Waspada! Redenominasi Bisa Bikin Ekonomi Kolaps, Lihat Nasib Zimbabwe & Argentina

Waspada! Redenominasi Bisa Bikin Ekonomi Kolaps—Lihat Nasib Zimbabwe & Argentina
Sumber :
  • indonesia.go.id

Gadget – Wacana redenominasi rupiah kembali menguat. Pada Oktober 2025, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa resmi memasukkan kebijakan penyederhanaan nilai mata uang ke dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2025–2029 melalui PMK Nomor 70 Tahun 2025. Targetnya jelas: Rancangan Undang-Undang (RUU) Redenominasi Rupiah harus rampung pada 2027.

Namun, di balik semangat reformasi administratif ini, ada peringatan keras dari sejarah dunia: tidak semua negara sukses saat melakukan redenominasi. Bahkan, beberapa justru mengalami kekacauan ekonomi, inflasi liar, hingga kehilangan kepercayaan publik terhadap mata uang nasional.

Artikel ini mengupas kasus-kasus redenominasi yang gagal Zimbabwe, Venezuela, dan Argentina serta pelajaran krusial yang harus diambil Indonesia sebelum benar-benar menjalankan kebijakan sensitif ini.

Apa Itu Redenominasi? Bukan Pemotongan Nilai, Tapi Penyederhanaan Digit

Sebelum membahas kegagalan, penting dipahami: redenominasi bukan devaluasi.

“Redenominasi hanya memangkas digit angka pada uang, bukan memangkas nilai,” tegas Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank. 

Misalnya, Rp1.000 menjadi Rp1, Rp1 juta menjadi Rp1.000 tapi daya belinya tetap sama. Tujuannya administratif dan psikologis: mempermudah transaksi, akuntansi, sistem perbankan, dan mengurangi kesan “uang besar” yang bisa mengganggu persepsi ekonomi.

Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro dan kesiapan teknis. Jika dilakukan saat ekonomi rapuh, redenominasi bisa memicu kepanikan, spekulasi, bahkan inflasi.

Zimbabwe: Redenominasi di Tengah Hiperinflasi Bencana yang Tak Terelakkan

Tak ada contoh kegagalan redenominasi yang lebih dramatis daripada Zimbabwe.

Antara 2006 hingga 2009, Zimbabwe mengalami hiperinflasi terburuk dalam sejarah modern. Pada puncaknya, tingkat inflasi mencapai 79,6 miliar persen per bulan. Uang kertas bergambar miliaran bahkan triliunan Zimbabwe Dollar (ZWD) beredar tapi nilainya tak cukup untuk membeli sepotong roti.

Dalam keputusasaan, pemerintah Zimbabwe melakukan empat kali redenominasi dalam tiga tahun:

  • 2006: Hapus 3 nol → ZWD baru
  • 2008: Hapus 10 nol → ZWD kedua
  • 2008 (lagi): Hapus 12 nol → ZWD ketiga
  • 2009: Hapus 12 nol lagi → ZWD keempat (1 ZWD baru = 1 triliun ZWD lama)

Namun, tanpa stabilitas ekonomi dan kepercayaan publik, redenominasi justru memperparah kekacauan. Masyarakat kehilangan kepercayaan pada mata uang nasional. Akhirnya, pada 2009, Zimbabwe melegalkan penggunaan mata uang asing terutama dolar AS dan rand Afrika Selatan.