5 Produk Makanan Israel yang Mendunia, Ternyata Banyak Dijumpai di Negara Muslim
- lifeworks
Makanan sering kali menjadi jembatan lintas budaya yang mampu melintasi batas politik maupun geografis. Namun, ketika berbicara tentang kuliner asal Israel, persoalannya tidak sekadar soal rasa. Distribusi produk makanan dari negara tersebut kerap menuai sensitivitas, terutama di negara-negara mayoritas Muslim. Meski demikian, tak dapat dimungkiri bahwa sejumlah produk makanan asal Israel berhasil mendunia dan bahkan bisa ditemui di pasar-pasar internasional, termasuk di kawasan Muslim.
Menariknya, banyak dari makanan ini sebenarnya bukan murni berasal dari Israel, melainkan bagian dari kuliner tradisional Timur Tengah yang lebih luas. Meski begitu, Israel turut mempopulerkan beberapa produk tersebut melalui inovasi, branding, dan ekspor global. Berikut ulasan lengkapnya.
1. Hummus, Saus Kaya Sejarah
Hummus adalah salah satu makanan khas Timur Tengah yang telah mendunia. Hidangan ini dibuat dari kacang arab (chickpea) yang dihaluskan, dicampur tahini (pasta biji wijen), minyak zaitun, bawang putih, dan perasan lemon. Teksturnya lembut dengan cita rasa gurih sekaligus segar, membuatnya populer sebagai cocolan roti pita maupun sayuran.
Meski Israel kerap mengklaim hummus sebagai bagian dari kuliner nasionalnya, faktanya makanan ini sudah lama menjadi warisan kuliner Palestina, Lebanon, Suriah, hingga Turki. Tidak mengherankan jika hummus banyak dijumpai di negara-negara Muslim, termasuk di restoran Timur Tengah di Indonesia. Dengan kata lain, hummus dikenal masyarakat global sebagai makanan khas kawasan, bukan eksklusif milik satu negara.
2. Falafel, Street Food Favorit Dunia
Selain hummus, ada falafel yang tak kalah populer. Camilan ini berbentuk bulat kecil, terbuat dari kacang arab atau kacang fava yang digiling lalu digoreng hingga renyah. Teksturnya garing di luar namun lembut di dalam, biasanya disajikan dalam roti pita dengan tambahan sayuran segar serta saus tahini.
Di Israel, falafel sering dipromosikan sebagai makanan nasional. Namun, sejarah mencatat bahwa asal usul falafel justru dari Mesir, kemudian menyebar ke kawasan Levant dan negara-negara Arab lainnya. Kini, falafel sudah menjelma sebagai street food internasional. Di negara-negara Muslim, falafel mudah ditemukan di pasar maupun restoran, menjadikannya makanan yang melintasi batas identitas politik.
3. Jeruk Jaffa, Ikon Ekspor yang Kontroversial
Beranjak ke produk buah, Israel dikenal dengan jeruk Jaffa atau yang sering disebut Jaffa Oranges. Jeruk jenis ini telah menjadi salah satu ikon ekspor Israel sejak abad ke-20. Ciri khasnya adalah rasa manis dengan kadar air yang seimbang, sehingga sangat disukai pasar Eropa dan Asia.
Namun, tidak semua negara menyambut produk ini dengan tangan terbuka. Di sejumlah negara Muslim, pemasaran jeruk Jaffa kerap dihindari karena alasan politik. Meski begitu, varietas jeruk yang sama bisa tumbuh di berbagai tempat lain, sehingga konsumen tetap bisa menikmati jenis jeruk serupa tanpa harus mengimpor langsung dari Israel.
4. Kurma Medjool, Sang Raja Kurma
Produk berikutnya yang cukup populer adalah kurma Medjool. Israel merupakan salah satu eksportir besar jenis kurma ini. Ukurannya besar, dagingnya tebal, serta rasanya manis legit membuat Medjool dijuluki sebagai “King of Dates.”
Kurma Medjool banyak beredar di pasar internasional, terutama saat bulan Ramadan ketika permintaan kurma meningkat tajam. Namun, asal kurma Medjool tidak hanya dari Israel. Negara-negara lain seperti Palestina, Yordania, Maroko, dan Amerika Serikat juga menjadi produsen utama. Karena alasan politik, banyak konsumen Muslim lebih memilih kurma yang berasal dari Arab Saudi atau Tunisia dibandingkan kurma produksi Israel.
5. Produk Susu dan Keju, Inovasi ala Mediterania
Selain hasil pertanian, Israel juga dikenal sebagai negara dengan inovasi di bidang produk susu. Keju putih, yogurt ala Mediterania, hingga produk olahan susu lainnya dikembangkan dengan teknologi modern dan dipasarkan ke berbagai belahan dunia.
Namun, di negara-negara mayoritas Muslim, produk sejenis biasanya diproduksi oleh perusahaan lokal dengan resep serupa. Dengan begitu, konsumen tetap bisa menikmati cita rasa khas Mediterania tanpa harus bergantung pada produk impor dari Israel.
Kuliner Sebagai Identitas dan Diplomasi
Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa makanan bukan sekadar soal cita rasa, tetapi juga identitas dan diplomasi budaya. Israel mungkin berhasil memperkenalkan beberapa produk ke pasar global, tetapi pada dasarnya sebagian besar makanan tersebut juga dimiliki dan dikembangkan oleh negara-negara Timur Tengah lainnya.
Bagi masyarakat di negara Muslim, sikap terhadap produk asal Israel cenderung beragam. Ada yang menolak karena alasan politik, tetapi ada pula yang tetap mengonsumsinya karena melihat dari sisi kuliner murni. Fakta menariknya, makanan seperti hummus dan falafel lebih sering diasosiasikan dengan kuliner Arab secara umum, sehingga bisa diterima lebih luas tanpa label eksklusif Israel.
Produk makanan asal Israel memang berhasil menembus pasar dunia. Dari hummus hingga kurma Medjool, dari falafel hingga jeruk Jaffa, semua memiliki jejaknya masing-masing di meja makan global. Namun, di negara-negara Muslim, penerimaan terhadap produk tersebut dipengaruhi oleh konteks politik yang tidak bisa diabaikan.
Pada akhirnya, makanan tetap menjadi bahasa universal yang bisa menyatukan perbedaan. Meski ada polemik seputar asal-usul dan distribusinya, tak dapat dimungkiri bahwa kuliner khas Timur Tengah, baik dari Israel maupun negara tetangga, telah memperkaya ragam cita rasa di dunia.