Sejarah Romawi Kuno: Perang Kekaisaran Caligula, Perang Paling Gila Hingga Disebut Tak Masuk Akal!

Sejarah Romawi Kuno: Perang Kekaisaran Caligula, Perang Paling Gila Hingga Disebut Tak Masuk Akal!
Sumber :
  • Pinterest

Namun, kepada seluruh pasukannya, Caligula mengungkapkan esensi dari kegilaannya - atau mungkin kejeniusannya. "Pada hari ini," katanya dengan tegas, "kita telah memberikan penghinaan, bukan hanya kepada diri kita sendiri, tetapi kepada mereka yang berani meragukan kekuasaan Roma."

Pasukan kembali ke Roma, membawa rampasan perang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sementara Senat merenungkan "kemenangan" mereka, rakyat bersuka cita atas kehebatan sang kaisar.

Namun, apa sebenarnya yang terjadi pada Caligula? Alasan di balik keanehannya tidak pernah terungkap dengan pasti. Yang pasti, keanehannya mulai muncul setelah dirinya jatuh sakit, mungkin diracuni.

Di awal masa pemerintahannya, Caligula membuat beberapa keputusan yang populer di antara rakyatnya, tetapi kegilaannya tumbuh seiring waktu. Perintah untuk menyerang dewa laut Neptunus hanyalah satu dari sekian keputusan aneh yang diambilnya.

Menurut M R Reese, seorang penulis dan peneliti peradaban kuno, tindakan paling mengerikan Caligula adalah ketika ia menyatakan dirinya sebagai dewa yang hidup.

Dia memerintahkan pembangunan jembatan antara istananya dan Kuil Jupiter, dan bahkan mulai tampil di depan umum sebagai berbagai dewa.

Beberapa orang menganggap Caligula sebagai seorang tiran gila, sementara yang lain mengatakan bahwa ia mungkin menderita epilepsi atau masalah kesehatan lainnya seperti hipertiroidisme. Namun, tak ada yang bisa membaca pikiran sang kaisar dengan pasti.

Walaupun demikian, kisah Caligula tetap menjadi legenda yang menantang batas antara kenyataan dan imajinasi.

Beberapa menganggapnya sebagai seorang raja filsuf yang mencoba menaklukkan konsep-konsep kekuasaan dan kepercayaan, sementara yang lain melihatnya sebagai seorang ahli strategi yang licik.

Pada akhirnya, Marcus, Gaius, dan Lucius, yang terlibat dalam perang tersebut, membawa pulang pelajaran yang berharga.

Marcus melihat dalam kegilaan Caligula sebagai manifestasi dari kehendak yang tak tergoyahkan dari Roma, sementara Gaius belajar tentang kekuatan persepsi dalam membentuk realitas.

Lucius, dengan bijaksananya, menyadari bahwa sejarah adalah kain yang ditenun dari benang kebenaran yang tak terhitung jumlahnya.

Dengan demikianlah berakhir hari perang Roma melawan lautan, sebuah bab dalam sejarah kekaisaran yang akan selamanya dikenang dan diperdebatkan.