"Takut Inflasi & Krisis Global" Menurut Bos BlackRock: Ini Saatnya Beli Bitcoin!
- Freepik
Gadget – Dalam dunia keuangan yang semakin tidak menentu, suara dari tokoh paling berpengaruh bisa menjadi penentu arah pasar. Dan kali ini, Larry Fink, CEO raksasa manajemen aset global BlackRock, kembali membuat pernyataan yang mengguncang pasar:
“Jika Anda takut pemerintah terus melemahkan nilai mata uang lokal, milikilah Bitcoin dan emas.”
Pernyataan ini disampaikan Fink dalam Future Investment Initiative (FII) ke-9 di Riyadh, Arab Saudi, di hadapan ratusan miliarder, investor institusional, dan pemimpin negara. Ia tidak hanya menyebut Bitcoin sebagai aset digital biasa—melainkan sebagai “aset ketakutan” (fear asset) yang kini berperan layaknya emas dalam sistem keuangan modern.
Bagi banyak orang, ini bukan sekadar komentar biasa. Ini adalah validasi institusional paling kuat terhadap legitimasi Bitcoin sebagai instrumen lindung nilai di tengah ancaman inflasi, devaluasi mata uang, dan ketegangan geopolitik global.
Artikel ini mengupas tuntas makna pernyataan Fink, konteks ekonomi global yang mendasarinya, perbandingan Bitcoin dengan emas, serta implikasinya bagi investor ritel dan institusional—dilengkapi analisis kritis agar Anda tidak terjebak euforia semata.
Apa Itu “Aset Ketakutan”? Dan Mengapa Bitcoin Masuk Kategori Ini?
Istilah “aset ketakutan” biasanya merujuk pada instrumen yang nilainya naik saat kepercayaan terhadap sistem keuangan konvensional menurun. Emas adalah contoh klasik: saat krisis ekonomi melanda, orang berlari ke logam mulia karena sifatnya yang langka, tahan lama, dan tidak dikendalikan pemerintah.
Kini, Bitcoin mulai mengambil peran serupa—dengan alasan yang semakin kuat:
- Pasokan tetap: Hanya ada 21 juta BTC yang akan pernah ada—tidak bisa dicetak seenaknya seperti uang kertas.
- Desentralisasi: Tidak dikendalikan bank sentral atau negara mana pun.
- Portabilitas tinggi: Bisa dikirim ke seluruh dunia dalam hitungan menit.
- Transparansi jaringan: Setiap transaksi tercatat di blockchain yang bersifat publik.
Fink menyadari bahwa kepercayaan terhadap mata uang fiat sedang tergerus, terutama di negara-negara dengan inflasi tinggi seperti Argentina, Turki, atau Lebanon. Bahkan di AS dan Eropa, kebijakan moneter ekspansif pasca-pandemi telah memicu kekhawatiran jangka panjang tentang daya beli uang kertas.