Bitcoin Terkoreksi: Awal Badai atau Sekadar Konsolidasi Sehat? Simak Analisa Lengkapnya!

Bitcoin
Sumber :
  • antaranews.com

Gadget – Setelah berhasil mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH) baru di level Rp1,8 miliar ($111.814) pada 22 Mei 2025 lalu, Bitcoin (BTC), sang raja crypto, kini mulai kehilangan momentum. Dalam waktu sepekan, harganya terkoreksi lebih dari Rp147 juta ($9.000) dan saat ini diperdagangkan di kisaran Rp1,68 miliar ($103.000). Penurunan ini sontak memicu perdebatan panas di kalangan pelaku pasar crypto: apakah ini hanya fase konsolidasi sehat yang wajar terjadi, atau justru menjadi awal dari penurunan lebih dalam yang patut diwaspadai? Mari kita simak analisa lengkapnya!


Sinyal Teknis Bitcoin Mulai Berbahaya?

Bitcoin Terancam Jika Konflik Israel-Iran Memanas!

Dilansir dari Crypto Potato, pergerakan harga BTC dalam 24 jam terakhir memang cukup liar. Terlihat fluktuasi harga yang signifikan, bergerak antara Rp1,68 miliar ($103.300) hingga Rp1,71 miliar ($105.000). Meskipun demikian, jika dilihat secara bulanan dan tahunan, Bitcoin masih mencatat kenaikan positif, yaitu naik 9,1% dalam 30 hari dan 52,1% dalam setahun terakhir. Namun, laju kenaikannya memang terlihat mulai melambat, yang menjadi perhatian beberapa pihak.

Salah satu analis dari CryptoQuant, Axel Adler Jr., memberikan peringatan serius. Menurutnya, BTC baru saja memicu empat sinyal jual berturut-turut berdasarkan indikator Net UTXO Supply Ratio. Hal ini, kata Adler, mencerminkan kondisi pasar yang terlalu panas dan mengindikasikan bahwa investor mulai memasuki fase pengambilan untung. Ini adalah sinyal bahwa tekanan jual mungkin meningkat.

AI Diprediksi Lebih Boros Listrik dari Bitcoin Mining di Akhir 2025, Ini Alasannya

Adler juga mengungkap dua skenario yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. Pertama, Bitcoin bisa saja bergerak datar atau sideways di rentang Rp1,55 miliar–Rp1,71 miliar ($95.000–$105.000) untuk beberapa minggu ke depan. Skenario ini menunjukkan fase penyesuaian harga tanpa penurunan drastis. Kedua, ada kemungkinan terjadi koreksi menengah yang membawa harga turun ke Rp1,5 miliar ($92.000) guna “mengurangi tekanan beli berlebihan” yang ada saat ini. Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius bagi para trader jangka pendek dan investor institusional yang mencari keuntungan cepat atau yang baru masuk pasar.


Halaman Selanjutnya
img_title