China Kirim Material Rudal Canggih ke Iran: Apa Dampaknya untuk Timur Tengah?
- military
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah tampaknya kembali memanas. Kali ini, sorotan dunia mengarah pada hubungan erat antara Iran dan China, terutama terkait dukungan militer yang semakin terang-terangan. Berdasarkan laporan investigatif hingga Juli 2025, terungkap bahwa China telah mengirimkan bahan bakar dan komponen penting untuk produksi rudal balistik ke Iran. Lantas, seberapa besar dampaknya?
Pasokan Bahan Propelan: Akselerasi Produksi Rudal Iran
Pada Juni 2025, Iran dilaporkan menerima ribuan ton ammonium perchlorate, bahan utama dalam pembuatan bahan bakar padat untuk rudal. Bahan ini memungkinkan Iran memproduksi hingga 800 unit rudal balistik—sebuah lonjakan yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Tak berhenti di situ, awal tahun 2025, dua kapal dagang Iran, yakni Golbon dan Jairan, juga membawa lebih dari 1.000 ton sodium perchlorate dari China. Komponen ini menjadi bahan baku pembuatan ammonium perchlorate yang lebih stabil dan mudah diangkut. Dari estimasi para analis militer, jumlah ini cukup untuk memproduksi sekitar 260 rudal jarak menengah, seperti seri Kheibar Shekan atau Haj Qasem.
Perlu diketahui, rudal berbahan bakar padat lebih disukai karena mampu diluncurkan dengan cepat, tidak membutuhkan bahan bakar ulang sebelum peluncuran, dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama.
Mengisi Kekosongan Pascaserangan Israel
Langkah cepat Iran ini bukan tanpa alasan. Sejak serangan udara Israel pada Oktober 2024 yang menghancurkan sebagian besar fasilitas produksi rudalnya, Iran mengalami kesulitan memulihkan cadangan senjatanya. Maka, dukungan dari China dalam bentuk bahan baku ini menjadi penyelamat krusial yang mempercepat proses reindustrialisasi senjata strategis Teheran.