Fakta Mengejutkan di Balik Jenazah Tahanan Palestina: Organ Hilang, Bukti Kekejaman Israel?

Dari Neraka ke Surga: Kisah Pembebasan Ribuhan Tahanan Palestina dari Penjara Israel
Sumber :
  • aa.com.tr

Isu pelanggaran kemanusiaan kembali mengguncang kawasan Timur Tengah. Kali ini, tuduhan serius diarahkan kepada Israel setelah puluhan jenazah tahanan Palestina dikembalikan dalam kondisi sangat mengenaskan. Selain ditemukan tanda-tanda penyiksaan dan luka bakar parah, beberapa jenazah diduga kehilangan organ tubuh, memunculkan dugaan kuat adanya praktik pencurian organ oleh pihak Israel.

Konflik Gaza Panas Lagi! Israel Bombardir Rafah, AS Masih Bicara Soal Damai?

Kabar ini pertama kali diungkap oleh Kantor Media Tahanan Palestina, yang melaporkan adanya indikasi jelas bahwa sebagian jenazah kehilangan organ vital. Dalam pernyataannya, lembaga tersebut menilai perbuatan itu sebagai kejahatan yang melampaui batas kemanusiaan dan bukti praktik kriminal sistematis terhadap rakyat Palestina, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

“Data awal menunjukkan kemungkinan besar organ manusia dicuri dari beberapa jenazah. Ini merupakan kejahatan yang mengungkap wajah kelam penjajahan dan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia,” tulis pernyataan lembaga itu yang dikutip dari kantor berita Anadolu, Jumat (17/10/2025).

Drone Israel Serang Pasukan Perdamaian UNIFIL di Lebanon, PBB Kecam Pelanggaran Resolusi

Para pakar hak asasi manusia pun menyoroti temuan ini dengan nada prihatin. Mereka menilai kondisi tersebut bukan hanya menegaskan adanya kekerasan ekstrem, tetapi juga membuka kembali dugaan praktik pengambilan organ tubuh secara ilegal yang pernah terjadi dalam beberapa kasus di masa lalu. Beberapa pengamat bahkan mengingatkan bahwa isu serupa pernah mencuat pada awal 2000-an, ketika sejumlah jenazah warga Palestina juga dikembalikan tanpa beberapa organ tubuh.

Bukti Forensik Menguatkan Dugaan

Guncang Dunia! Pengadilan Internasional Nyatakan Israel Lakukan Genosida di Gaza, AS Ikut Disorot

Kecurigaan makin menguat setelah muncul hasil pemeriksaan medis dan forensik terhadap jenazah-jenazah tersebut. Laporan dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengonfirmasi bahwa banyak dari jenazah yang dikembalikan dalam kondisi mengenaskan: mata tertutup, tangan terikat, dan tubuh penuh luka penyiksaan.

“Jenazah para tahanan Gaza dikembalikan kepada kami dalam keadaan terikat seperti binatang, dengan mata tertutup dan tubuh penuh luka bakar serta bekas penyiksaan berat,” ungkap Munir Al Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, melalui akun resminya di platform X.

Ia menjelaskan, sebagian besar jenazah menunjukkan tanda-tanda luka bakar mendalam, kulit hangus, serta tulang yang patah. Kondisi tersebut memperkuat dugaan bahwa para tahanan itu bukan meninggal secara alami, melainkan akibat eksekusi dan penyiksaan brutal sebelum kematian.

Menurut Al Bursh, beberapa jenazah bahkan disimpan di kamar mayat Israel untuk waktu yang lama sebelum akhirnya diserahkan kembali, dalam kondisi tubuh yang rusak parah. “Jenazah-jenazah warga Palestina yang tak berdosa ini menjadi saksi bisu kebrutalan penjajah. Mereka tidak mati secara wajar, melainkan dieksekusi setelah diikat dan disiksa,” tambahnya dengan nada getir.

