Efek Domino PSSI Pecat Patrick Kluivert: Tiga Timnas Sekaligus Tanpa Pelatih

Patrick Kluivert
Sumber :
  • IG/@erickthohir

Gadget – Langkah tegas PSSI dalam mengakhiri kerja sama dengan Patrick Kluivert membawa efek domino yang cukup besar. Tak hanya membuat kursi pelatih Timnas Indonesia senior kosong, dua level di bawahnya — Timnas U-20 dan U-23 — kini juga tanpa pelatih tetap.

Media Inggris Heran: FIFA dan AFC Bungkam Soal Protes Indonesia atas Keuntungan Arab Saudi

Dalam pengumuman resminya, PSSI menegaskan bahwa keputusan pemutusan kontrak ini dilakukan lewat mekanisme mutual termination, atau kesepakatan bersama. Kluivert sendiri baru menandatangani kontrak berdurasi dua tahun pada Januari 2025, namun masa kerjanya berakhir lebih cepat dari yang direncanakan.

“Penghentian kerja sama ini dilakukan atas dasar persetujuan kedua pihak, dengan mempertimbangkan dinamika internal serta arah strategis pembinaan tim nasional ke depan,” tulis PSSI dalam keterangan resminya.

Jurnalis Inggris Bongkar Dugaan Kecurangan FIFA-AFC, Timnas Indonesia Jadi Korban di Kualifikasi Piala Dunia 2026

PSSI pun menyampaikan terima kasih kepada seluruh staf kepelatihan yang telah berdedikasi selama masa tugas. Keputusan ini menjadi bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap performa timnas dan arah pengembangan sepak bola nasional secara keseluruhan.


Curhat ke Media Prancis, Calvin Verdonk Masih Terbayang Luka Gagalnya Timnas Indonesia

Dampak Langsung ke Timnas U-20 dan U-23

Efek domino dari keputusan PSSI langsung terasa ke level kelompok umur. Frank van Kempen yang menukangi Timnas U-20 serta Gerald Vanenburg yang menangani Timnas U-23 juga otomatis terhenti masa tugasnya. Kedua pelatih asal Belanda ini merupakan bagian dari tim teknis yang dibentuk oleh Kluivert.

Dengan demikian, tiga tim nasional Indonesia — senior, U-20, dan U-23 — kini sama-sama tanpa pelatih kepala. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi PSSI untuk segera menata ulang sistem pembinaan, dari level atas hingga lapisan usia muda.

Federasi kini dituntut untuk mengambil langkah cepat agar program pelatihan dan kompetisi usia muda tidak ikut terhambat. Salah satu opsi yang mulai mencuat adalah menugaskan pelatih lokal sementara, terutama untuk mengisi posisi di Timnas U-23.

Nama Indra Sjafri disebut sebagai kandidat kuat. Saat ini, pelatih asal Sumatera Barat itu sedang memimpin Garuda Muda dalam persiapan menuju SEA Games 2025. Pengalamannya yang panjang di level junior membuatnya dinilai mampu menjaga kesinambungan pembinaan meski dalam situasi transisi.


Kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia Jadi Pemicu

Pemecatan Patrick Kluivert diyakini berakar dari rentetan hasil negatif yang diderita Timnas Indonesia di bawah asuhannya. Sejak resmi menakhodai tim pada awal 2025, eks pemain Barcelona itu gagal memperlihatkan peningkatan performa yang signifikan.

Puncak kekecewaan terjadi ketika Indonesia tersingkir dari Kualifikasi Piala Dunia 2026 usai kalah 0–1 dari Irak pada Minggu (12/10/2025) dini hari WIB. Gol tunggal Zidane Iqbal pada menit ke-75 menjadi penentu kekalahan, setelah memanfaatkan celah di sisi kiri pertahanan yang dijaga Maarten Paes.

Kekalahan itu memperpanjang tren buruk Indonesia yang sebelumnya takluk 2–3 dari Arab Saudi. Hasil tersebut menempatkan skuad Garuda di posisi terbawah klasemen Grup B putaran keempat tanpa satu pun poin.


Catatan Suram Kluivert Bersama Garuda

Selama enam laga di bawah asuhannya, Patrick Kluivert hanya mampu mencatat dua kemenangan — masing-masing atas China dan Bahrain. Empat pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan, termasuk saat dibantai Jepang dan Australia, serta dua laga terakhir menghadapi Arab Saudi dan Irak.

Dalam periode tersebut, Timnas Indonesia hanya mampu mencetak enam gol dan kebobolan 14 kali. Angka itu memperlihatkan kelemahan mendasar di dua sektor vital: rapuhnya lini pertahanan dan minimnya efektivitas serangan.

Catatan itu menjadi sinyal kuat bahwa arah permainan yang dibawa Kluivert tidak berjalan sesuai ekspektasi publik maupun federasi.


Kini, dengan tiga kursi pelatih yang sama-sama kosong, PSSI dihadapkan pada pekerjaan besar: mencari sosok baru yang mampu membawa perubahan nyata. Federasi tak hanya dituntut menambal posisi pelatih senior, tetapi juga membangun sistem pelatihan berkelanjutan dari level usia muda.

Langkah cepat dibutuhkan agar program jangka panjang tidak terhenti. Apalagi, Indonesia sudah menatap sejumlah agenda penting seperti SEA Games 2025 dan Kualifikasi Piala Asia U-23.

PSSI diharapkan bisa belajar dari pengalaman ini — bahwa stabilitas di level kepelatihan menjadi kunci keberlanjutan prestasi. Pemecatan Kluivert mungkin menjadi akhir dari satu babak, tapi juga membuka peluang bagi federasi untuk menata ulang fondasi sepak bola nasional dengan arah yang lebih jelas.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget