Atep Sindir Timnas Indonesia: “Jangan Mimpi Piala Dunia Kalau Belum Juara AFF!”
- ig/@c.verdonk
“Kritik boleh, tapi jangan sampai mem-bully. Setiap pemain pasti ingin memberikan yang terbaik. Kadang ada perintah dari pelatih yang mungkin tidak sesuai ekspektasi publik, tapi itu bagian dari risiko,” kata Atep.
Ia menambahkan bahwa kritik yang bersifat membangun justru bisa membantu pemain berkembang, tetapi serangan di media sosial atau cemoohan justru akan menurunkan semangat dan mental bertanding pemain muda Indonesia.
“Kalau kritik untuk membangun, silakan. Tapi kalau menghina atau membully, saya tidak setuju karena itu bisa bikin pemain down,” ujarnya menegaskan.
Momentum Emas Menuju Piala AFF 2026
Atep memandang tahun 2026 sebagai momen penting bagi sepak bola Indonesia. Dengan komposisi pemain muda berbakat yang kini banyak menghuni Timnas, ditambah pengalaman pelatih yang semakin matang, ia optimistis Indonesia bisa menorehkan sejarah baru di Piala AFF 2026.
Skuad Garuda saat ini dinilai memiliki keseimbangan antara pemain lokal, diaspora, dan sejumlah pemain yang tampil di luar negeri. Menurutnya, faktor pengalaman dan semangat juang bisa menjadi kombinasi berbahaya untuk menantang dominasi Thailand dan Vietnam di kawasan ASEAN.
“Saya yakin dengan kualitas dan semangat anak-anak muda ini, kita bisa bersaing. 2026 harusnya jadi momentum emas buat Indonesia akhirnya juara Piala AFF,” pungkasnya.
Optimisme Atep bukan tanpa alasan. Beberapa pemain muda seperti Marselino Ferdinan, Rafael Struick, Elkan Baggott, hingga Rizky Ridho telah menunjukkan kematangan dalam berbagai laga besar. Mereka menjadi simbol perubahan wajah Timnas yang kini tampil lebih disiplin dan tak mudah menyerah.
Langkah Realistis Menuju Prestasi Lebih Tinggi
Atep menutup pandangannya dengan pesan sederhana namun bermakna: bermimpi boleh, tapi harus sesuai tahapan. Menurutnya, perjalanan menuju Piala Dunia adalah proses panjang yang membutuhkan pondasi kuat dari hasil nyata di turnamen regional.
“Kalau kita mau melangkah ke level dunia, mulai dulu dari rumah sendiri. Juara AFF dulu, baru bicara Asia dan dunia,” ujarnya.
Pesan ini menjadi pengingat bahwa euforia atas performa baik di kualifikasi Piala Dunia tidak boleh membuat tim kehilangan fokus pada target realistis. Sebab, mental juara tak dibangun dari mimpi besar semata, melainkan dari keberhasilan kecil yang konsisten.