti spesifikasi komputer dan proses simulasi masih memerlukan perbaikan.
Dwikorita menegaskan bahwa pengembangan Sispro Merah Putih adalah investasi jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan keselamatan rakyat Indonesia. "Ini bukanlah proyek instan, melainkan langkah maju menuju mitigasi bencana yang lebih baik," tuturnya.