Aplikasi ‘Text with Jesus’ Viral! Benarkah AI Bisa Gantikan Tuhan?

AI Ciptakan Yesus Virtual
Sumber :
  • ilustrasi

Honor X9d Resmi Meluncur: Kamera 108MP dan Baterai Raksasa 8300mAh Bikin Kelas Menengah Guncang

Fenomena Lintas Agama

Menariknya, tren ini tidak hanya muncul di kalangan Kristen. Beberapa agama besar lain juga ikut memanfaatkan AI untuk tujuan keagamaan. Ada Deen Buddy untuk umat Islam, Vedas AI untuk penganut Hindu, serta AI Buddha untuk umat Buddha. Umumnya, aplikasi-aplikasi tersebut berfungsi sebagai antarmuka kitab suci atau alat bantu pembelajaran, bukan sebagai “perwujudan ilahi”.

Inilah 6 Fitur Baru OriginOS 6 yang Bakal Membuat Pengalaman Anda Lebih Seru!

Seorang pengguna asal Filipina bernama Nica, berusia 28 tahun, mengaku menggunakan ChatGPT hampir setiap hari untuk mendalami Alkitab. Meski pendetanya kurang menyetujui cara tersebut, Nica merasa AI membantu memperluas pemahamannya. “Terkadang saya punya pertanyaan spontan tentang Alkitab, dan ingin mendapat jawaban cepat. AI membantu menjembatani rasa ingin tahu itu,” ujarnya.

Namun, sejumlah otoritas agama menilai hal itu perlu diwaspadai. Rabi Gilah Langner dari Washington DC, misalnya, menegaskan bahwa hukum Yahudi penuh dengan interpretasi kompleks yang membutuhkan empati dan pemahaman manusia. “AI bisa saja menjawab dengan logis, tapi kehilangan kedalaman emosional. Hubungan manusiawi dan spiritualitas sejati tidak bisa digantikan mesin,” ujarnya.

Bukan TV Biasa! Hisense Luncurkan Layar Raksasa 116 Inci dengan Otak AI dan Dolby Vision 2

Kekhawatiran Soal Iman dan Otentisitas

Kekhawatiran yang sama juga muncul di kalangan umat biasa. Emanuela, seorang jemaat di Katedral St. Patrick, New York, menyatakan keraguannya terhadap penggunaan chatbot dalam urusan iman. “Kalau seseorang ingin mencari Tuhan, mereka sebaiknya berbicara dengan sesama manusia yang juga beriman, bukan dengan mesin,” katanya.

Meskipun begitu, tidak semua pihak menolak kehadiran AI di dunia spiritual. Bahkan, Paus Fransiskus sendiri menunjukkan keterbukaannya terhadap teknologi ini. Tahun lalu, beliau menunjuk Demis Hassabis, salah satu pendiri Google DeepMind, untuk bergabung dalam akademi ilmiah Vatikan. Langkah itu dianggap sebagai sinyal bahwa Gereja Katolik siap berdialog dengan kemajuan teknologi, asalkan tetap dalam koridor etika.


Eksperimen Gereja dan Masa Depan AI Spiritual

Eksperimen AI di gereja juga pernah dilakukan oleh Pendeta Jay Cooper dari Gereja Violet Crown City di Austin, Texas. Pada November 2023, ia meminta asisten AI menulis dan menyampaikan khotbah penuh kepada jemaat. Sebelumnya, ia sudah memperingatkan bahwa khotbah tersebut hasil karya mesin. “Beberapa orang panik dan menuduh kami menjadi gereja AI,” kenangnya. Namun, acara itu ternyata menarik perhatian banyak orang baru, termasuk para penggemar gim yang biasanya jarang datang ke gereja.

Halaman Selanjutnya
img_title