Inilah Cara Jepang Gunakan AI untuk Selamatkan Ratusan Jiwa dari Gempa!
- Wikimedia
Gadget – Jepang, negara yang terletak di wilayah Cincin Api Pasifik dengan tingkat aktivitas gempa bumi tertinggi di dunia, telah menunjukkan kemajuan luar biasa dalam memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mitigasi bencana. Salah satu inovasi utamanya adalah sistem peringatan dini gempa bernama J-Alert , yang mampu memberikan notifikasi kepada masyarakat hanya dalam waktu 3-5 detik sebelum gempa mencapai suatu wilayah.
Sistem ini bukan hanya sekadar alat pemberitahuan; melainkan bagian integral dari strategi Jepang dalam membangun budaya tangguh bencana. Melalui pendekatan yang menggabungkan teknologi canggih dan kesadaran masyarakat, Jepang berhasil mengurangi jumlah korban jiwa akibat bencana secara signifikan.
Bagaimana AI Membuat J-Alert Lebih Efektif?
Head of Center for Crisis and Resilience Studies LSPR, Muhamad Hidayat, menjelaskan bahwa keberhasilan J-Alert tidak hanya bergantung pada teknologi AI saja, tetapi juga pada infrastruktur dan edukasi masyarakat. "Sistem peringatan dini seperti J-Alert merupakan salah satu kunci penting dalam menciptakan budaya yang tangguh terhadap bencana," ujar Hidayat dalam konferensi pers bertajuk "Membangun Budaya Tangguh Bencana" di Hotel Santika Premiere Bintaro, Tangerang Selatan, pada Jumat, 23 Mei 2025.
Menurut Hidayat, meskipun notifikasi hanya diberikan beberapa detik sebelum gempa terjadi, dampaknya sangat besar. "Dalam hitungan detik itu, masyarakat yang sudah teredukasi dapat langsung melakukan tindakan penyelamatan diri. Misalnya, berlindung di bawah meja atau memastikan posisi aman saat guncangan terjadi," tambahnya.
Keefektifan J-Alert juga didukung oleh regulasi ketat terkait pembangunan infrastruktur yang harus tahan gempa. Selain itu, disiplin tinggi masyarakat Jepang dalam mengikuti protokol mitigasi menjadi faktor penentu dalam mengurangi kerugian akibat bencana.
Pelajaran bagi Indonesia: Menuju Sistem Peringatan Dini yang Lebih Baik
Indonesia, sebagai negara yang juga berada di Cincin Api Pasifik, memiliki potensi risiko bencana yang sama tingginya dengan Jepang. Namun, menurut Hidayat, sistem peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia masih tertinggal dibandingkan J-Alert. "Kita sudah mulai menggunakan teknologi AI, tapi masih jauh dari sempurna jika dibandingkan dengan Jepang," katanya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) RI menunjukkan bahwa dari total 75 ribu desa di Indonesia, sekitar 52 ribu desa berada di zona rawan bencana. Bahkan, 75% sekolah-sekolah di Indonesia terletak di daerah berisiko tinggi. "Indonesia adalah 'laboratorium' bencana karena berbagai jenis bencana, baik hidrometeorologi maupun geofisik, sering terjadi di sini," ungkap Hidayat.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat dalam membangun budaya tangguh bencana. "Pendidikan mitigasi bencana harus diperkuat agar selaras dengan pengembangan teknologi sistem peringatan dini," tambahnya.
Inovasi BMKG: Pengembangan Sispro Merah Putih
BMKG sendiri sedang dalam proses implementasi System Processing (Sispro) Merah Putih , sebuah sistem berbasis AI yang dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi informasi gempa bumi serta tsunami. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa sistem ini telah mempertimbangkan kedalaman sumber gempa sebagai dasar pemodelan tsunami, sesuatu yang belum sepenuhnya terakomodasi dalam sistem sebelumnya.
"Kami tengah mengembangkan Sispro tahap kedua, termasuk pemanfaatan super komputer yang telah disiapkan khusus untuk proyek ini," kata Dwikorita dalam keterangan pers pada 16 April 2025. Meskipun demikian, beberapa aspek seperti spesifikasi komputer dan proses simulasi masih memerlukan perbaikan.
Dwikorita menegaskan bahwa pengembangan Sispro Merah Putih adalah investasi jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan keselamatan rakyat Indonesia. "Ini bukanlah proyek instan, melainkan langkah maju menuju mitigasi bencana yang lebih baik," tuturnya.
Mengapa Edukasi Masyarakat Penting dalam Mitigasi Bencana?
Meskipun teknologi AI dapat mempercepat deteksi dan peringatan bencana, efektivitasnya sangat bergantung pada respons masyarakat. Di Jepang, edukasi tentang mitigasi bencana dimulai sejak usia dini melalui sekolah-sekolah dan program komunitas. Hasilnya, ketika peringatan diterima, masyarakat langsung melakukan tindakan penyelamatan diri tanpa panik.
Sebaliknya, di Indonesia, kesadaran masyarakat tentang mitigasi bencana masih rendah. Oleh karena itu, Hidayat menyarankan agar pemerintah memperkuat program edukasi mitigasi bencana, baik di tingkat nasional maupun lokal. "Tidak cukup hanya memiliki teknologi canggih; kita juga harus memastikan bahwa masyarakat tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi," katanya.
Kesimpulan
Penggunaan teknologi AI dalam sistem peringatan dini gempa seperti J-Alert di Jepang menunjukkan betapa signifikannya dampak teknologi modern dalam mitigasi bencana. Dengan notifikasi hanya dalam hitungan detik, masyarakat memiliki kesempatan emas untuk menyelamatkan diri dari ancaman gempa bumi.
Indonesia, sebagai negara yang juga rawan bencana, perlu belajar banyak dari model Jepang. Selain mempercepat pengembangan teknologi seperti Sispro Merah Putih, pendidikan mitigasi bencana harus menjadi prioritas utama agar masyarakat siap menghadapi segala kemungkinan. Mari bersama-sama bangun budaya tangguh bencana demi masa depan yang lebih aman bagi generasi mendatang.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
---|---|
@gadgetvivacoid | |
Gadget VIVA.co.id | |
X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
Google News | Gadget |