Dunia Islam Bungkam? Ini 8 Alasan Tak Mampu Hentikan Israel dan Amerika

Dunia Islam Gagal Bertindak Tegas
Sumber :
  • lifeworks

Di tengah derita panjang rakyat Palestina dan ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah, banyak pihak mempertanyakan peran Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Sebagai kumpulan negara-negara mayoritas Muslim, seharusnya OKI memiliki kekuatan besar untuk menekan Israel dan sekutunya, terutama Amerika Serikat. Namun, kenyataannya tidak demikian. Mengapa OKI terkesan lemah dan tidak mampu mengambil langkah tegas? Jawabannya terletak pada berbagai faktor yang saling berkaitan, mulai dari ekonomi hingga konflik internal.

1. Ketergantungan Ekonomi pada Negara Barat

Salah satu hambatan utama OKI dalam bertindak tegas adalah ketergantungan banyak anggotanya terhadap negara-negara Barat. Arab Saudi dan negara-negara Teluk misalnya, memiliki hubungan ekonomi dan pertahanan yang erat dengan Amerika Serikat. Di sisi lain, Mesir menjadi salah satu penerima bantuan militer terbesar dari AS.

Karena hubungan yang saling menguntungkan ini, negara-negara tersebut seringkali memilih untuk tidak mengambil sikap keras terhadap Israel. Mereka khawatir, kebijakan konfrontatif akan merusak kerja sama strategis dan berdampak langsung pada stabilitas ekonomi dan keamanan nasional mereka.

2. Tidak Ada Kesatuan Politik Antar Anggota

Meskipun OKI menaungi 57 negara anggota dari berbagai belahan dunia, sayangnya mereka tidak memiliki pandangan yang seragam terkait kebijakan luar negeri. Perbedaan kepentingan dan konflik internal antarnegara anggota, seperti perseteruan antara Arab Saudi dan Iran, kerap menghambat konsolidasi sikap.

Lebih dari itu, sejumlah negara OKI bahkan sudah menjalin hubungan resmi dengan Israel, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan melalui perjanjian Abraham Accords. Alhasil, sulit bagi OKI untuk menyuarakan pendirian bersama atau mengambil langkah kolektif dalam menanggapi agresi Israel.

3. Tidak Ada Kekuatan Militer Terpadu

Berbeda dengan aliansi militer seperti NATO, OKI tidak memiliki pasukan gabungan atau struktur militer kolektif yang siap digerakkan. Hal ini membuat mereka nyaris tidak memiliki kekuatan militer yang bisa digunakan untuk intervensi atau memberi tekanan nyata.

Tanpa dukungan militer yang terorganisir, OKI hanya bisa mengandalkan kecaman diplomatik atau seruan solidaritas yang sering kali tidak berbuah tindakan konkret.