3 Sekutu Amerika Siap Akui Palestina, Negara Maju Ini Bikin Donal Trump Berang

Donald Trump Berang, 3 Sekutu dari Negara G7 ini Siap Mengakui Negara Palestina
Sumber :
  • Bloomberg

Paus Fransiskus, melalui Tahta Suci—badan pemerintahan Gereja Katolik dan Kota Vatikan yang juga berstatus pengamat PBB—juga telah mengakui negara Palestina.

Berikut adalah beberapa tonggak penting dalam sejarah pengakuan Palestina:

  • 1988: Gelombang Pengakuan Massif. Tahun ini menjadi momen bersejarah. Pengakuan pertama datang dari Iran pada 4 Februari 1988, diikuti oleh gelombang besar pada 15 November 1988. Indonesia, Malaysia, Yaman, Turki, Tunisia, Maroko, Kuwait, dan Irak menjadi bagian dari gelombang pertama ini. Indonesia dan Malaysia menjadi dua negara Asia Tenggara pertama yang mengakui Palestina.

  • Negara Besar Turut Menyusul. Beberapa hari setelahnya, negara-negara besar seperti Rusia (19 November 1988) dan Tiongkok (20 November 1988) turut menyatakan pengakuan mereka.

  • 2024-2025: Dorongan dari Eropa. Dalam setahun terakhir, semakin banyak negara Eropa yang mendukung Palestina. Spanyol, Norwegia, dan Irlandia secara serentak mengakui Palestina pada 22 Mei 2024. Slovenia menyusul pada 4 Juni 2024. Sementara itu, Meksiko menjadi negara terbaru yang menyatakan pengakuannya pada tahun 2025.

Bagaimana dengan Negara-negara G7?

Negara-negara G7 adalah forum bagi tujuh negara dengan ekonomi maju terbesar di dunia: Prancis, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Di antara kelompok ini, kini muncul perpecahan.

  • Prancis, Inggris, dan Kanada secara terang-terangan telah menyatakan rencana untuk mengakui Palestina, terutama saat Sidang Umum PBB 2025.

  • Jerman, Italia, dan Jepang belum menunjukkan sinyal kuat untuk menyusul langkah sekutu mereka.

  • Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Donald Trump, menentang keras langkah tersebut.

Sementara itu, negara-negara Eropa lain seperti Malta dan Belgia juga sedang mempertimbangkan dan mendiskusikan pengakuan serupa. Perpecahan sikap ini menandai perubahan signifikan dalam dinamika geopolitik, di mana sekutu lama kini memiliki pandangan yang berbeda dalam menangani konflik Timur Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan internasional terhadap perdamaian dan kemerdekaan Palestina semakin meningkat, bahkan di kalangan negara-negara maju.