Amerika Kalah Jauh Cuma Bisa Ngikutin China, Ini Faktanya!

Amerika Kalah Jauh Cuma Bisa Ngikutin China, Ini Faktanya!
Sumber :
  • Net

GadgetTikTok kini menjadi salah satu fenomena terbesar dalam dunia digital. Aplikasi asal China ini sukses mengubah pola konsumsi hiburan global hanya dalam waktu singkat. Sejak diluncurkan secara global pada 2016, TikTok berkembang pesat hingga mencatat lebih dari 1,12 miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Yang menarik, rata-rata pengguna Amerika Serikat (AS) bisa menghabiskan waktu hingga 108 menit per hari hanya untuk scrolling konten di platform tersebut.

Gagal Cegah Serangan Hamas, Ini Daftar Jenderal Israel yang Dipecat

Keberhasilan TikTok ini membuat para raksasa teknologi Amerika—seperti Meta dan Google—tak bisa tinggal diam. Mereka meluncurkan produk serupa yang terinspirasi langsung dari TikTok. Instagram menghadirkan Reels, YouTube memperkenalkan Shorts, bahkan LinkedIn mencoba menyematkan fitur video pendek. Namun, meski semua fitur tersebut dirancang untuk mengejar popularitas TikTok, hasilnya masih jauh dari kata berhasil.

Algoritma TikTok Sulit Ditandingi

Mau Posting Medsos Hari Guru? 50 Caption Hari Guru 2025 yang Bikin Haru & Penuh Makna

Pengamat menilai, keunggulan terbesar TikTok ada pada algoritma. Teknologi rekomendasinya mampu memahami perilaku pengguna dengan sangat detail, mulai dari jenis video yang mereka sukai, durasi menonton, hingga interaksi kecil seperti jeda atau skip.

Pernyataan ini menegaskan bahwa TikTok bukan sekadar platform hiburan, melainkan ruang utama interaksi digital bagi generasi muda. Tak heran, keberhasilan ini sulit disamai pesaing dari Amerika.

Dari 15 Detik ke 20 Menit: Instagram Ubah Aturan Reels, Ini yang Perlu Anda Tahu

Monetisasi Masih Jadi PR

Meski unggul dalam popularitas, TikTok tetap menghadapi tantangan besar, yakni monetisasi. Tahun lalu, aplikasi ini mencatat pendapatan iklan hingga US$23,6 miliar. Namun, model bisnis video pendek masih menyisakan pertanyaan: bagaimana cara membuat kreator bertahan dengan penghasilan yang konsisten?

Sebagai perbandingan, YouTube Shorts hanya membayar sekitar empat sen (Rp600) untuk setiap 1.000 tayangan, jauh lebih rendah dibandingkan video berdurasi panjang di YouTube. Sementara itu, Instagram mencoba berbagai inovasi untuk menarik kreator, termasuk fitur Trial Reels, yang memungkinkan pengujian konten hanya kepada non-pengikut sebelum dirilis lebih luas.

Namun Meta sendiri mengakui, monetisasi Reels masih dalam tahap uji coba. Artinya, meski TikTok sedang berjaya, para pesaing tetap mencari celah agar tidak sepenuhnya tertinggal.

Amerika Cari Celah di Tengah Isu Larangan

Halaman Selanjutnya
img_title