Proyek Raksasa Whoosh Tak Berhenti di Bandung! China Setuju Tembus Surabaya, tapi dengan Syarat

Proyek Raksasa Whoosh Tak Berhenti di Bandung
Sumber :
  • whoosh

Proyek ambisius kereta cepat Whoosh yang menghubungkan Jakarta–Bandung tampaknya akan segera memiliki “sambungan” baru menuju Surabaya. Kabar baik ini datang langsung dari Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, yang mengungkapkan bahwa pemerintah China telah menyatakan kesediaannya untuk melanjutkan pembangunan proyek tersebut. Namun, ada satu syarat penting yang harus dipenuhi: penyelesaian utang proyek terlebih dahulu.

Fakta Tersembunyi Mobil Listrik 2025: Kelemahan yang Jarang Disadari Publik

Menurut Luhut, pemerintah Indonesia saat ini sedang memperbaiki kondisi keuangan perusahaan pengelola Whoosh sekaligus melakukan audit menyeluruh. Langkah itu menjadi dasar sebelum proyek diperluas ke Surabaya. Ia menyebut bahwa pihak China memahami kondisi tersebut dan bersedia menunggu hingga pemerintah Indonesia menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) sebagai payung hukum lanjutan.

“China sudah menyatakan siap melanjutkan, mereka tidak mempermasalahkan apa pun. Hanya saja, pergantian pemerintahan kemarin membuat proses penerbitan Keppres agak tertunda. Sekarang mereka menunggu keputusan resmi agar tim bisa kembali duduk bersama untuk membahas kelanjutannya,” jelas Luhut dalam acara Diskusi 1 Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran di JS Luwansa, Jakarta, Minggu (19/10/2025).

Jet Tempur J-10C Bisa Mendarat di Iran, Benarkah Cina Tengah Ubah Peta Kekuatan Timur Tengah?

Fokus pada Perbaikan Keuangan

Luhut menegaskan, masalah utama proyek Whoosh bukanlah soal keinginan melibatkan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), melainkan soal restrukturisasi keuangan agar lebih sehat dan efisien. Menurutnya, pemerintah tidak pernah meminta tambahan dana dari APBN untuk menutup utang proyek tersebut.

Jet Tempur J-10C: Naga Baru Iran yang Bikin Israel Waspada

“Siapa bilang minta APBN? Tidak ada yang pernah minta. Ini hanya soal restructuring saja, kita sedang membenahi sistem keuangannya,” ujar Luhut. Ia menambahkan bahwa sejak awal dirinya sudah terlibat dalam proyek ini dan mengetahui kondisi keuangannya secara mendalam.

Luhut juga menegaskan bahwa langkah restrukturisasi dilakukan agar beban utang bisa dikendalikan tanpa membebani anggaran negara. Dalam proses ini, pemerintah berupaya menegosiasikan ulang skema pembayaran dan pembiayaan dengan pihak China agar lebih berkelanjutan.

Tak Ada Transportasi Publik yang Untung

Lebih lanjut, Luhut menanggapi kritik soal utang besar proyek Whoosh yang dianggap membengkak dan menjadi beban keuangan negara. Menurutnya, publik harus memahami bahwa tidak ada moda transportasi publik di dunia yang bisa menghasilkan keuntungan finansial murni tanpa campur tangan pemerintah.

“Ingat ya, tidak ada transportasi publik di dunia yang benar-benar menguntungkan. Semua butuh subsidi dari pemerintah, hanya saja harus terukur dan tepat sasaran,” kata Luhut menegaskan.

Pernyataan ini sekaligus menanggapi sikap Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak penggunaan APBN untuk menutupi utang proyek tersebut. Luhut menjelaskan, meskipun subsidi diperlukan, hal itu tidak berarti pemerintah harus menanggung seluruh biaya, melainkan mengatur mekanisme pendanaan agar lebih efisien.

