Pengamat Belanda Yakin Patrick Kluivert Segera Dipecat Usai Gagal Bawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026

Patrick Kluivert
Sumber :
  • x.com

Gelombang kritik tengah menerpa pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, usai kegagalan membawa Skuad Garuda melaju ke Piala Dunia 2026. Sorotan tajam bukan hanya datang dari publik dalam negeri, tetapi juga dari pengamat sepak bola asal Belanda, Valentijn Driessen. Ia dengan tegas memprediksi bahwa Kluivert dan jajaran asistennya akan segera didepak dari kursi kepelatihan dalam waktu dekat.

Kegagalan Timnas Indonesia di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia menjadi puncak kekecewaan banyak pihak. Dalam dua laga terakhir Grup B, skuad asuhan Kluivert tumbang dari Arab Saudi dengan skor 2-3 dan kalah tipis 0-1 dari Irak. Dua hasil negatif itu memastikan langkah Indonesia terhenti, sekaligus menutup harapan untuk mencatat sejarah baru tampil di ajang paling bergengsi sepak bola dunia.

Publik Tanah Air pun menuntut evaluasi besar-besaran. PSSI diminta bertindak cepat untuk meninjau ulang performa Kluivert, yang dianggap gagal memenuhi ekspektasi tinggi. Padahal, pelatih berpaspor Belanda itu datang dengan reputasi mentereng dan dukungan penuh federasi, termasuk keleluasaan membentuk tim pelatihnya sendiri yang seluruhnya juga berasal dari Belanda. Namun, hasil di lapangan justru berbanding terbalik dengan harapan.

Menariknya, kritik tajam juga datang dari negara asal Kluivert sendiri. Valentijn Driessen, salah satu pengamat sepak bola senior Belanda, menilai kegagalan itu menjadi bukti bahwa strategi dan pendekatan Kluivert tidak berjalan efektif. Dalam wawancaranya dengan media Belanda Voetbal Primeur pada Selasa (14/10/2025), ia menyindir keras kinerja sang pelatih.

“Meski ada kontingen Belanda di semua lapisan staf dan skuad, mereka tetap tersingkir oleh Irak,” ujarnya dengan nada sindiran.

Menurut Driessen, kegagalan tersebut sulit diterima karena sejatinya Timnas Indonesia memiliki skuad yang jauh lebih kuat dibanding beberapa lawannya. Deretan pemain naturalisasi seperti Jay Idzes, Calvin Verdonk, Miliano Jonathans, Kevin Diks, hingga Maarten Paes, dinilai cukup untuk bersaing di level Asia. Namun, potensi besar itu tidak dimaksimalkan oleh tim kepelatihan.

“Indonesia punya skuad yang berkualitas. Tapi sayangnya, pelatih dan stafnya tidak mampu mengeluarkan kemampuan terbaik para pemainnya. Ini adalah bukti bahwa tim pelatih tersebut tidak efektif,” ungkap Driessen.

Ia menambahkan bahwa hasil buruk di kualifikasi merupakan tamparan keras bagi proyek besar PSSI yang menaruh kepercayaan penuh pada eks pemain Barcelona tersebut. Dalam pandangan Driessen, kegagalan menghadapi lawan seperti Irak, yang di atas kertas tidak lebih unggul secara kualitas, menjadi bukti bahwa Indonesia butuh arah baru.

“Sebuah kegagalan melawan lawan yang secara kualitas lebih lemah menunjukkan ada yang salah. Tak diragukan lagi, ini akan berujung pada pembersihan besar-besaran. Sebagian besar ‘koloni Belanda’ itu akan segera angkat kaki dari Jakarta dengan cap: tidak layak,” tegasnya.

Komentar tersebut seakan menegaskan sentimen publik Indonesia yang belakangan juga semakin keras. Di berbagai platform media sosial, banyak suporter Garuda menuntut Kluivert untuk mundur, atau minimal meminta PSSI memutus kontraknya lebih awal. Sebagian penggemar bahkan menilai bahwa gaya bermain Timnas di bawah arahannya cenderung pasif dan tidak mencerminkan semangat juang khas Indonesia.

Sebelum memimpin Timnas Indonesia, Kluivert sempat menukangi beberapa klub dan tim nasional muda, termasuk menjadi asisten pelatih di Barcelona dan timnas Belanda. Rekam jejak itu sempat membuat publik optimistis saat PSSI mengumumkan penunjukannya pada Januari 2025. Saat itu, Kluivert menggantikan Shin Tae-yong yang kontraknya tidak diperpanjang setelah gagal di Piala Asia.

Namun, harapan besar itu kini sirna. Dalam delapan pertandingan bersama Timnas Indonesia, Kluivert hanya mencatat tiga kemenangan, satu hasil imbang, dan empat kekalahan. Catatan ini dianggap terlalu buruk untuk ukuran pelatih dengan pengalaman Eropa. Selain itu, kualitas permainan Timnas dinilai tidak menunjukkan perkembangan berarti, baik dari sisi taktik maupun efektivitas serangan.

Penunjukan Kluivert sejatinya merupakan bagian dari langkah berani PSSI untuk membawa nuansa baru ke sepak bola nasional. Federasi bahkan memberi kebebasan penuh kepada Kluivert dalam memilih asisten dan staf pendukungnya, yang semuanya berasal dari Belanda. Sayangnya, keputusan itu justru berujung kritik. Banyak pihak menilai, keputusan “membawa rombongan Belanda” ini membuat komunikasi dan adaptasi di lapangan menjadi sulit.

Selain performa yang mengecewakan, faktor lain yang membuat posisinya terancam adalah nilai kontraknya yang cukup tinggi. Berdasarkan laporan sejumlah media olahraga, Kluivert menerima gaji besar selama melatih Timnas Indonesia. Dengan hasil yang tidak sesuai harapan, tekanan terhadap PSSI untuk memutus kerja sama pun semakin besar.

Sementara itu, para pemain seperti Kevin Diks dan Maarten Paes dikabarkan turut kecewa berat. Beberapa di antara mereka mengungkapkan rasa frustasi di media sosial setelah Indonesia resmi tersingkir. Mereka mengaku terpukul karena gagal membawa Indonesia mencatat sejarah tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya.

Kini, nasib Kluivert bergantung pada keputusan PSSI dalam waktu dekat. Banyak pengamat menilai, pemecatan pelatih berusia 49 tahun itu hanya tinggal menunggu waktu. Jika benar terjadi, maka Kluivert akan menjadi pelatih kedua yang dipecat dalam dua tahun terakhir, setelah Shin Tae-yong.

Situasi ini menempatkan PSSI di persimpangan jalan: apakah akan kembali mempercayakan tim kepada pelatih asing, atau memilih sosok lokal yang lebih memahami karakter sepak bola Indonesia. Satu hal yang pasti, publik sepak bola Tanah Air berharap ada perubahan nyata demi mengembalikan kebanggaan Garuda di kancah internasional.

Dengan meningkatnya tekanan dari berbagai pihak, termasuk suara kritis dari Belanda sendiri, masa depan Patrick Kluivert di kursi pelatih Timnas Indonesia tampaknya berada di ujung tanduk. Kini, semua mata tertuju pada langkah berikut PSSI — apakah akan memberi kesempatan kedua, atau segera menutup lembaran Kluivert di sepak bola Indonesia.