Gaza Terancam Dicaplok, Dunia Islam Angkat Suara

Gaza Terancam Dicaplok
Sumber :
  • lifeworks

Rencana Israel untuk mencaplok Jalur Gaza kembali memicu ketegangan di Timur Tengah. Keputusan yang disetujui oleh kabinet keamanan Israel ini sontak menuai kecaman internasional, khususnya dari negara-negara Arab dan mayoritas Muslim. Meski di sebagian publik beredar anggapan bahwa dunia Islam “diam”, faktanya banyak negara justru secara tegas menolak dan mengecam langkah tersebut.

Gelombang Kecaman dari Dunia Islam

5 Kekuatan Militer yang Menguasai Timur Tengah di 2025

Sejumlah besar negara Muslim—termasuk yang memiliki peran strategis di kawasan—telah mengirim pesan keras kepada Israel. Sedikitnya 20 negara Arab dan Muslim, di antaranya Mesir, Arab Saudi, dan Turki, menganggap pencaplokan Gaza sebagai eskalasi berbahaya sekaligus pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Mereka menilai, langkah ini tidak hanya memperdalam konflik, tetapi juga menghapus peluang menuju perdamaian yang sudah rapuh.

Kecaman itu semakin jelas ketika Komite Menteri dari KTT Luar Biasa Arab–Islam mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam dokumen itu, mereka menegaskan bahwa rencana Israel merupakan bentuk pendudukan ilegal yang harus dihentikan. Komite juga menuduh kebijakan tersebut sebagai upaya menghapus hak rakyat Palestina atas tanah mereka sendiri.

Membongkar Strategi Rahasia Israel dan Amerika di Balik Serangan ke Iran

Turki mengambil posisi yang lebih vokal. Ankara menyerukan persatuan negara Muslim di bawah koordinasi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk segera mengadakan pertemuan darurat. Pemerintah Turki menilai rencana Israel mengandung unsur genosida dan ambisi ekspansionis yang mengancam stabilitas kawasan.

Sementara itu, Jordania menyatakan bahwa dukungan dunia Arab hanya akan diberikan pada keputusan yang disepakati oleh rakyat Palestina sendiri. Amman menolak segala bentuk intervensi atau kesepakatan yang tidak memiliki legitimasi dari pihak Palestina.

Bocor! Jutaan Panggilan Telepon Warga Palestina Direkam dan Disimpan di Server Microsoft oleh Israel

Di level internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ikut angkat suara. Volker Türk, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, menilai pencaplokan Gaza melanggar prinsip HAM dan menyerukan penghentian segera rencana tersebut.

Mengapa Terlihat “Diam”?

Meski pernyataan penolakan mengalir deras, sebagian publik masih merasakan kesan bahwa negara-negara Muslim terkesan pasif. Ada beberapa alasan yang membuat persepsi ini terbentuk.

Pertama, faktor geopolitik dan kepentingan diplomatik. Beberapa negara Arab moderat yang terlibat dalam Abraham Accords—seperti Uni Emirat Arab dan Bahrain—memiliki hubungan strategis dengan Israel di bidang keamanan, energi, dan perdagangan. Kondisi ini membuat mereka cenderung memilih kata-kata hati-hati agar tidak merusak kerja sama yang sudah terjalin.

Kedua, perbedaan antara tekanan publik dan kebijakan pemerintah. Di banyak negara, suara masyarakat menuntut dukungan penuh terhadap Palestina. Namun, pemerintah kerap memilih jalur diplomasi yang lebih lunak untuk menghindari konfrontasi langsung atau eskalasi konflik.

Ketiga, kurangnya kesatuan politik di dunia Arab dan Islam. Sejarah panjang menunjukkan sulitnya negara-negara ini bersatu dalam satu sikap tegas. Perbedaan kepentingan, rivalitas internal, dan dinamika regional kerap menghambat terbentuknya aksi kolektif yang kuat.

Keempat, adanya kecenderungan mengeluarkan kebijakan simbolik alih-alih langkah konkret. Contohnya, beberapa negara hanya membekukan sementara hubungan diplomatik atau perdagangan dengan Israel, yang dinilai sebagian pihak tidak cukup untuk memberi tekanan nyata.

Ringkasan Situasi

Bila dirangkum, situasinya tampak seperti berikut:

Aspek Penjelasan
Reaksi negara Muslim Banyak negara Arab dan Muslim secara resmi mengecam rencana Israel, menolak pencaplokan Gaza.
Tantangan diplomatik Hubungan bilateral dan normalisasi membuat sebagian negara memilih langkah hati-hati.
Pandangan publik Mayoritas publik menuntut sikap lebih tegas, namun pemerintah cenderung mengedepankan diplomasi.
Solidaritas terbatas Perpecahan politik antarnegara Islam melemahkan kekuatan respons kolektif.

Tidak Diam, Tapi Berhitung

Pertanyaan “mengapa negara Muslim diam?” ternyata tidak sepenuhnya tepat. Faktanya, banyak negara Muslim telah mengutuk keras langkah Israel, meski bentuk aksinya cenderung diplomatis dan terkadang tidak sejalan dengan harapan publik.

Respons yang hati-hati ini mencerminkan kompleksitas geopolitik di Timur Tengah, di mana setiap langkah memiliki konsekuensi strategis. Dalam kondisi ini, dukungan bagi Palestina memang tetap ada, namun jalannya melalui diplomasi yang penuh perhitungan, bukan aksi langsung yang bisa memicu konflik lebih luas.

Ke depan, tantangannya terletak pada kemampuan negara-negara Muslim untuk menyatukan suara dan tindakan, sehingga kecaman tidak berhenti pada pernyataan, tetapi benar-benar memberi dampak pada kebijakan Israel terhadap Gaza.