Eks Pelatih Persib Kritik Naturalisasi, Minta Timnas Indonesia Fokus Bina Pemain Lokal untuk Piala Dunia 2030
- x.com
Mantan pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts, memberikan pandangan mengejutkan soal arah pengembangan Timnas Indonesia. Setelah skuad Garuda gagal lolos ke Piala Dunia 2026, pelatih asal Belanda itu menyarankan agar PSSI menghentikan proyek naturalisasi pemain dan mulai menata pembinaan sepak bola dari akar rumput.
Robert yang telah lebih dari 15 tahun berkarier di Indonesia mengaku baru kali ini berbicara secara terbuka mengenai Timnas. Saat masih aktif melatih, ia menolak berkomentar karena menghormati perannya sebagai pelatih klub. Namun kini, setelah tidak lagi terikat pekerjaan, ia merasa perlu menyuarakan pandangan jujurnya.
Menurut Robert, pelatih klub memiliki tanggung jawab besar bukan hanya untuk memenangkan kompetisi, tetapi juga menyiapkan pemain agar bisa berkontribusi maksimal saat membela Timnas Indonesia. Ia melihat peran tersebut mulai berubah sejak gelombang naturalisasi pemain semakin masif dilakukan.
Awalnya, naturalisasi hanya ditujukan bagi pemain asing yang lama tinggal di Indonesia. Namun kini, menurutnya, fokus PSSI bergeser ke mencari pemain keturunan yang bahkan belum pernah bermain di kompetisi lokal.
“Coba lihat tim yang bermain tadi malam, hanya ada tiga pemain yang lahir di Indonesia. Jadi, sekarang kita membangun konsep tim yang tidak lagi berakar pada sepak bola nasional,” ujar Robert melalui akun Instagram pribadinya.
Evaluasi Gagalnya Timnas Indonesia di Piala Dunia 2026
Komentar tersebut muncul setelah kekalahan Timnas Indonesia dari Arab Saudi dan Irak, yang memastikan skuad asuhan Patrick Kluivert gagal melangkah ke putaran berikutnya Piala Dunia 2026.
Robert menilai kegagalan itu memang menyakitkan, tapi bukanlah akhir dari segalanya. Menurutnya, hasil tidak lolos bukan yang paling penting, melainkan bagaimana proses menuju kesuksesan jangka panjang.
“Hasil akhirnya memang tidak menggembirakan, tetapi perjalanan menuju keberhasilan itulah yang harus dihargai. Para pemain sudah berjuang sekuat tenaga, hanya saja ada batas kapasitas dan level yang belum bisa dicapai,” ucap Robert.
Mantan pelatih PSM Makassar itu juga mengingatkan agar publik tidak terus larut dalam kekecewaan, melainkan mulai menatap ke depan. Ia menegaskan bahwa PSSI perlu memikirkan arah pembangunan jangka panjang demi target yang lebih realistis, yaitu Piala Dunia 2030.
Fokus Piala Dunia 2030 dan Penghentian Naturalisasi
Robert menilai lima tahun ke depan menjadi waktu krusial bagi Timnas Indonesia untuk membangun fondasi yang lebih kuat. Ia mempertanyakan apakah skuad saat ini sudah ideal untuk dilanjutkan atau sudah saatnya memulai regenerasi.
“Tahun 2030 itu tidak lama lagi, hanya lima tahun dari sekarang. Apakah tim yang sekarang ini layak diteruskan, atau sudah waktunya memberi ruang untuk generasi baru?” katanya.
Pelatih asal Belanda itu juga menegaskan bahwa proyek naturalisasi sebaiknya dihentikan. Bukan karena Indonesia sudah cukup memiliki pemain berbakat, tetapi agar pembinaan di dalam negeri bisa tumbuh tanpa ketergantungan pada pemain keturunan.
Menurut Robert, jika Indonesia terus mengandalkan pemain luar negeri, sistem pembibitan lokal tidak akan berkembang. Padahal, kunci keberhasilan sepak bola suatu negara justru terletak pada konsistensi pengembangan pemain muda.
Belajar dari Korea Selatan dan Malaysia
Robert kemudian membandingkan pendekatan Indonesia dengan dua negara yang pernah ia kenal dari dekat, yakni Malaysia dan Korea Selatan.
Ia mengungkapkan, kemajuan sepak bola Korea Selatan bukan terjadi secara instan, tetapi hasil dari investasi panjang pada tim usia muda. Menurutnya, kesuksesan tim senior Korea di Piala Dunia berawal dari konsistensi tim U-17 dan U-20 mereka yang rutin berpartisipasi di turnamen dunia.
“Kesuksesan Korea lahir dari pembinaan berkelanjutan. Tim muda mereka selalu bermain di Piala Dunia U-17 dan U-20. Dari situ lahir pemain yang siap bersaing di level tertinggi,” jelas Robert.
Ia berharap PSSI meniru model pembinaan tersebut, bukan sekadar mencari solusi instan melalui naturalisasi. Robert menegaskan bahwa pondasi sepak bola nasional harus dibangun dari kompetisi usia muda yang sehat dan berkelanjutan.
Di akhir pernyataannya, Robert Rene Alberts berharap agar Indonesia benar-benar belajar dari pengalaman di kualifikasi Piala Dunia 2026. Ia menilai kegagalan itu bisa menjadi pelajaran berharga untuk memperkuat sistem pembinaan nasional.
“Semoga Indonesia bisa menentukan arah yang jelas, agar pada tahun 2030 nanti kita benar-benar siap bersaing dan lolos ke Piala Dunia,” katanya.
Robert juga menyebutkan bahwa ia akan terus berbagi pandangan mengenai strategi pengembangan sepak bola, terutama dari sisi pembinaan pemain muda. Menurutnya, kesuksesan Timnas Indonesia di masa depan hanya bisa dicapai bila pembangunan dilakukan secara sistematis, bukan dengan jalan pintas.
Dengan pandangan tajamnya, Robert Rene Alberts mengingatkan bahwa jalan menuju Piala Dunia bukan hanya tentang hasil cepat, tetapi tentang menanam benih sejak dini. Dan bagi Indonesia, membangun dari pemain lokal adalah langkah paling realistis menuju impian besar 2030.