Bongkar! 3 Alasan Shin Tae-yong Bisa Balik Latih Timnas Indonesia, Nomor 1 Bikin PSSI Irit Miliaran!
- ig/@patrickkluivert9
Kabar mengejutkan kembali mengguncang dunia sepak bola Tanah Air. Setelah PSSI resmi memecat Patrick Kluivert pada Kamis, 16 Oktober 2025, nama Shin Tae-yong langsung kembali jadi perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola Indonesia. Pelatih asal Korea Selatan itu disebut-sebut berpeluang besar untuk kembali menakhodai Timnas Indonesia.
Pengamat sepak bola nasional, Haris Pardede, bahkan menilai ada tiga alasan kuat mengapa comeback Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia sangat mungkin terjadi. Menurutnya, faktor efisiensi, ketersediaan, serta kedekatan emosional dengan pemain dan suporter menjadi tiga alasan utama yang membuat Shin layak dipanggil lagi oleh PSSI.
Selama memimpin skuad Garuda sejak 2020 hingga 2025, Shin Tae-yong memang meninggalkan jejak prestasi yang cukup bersejarah. Di bawah asuhannya, Timnas Indonesia berhasil lolos ke babak gugur Piala Asia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, sekaligus menembus babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Pencapaian tersebut membuat nama Shin Tae-yong begitu dicintai publik sepak bola Indonesia. Tak heran jika banyak suara dari suporter yang meminta PSSI untuk mendatangkannya kembali.
Namun, di tengah banyaknya opsi pelatih asing yang bisa direkrut, Haris Pardede meyakini bahwa Shin Tae-yong adalah pilihan paling logis dan efisien bagi federasi. Berikut tiga alasan yang menjadi pertimbangan kuat.
1. Efisiensi Keuangan: PSSI Tak Perlu Keluarkan Uang Tambahan
Alasan pertama yang diungkap Haris Pardede berkaitan dengan urusan finansial. Ia menilai, jika PSSI memanggil kembali Shin Tae-yong, federasi tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar pelatih baru.
Pasalnya, Shin Tae-yong masih mendapatkan kompensasi dari PSSI hingga tahun 2027 akibat pemutusan kontrak sebelumnya. Artinya, secara administrasi, PSSI masih memiliki kewajiban membayar gaji sang pelatih meskipun ia tidak lagi melatih.
“PSSI sebenarnya tidak perlu mengeluarkan uang tambahan karena gaji Shin Tae-yong masih dicicil hingga 2027. Jadi kalau dia kembali melatih, PSSI tinggal melanjutkan kewajiban yang sudah ada tanpa menambah beban biaya baru,” ungkap Haris Pardede di kanal YouTube-nya, Bung Harpa Show, Minggu (19/10/2025).
Ia menambahkan, jika PSSI memilih pelatih baru, federasi harus menanggung biaya besar mulai dari gaji bulanan hingga signing fee. Nominalnya pun tak kecil, bisa mencapai ratusan juta rupiah. Menurutnya, dalam kondisi keuangan yang harus dikelola dengan bijak, langkah memanggil kembali Shin Tae-yong bisa menjadi solusi efisien sesuai dengan arahan pemerintah untuk menekan pengeluaran.
2. Status Tanpa Kontrak: Shin Tae-yong Sedang “Available”
Faktor kedua yang memperkuat peluang comeback Shin Tae-yong adalah statusnya yang kini tidak terikat dengan klub atau tim nasional mana pun. Setelah dipecat oleh klub raksasa Korea Selatan, Ulsan HD, Shin kini berstatus bebas agen.
Kondisi ini tentu membuka peluang besar bagi PSSI untuk melakukan pendekatan tanpa harus bersaing dengan klub lain. Secara profesional, pelatih berusia 55 tahun itu juga memiliki waktu dan ruang untuk memikirkan proyek baru yang sesuai dengan visinya.
“Shin Tae-yong saat ini sedang tidak terikat kontrak. Ini menjadi momentum yang tepat bagi PSSI jika memang ingin membangun kembali Timnas dengan fondasi yang pernah ia bangun,” ujar Haris.
Selain itu, Haris menilai bahwa pengalaman Shin melatih di level Asia membuatnya tetap menjadi kandidat ideal untuk memimpin skuad Garuda. Ia mengenal karakter pemain Indonesia dan sudah memahami kelemahan serta potensi tim dengan baik.
3. Tak Perlu Adaptasi dan Dicintai Suporter
Alasan ketiga yang membuat Shin Tae-yong berpeluang besar kembali adalah faktor adaptasi. Sebagian besar pemain Timnas Indonesia saat ini merupakan anak asuhnya selama lima tahun terakhir. Hal ini membuat proses penyesuaian tidak akan memakan waktu lama jika ia kembali duduk di kursi pelatih kepala.
“Shin Tae-yong tidak perlu adaptasi lagi. Dia sudah sangat mengenal para pemain, begitu pula sebaliknya. Hubungan emosional yang terbangun selama ini juga masih kuat,” jelas Haris Pardede.
Selain faktor teknis, Shin juga memiliki kedekatan istimewa dengan para suporter. Banyak penggemar sepak bola nasional yang masih menaruh harapan besar padanya. Bahkan, seruan nama Shin Tae-yong sempat menggema di sejumlah laga internasional, mulai dari Australia hingga Arab Saudi.
“Mayoritas suporter saya yakin ingin Shin Tae-yong comeback. Mereka percaya gaya kepelatihan dan disiplin khas Korea-nya bisa kembali mengangkat performa tim,” tambahnya.
Tiga Tantangan untuk Comeback
Meski peluang comeback Shin Tae-yong terbuka lebar, Haris Pardede juga menyoroti adanya tiga tantangan besar yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Pertama, apakah Shin Tae-yong bersedia kembali setelah sempat dipecat dengan cara yang dianggap menyakitkan? Hubungan yang sempat renggang antara dirinya dan federasi tentu perlu diperbaiki sebelum berbicara soal kontrak baru.
Kedua, apakah Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, bersedia melakukan rekonsiliasi dengan mantan pelatih tersebut? Langkah diplomasi menjadi penting agar kembalinya Shin tidak menimbulkan gesekan di internal federasi.
Ketiga, bagaimana dengan pihak-pihak yang selama ini menjadi kritikus berat Shin Tae-yong? Apakah mereka bisa menerima jika pelatih asal Korea Selatan itu kembali memimpin Timnas?
Ketiga hal ini, menurut Haris, harus diselesaikan dengan bijak jika PSSI benar-benar ingin membawa kembali sosok yang pernah menjadi simbol kebangkitan sepak bola nasional itu.
Dengan segala catatan prestasi, pengalaman, dan kedekatannya dengan skuad Garuda, Shin Tae-yong memang masih menjadi figur yang sulit tergantikan. Kini, semua mata tertuju pada langkah PSSI selanjutnya: apakah mereka akan memberi kesempatan kedua bagi sang pelatih legendaris ini — atau justru memilih jalan baru bersama sosok lain?
Satu hal yang pasti, kembalinya Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia akan menjadi cerita besar bagi sepak bola Tanah Air, baik dari sisi emosional maupun profesional.