Tanggapan terhadap Dugaan Markup

Sementara itu, isu lain yang sempat mencuat adalah dugaan adanya markup dalam proyek Whoosh. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebelumnya meminta laporan resmi terkait hal tersebut, namun Mahfud MD, salah satu tokoh nasional yang juga menyoroti proyek ini, menilai tudingan itu tidak masuk akal.

Menanggapi hal tersebut, Luhut tidak ingin memperpanjang polemik. Ia menegaskan bahwa semua proses audit dan evaluasi dilakukan secara terbuka untuk memastikan tidak ada penyimpangan. Pemerintah, katanya, ingin memastikan proyek Whoosh berjalan dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi penuh.

“Pihak China sudah tahu kita sedang audit, mereka juga mau menunggu hasilnya. Jadi tidak ada masalah dalam hal itu,” ujarnya.

Danantara Turun Tangan

Untuk mempercepat penanganan masalah keuangan proyek Whoosh, Luhut mengungkapkan bahwa Badan Pengelola Investasi Danantara — sebagai holding BUMN — akan dilibatkan secara aktif. Ia menyebut sudah berkoordinasi langsung dengan CEO Danantara, Rosan Roeslani, agar restrukturisasi bisa segera dilakukan.

“Karena dulu saya juga yang mengawal proyek ini dari awal, saya ingin memastikan kelanjutannya berjalan baik. Saya sudah bicara dengan Pak Rosan, dan beliau sepakat kita tangani bersama,” ungkapnya.

Langkah ini dinilai strategis karena Danantara memiliki kapasitas dan mandat untuk mengelola aset serta investasi jangka panjang milik negara. Dengan masuknya lembaga tersebut, diharapkan keuangan proyek Whoosh dapat dikelola secara lebih profesional dan efisien.

Proyek Strategis Nasional

Kereta cepat Whoosh sendiri merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang digagas untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah serta mempercepat pertumbuhan ekonomi. Setelah sukses menghubungkan Jakarta dan Bandung dengan waktu tempuh sekitar 36 menit, rencana memperpanjang jalur hingga Surabaya menjadi bagian penting dari upaya memperluas manfaat ekonomi ke wilayah timur Jawa.

Jika proyek ini terealisasi, perjalanan dari Jakarta ke Surabaya diperkirakan hanya memakan waktu sekitar tiga jam, jauh lebih cepat dibandingkan kereta konvensional yang memerlukan waktu sekitar sembilan jam. Hal ini tentu akan memperkuat daya saing sektor transportasi nasional serta mendukung mobilitas logistik dan pariwisata di Pulau Jawa.

Tantangan dan Harapan

Meski demikian, tantangan dalam melanjutkan proyek ini tidak kecil. Selain soal restrukturisasi keuangan, pemerintah juga perlu menyiapkan strategi pembebasan lahan dan pengelolaan lingkungan di sepanjang jalur baru yang akan dibangun. Namun, dengan adanya dukungan dari China serta komitmen pemerintah Indonesia, proyek ini diyakini bisa berjalan sesuai rencana.

Luhut menutup pernyataannya dengan optimisme bahwa proyek Whoosh menuju Surabaya akan menjadi simbol kemajuan infrastruktur Indonesia di era pemerintahan Prabowo–Gibran.

“Kalau semua pihak bersinergi dan masalah keuangan selesai, proyek ini bisa segera jalan. Saya yakin kereta cepat Jakarta–Surabaya akan jadi kebanggaan kita semua,” ujarnya.

Dengan sinyal positif dari China dan langkah tegas pemerintah dalam memperbaiki keuangan, harapan terhadap keberlanjutan proyek Whoosh kini semakin nyata. Jika tidak ada hambatan berarti, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, masyarakat bisa menikmati perjalanan supercepat dari Jakarta ke Surabaya — simbol nyata dari kemajuan teknologi dan kolaborasi internasional Indonesia.