30 Jenazah Dikembalikan dalam Kondisi Mengerikan

Kementerian Kesehatan Palestina menyebut telah menerima 30 jenazah tahanan pada Kamis (16/10/2025). Pengembalian ini dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok perlawanan di Gaza. Namun, alih-alih membawa kedamaian, proses pemulangan itu justru menimbulkan kemarahan dan kesedihan mendalam di kalangan warga Palestina.

Keluarga korban yang menunggu dengan harapan bisa memakamkan kerabat mereka secara layak, justru dikejutkan oleh kondisi mengenaskan jenazah-jenazah tersebut. Sejumlah saksi mata di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, mengaku melihat tubuh-tubuh yang diborgol, ditutup matanya, dan sebagian tampak kehilangan bagian tubuh tertentu.

“Kami tidak bisa mengenali mereka dengan mudah. Banyak tubuh yang hangus dan tidak utuh. Ini bukan kematian biasa,” ujar salah satu anggota keluarga korban kepada media lokal.

Dugaan Kejahatan Sistematis

Para pengamat menilai bahwa kejadian ini bukan kasus tunggal, melainkan bagian dari pola kekerasan yang lebih luas. Beberapa organisasi HAM internasional, seperti Human Rights Watch dan Amnesty International, sebelumnya juga pernah menyoroti praktik penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, hingga penghilangan paksa terhadap warga Palestina oleh otoritas Israel.

Kini, dengan munculnya dugaan pencurian organ, perhatian dunia internasional kembali tertuju pada kebijakan militer Israel terhadap para tahanan. Laporan ini memunculkan seruan agar PBB dan lembaga kemanusiaan global turun tangan melakukan investigasi independen.

Beberapa analis menyebut, jika tuduhan ini terbukti benar, maka tindakan tersebut bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang di bawah Konvensi Jenewa. “Pencurian organ dari tahanan atau jenazah adalah pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Dunia tidak boleh diam,” ujar seorang ahli hukum internasional dari Universitas Birzeit.

Reaksi Dunia Internasional

Sementara itu, sejumlah negara Timur Tengah mulai menyuarakan kecaman keras terhadap Israel. Pemerintah Turki dan Iran mendesak dilakukannya penyelidikan terbuka. Di media sosial, tagar #StopIsraeliCrimes dan #JusticeForPalestine menjadi trending global, menandakan kemarahan publik atas dugaan pelanggaran tersebut.

Bahkan, beberapa aktivis internasional membandingkan kasus ini dengan kejahatan perang di masa lalu. “Mengambil organ dari tahanan adalah tindakan biadab yang tidak bisa diterima oleh peradaban manusia mana pun,” tulis aktivis asal Swedia, Greta Thunberg, yang juga pernah mengaku mengalami penyiksaan selama penahanannya di Israel beberapa waktu lalu.

Desakan Investigasi dan Tanggung Jawab

Menyusul semakin kuatnya tekanan publik, beberapa lembaga HAM Palestina menyerukan agar Komisi Penyelidikan Internasional PBB segera mengirim tim ke Gaza dan Israel untuk melakukan otopsi serta dokumentasi forensik independen.

Mereka menegaskan bahwa hanya dengan penyelidikan terbuka, kebenaran dapat terungkap dan keadilan bagi para korban bisa ditegakkan. “Dunia harus berhenti menutup mata. Setiap nyawa warga Palestina memiliki nilai dan martabat,” tegas salah satu juru bicara Lembaga Tahanan Palestina.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa konflik di Timur Tengah bukan hanya tentang perebutan wilayah, tetapi juga tentang nilai-nilai kemanusiaan yang terus diinjak-injak. Dugaan pencurian organ dari jenazah tahanan Palestina ini kini menjadi ujian bagi masyarakat internasional: apakah akan membiarkan kejahatan ini berlalu, atau berdiri bersama menegakkan keadilan.