NATO Siaga Tinggi, Operasi Eastern Sentry Diluncurkan Tanggapi Ancaman Serangan Drone Rusia!
- DPA/KAY NIETFELD via DW INDONESIA
Gadget – Kemunculan drone tempur Rusia telah menjadi isu hangat di Eropa dalam beberapa pekan terakhir. Pada malam 9–10 September, sebanyak 19 drone berhasil menembus wilayah udara Polandia, salah satu anggota NATO. Beberapa di antaranya ditembak jatuh oleh otoritas setempat. Tidak sampai di situ, insiden serupa juga terjadi di Romania, menunjukkan eskalasi ancaman yang semakin luas dari Moskwa.
Insiden-insiden tersebut menyoroti pentingnya langkah strategis NATO untuk menjaga keamanan wilayahnya. Sebagai respons, aliansi militer ini meluncurkan misi baru bernama Operasi Eastern Sentry, yang bertujuan untuk memperkuat pertahanan udara di sisi timurnya.
Operasi Eastern Sentry: Aktivitas Multidomain untuk Keamanan Udara
Operasi Eastern Sentry dijelaskan sebagai upaya "aktivitas multidomain" yang mencakup peningkatan pertahanan darat, udara, serta kemampuan intelijen. Dalam pernyataan resmi pada 12 September, NATO menyebut bahwa operasi ini akan berlangsung untuk waktu yang tidak ditentukan.
Tujuan utama operasi ini adalah memberikan rasa aman kepada negara-negara anggota NATO di wilayah timur Eropa, sekaligus sebagai peringatan tegas kepada Rusia. Negara-negara seperti Inggris, Denmark, Jerman, dan Perancis telah menunjukkan dukungan mereka dengan mengirimkan jet tempur tambahan untuk memperkuat pertahanan udara.
Namun, penggunaan jet tempur dan rudal udara-ke-udara untuk menangani drone dinilai kurang efisien. Chris Kremidas-Courtney dari lembaga European Policy Centre (EPC) menyebut metode ini seperti "menggunakan palu godam untuk menghantam paku payung." Biaya drone Rusia berkisar antara 10.000 hingga 30.000 euro, sedangkan rudal yang digunakan untuk menjatuhkannya bisa mencapai jutaan dolar. Hal ini dapat membuat stok senjata cepat habis.
Sebagai solusi, pakar pertahanan menyarankan investasi pada teknologi modern yang lebih hemat biaya, seperti sistem rudal anti-drone buatan Swedia, Nimbrix.
Konsep "Tembok Drone" di Eropa
Negara-negara Baltik, bersama Polandia dan Finlandia, telah lama mendorong konsep pembangunan "tembok drone" untuk meningkatkan koordinasi pertahanan terhadap ancaman serupa. Ide ini bahkan disebutkan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dalam pidato kenegaraan tahunan.
Untuk mewujudkan konsep tersebut, Komisi Eropa mengumumkan proyek produksi drone bersama senilai 6 miliar euro (Rp 116,5 triliun), dengan keahlian Ukraina menjadi kunci dalam pengembangan teknologi ini. Ian Bond dari Centre for European Reform (CER) menekankan pentingnya belajar dari keberhasilan Ukraina dalam menjatuhkan drone Rusia.
"Kalau mereka punya teknologinya, kita harus memiliki juga," katanya.
Sikap NATO: Antara Damai dan Perang
Admiral Rob Bauer, mantan ketua Komite Militer NATO, menyatakan bahwa aliansi ini berada di "zona abu-abu antara damai dan perang." Menurutnya, penting bagi publik untuk memahami adanya ancaman nyata dari Rusia.
Bauer juga menegaskan komitmen NATO untuk merespons setiap provokasi dari Moskwa. "Ini pesan penting untuk Tuan Putin: NATO akan merespons, apa pun yang terjadi," katanya.
Namun, skeptisisme tetap ada. Ian Bond dari CER menilai bahwa NATO belum sepenuhnya siap menghadapi ancaman drone. Dia menyoroti sikap pasif beberapa negara anggota, seperti Lituania dan Romania, yang memilih tidak menembak jatuh drone Rusia meskipun telah melintasi wilayah mereka.
Perlindungan Sipil sebagai Langkah Penting
Selain meningkatkan kapasitas militer, para pakar juga menekankan perlunya langkah perlindungan sipil. Ini mencakup aplikasi peringatan serangan udara dan peningkatan fasilitas tempat perlindungan bagi warga negara.
Menurut Bond, meskipun langkah-langkah ini mungkin menakutkan, namun sangat diperlukan untuk menghadapi potensi eskalasi ancaman Rusia. "Kita harus berasumsi Rusia akan terus mencoba ini setiap beberapa minggu, sampai kita membuat mereka membayar harga yang cukup mahal untuk berhenti," ujar Kremidas-Courtney.
Kesimpulan:
Ancaman serangan drone Rusia ke wilayah NATO menunjukkan pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan keamanan modern. Melalui Operasi Eastern Sentry, aliansi ini berusaha memperkuat pertahanan udara di sisi timurnya. Namun, langkah-langkah tambahan, termasuk pengembangan teknologi anti-drone dan perlindungan sipil, tetap diperlukan untuk memastikan keamanan jangka panjang.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |