Tagar “Kluivert Out” Meledak Usai Timnas Gagal: Media Belanda Kaget dan Soroti Kebijakan PSSI
- ig/@patrickkluivert9
Rangkaian hasil tersebut menutup buku peluang ke Piala Dunia 2026. Kegagalan itu menjadi pemicu utama ledakan tagar #PatrickOut dan #KluivertOut. Bukan hanya akun anonim, sejumlah media dan figur publik ikut mengabarkan tren tersebut, sehingga eksposurnya meluas. Di titik inilah Voetbal Primeur menulis bahwa tekanan kepada Patrick Kluivert meningkat tajam.
Mengapa Tagar Menguat?
Ada beberapa faktor yang membuat tagar “Kluivert Out” menguat dan menjadi trending:
Ekspektasi yang Terkumpul: Perjalanan panjang Kualifikasi membuat publik berharap pada puncak hasil. Saat hasil akhir tak sesuai target, akumulasi ekspektasi berubah menjadi kekecewaan kolektif.
Catatan Performa: Sejak awal 2025, Patrick Kluivert memulai masa kerja dengan hasil awal yang belum konsisten. Laga perdana kontra Australia berakhir negatif, dan di putaran lanjutan, produktivitas gol Timnas Indonesia terbatas. Ada satu kemenangan besar 5-0 atas China Taipei pada FIFA Matchday September 2025, tetapi dua laga hidup-mati kontra Arab Saudi dan Irak kembali menahan laju.
Isu Strategi dan Eksekusi: Di level permainan, publik mengamati kurangnya efektivitas di sepertiga akhir. Perubahan pola yang lebih berani saat melawan Irak belum diikuti ketajaman penyelesaian. Hal-hal teknis ini cepat menjadi bahan diskusi di linimasa.
Dimensi Kebijakan: Di luar taktik, perdebatan meluas ke ranah organisasi. Voetbal Primeur menyinggung bagaimana keputusan PSSI mempercayakan kursi pelatih kepada Kluivert setelah masa Shin Tae-yong yang dinilai banyak pihak memberi fondasi kuat. Ini menambah lapisan isu di mata suporter.
Sorotan Voetbal Primeur: Bukan Sekadar Pelatih
Voetbal Primeur menaruh perhatian pada dua poros kritik publik. Pertama, arah kritik ke Patrick Kluivert sebagai penanggung jawab teknis. Kedua, sorotan ke Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI yang dianggap berperan dalam otoritas pengambilan keputusan. Media tersebut memotret bagaimana tagar diarahkan tidak hanya kepada sosok pelatih, tetapi juga kepada pengambil kebijakan di federasi. Ini menandakan bahwa wacana yang berkembang bukan sekadar hasil pertandingan, melainkan menyentuh tata kelola, proses pemilihan pelatih, hingga kontinuitas program Timnas Indonesia.
Dalam ulasan itu, rekam jejak Kluivert sebagai pelatih tim nasional turut dibahas. Penilaian yang mengemuka adalah bahwa statistik Kluivert, sebagai kepala pelatih di level negara, belum cukup kuat untuk menenangkan keraguan publik. Karena itu, saat target besar seperti Piala Dunia 2026 kandas, resistensi semakin mudah menguat.