Gencatan Senjata Kembali Meledak! Serangan Udara Israel Tewaskan 26 Warga Gaza, Dunia Dikejutkan Eskalasi Baru
- gaza
Di sisi lain, kehidupan warga Gaza kembali dilanda ketakutan. Banyak keluarga yang memilih meninggalkan rumah mereka di Khan Younis dan daerah sekitarnya, terutama setelah beberapa serangan udara menghantam kawasan permukiman. Di pasar utama Nuseirat, antrean panjang terlihat saat warga bergegas membeli persediaan makanan dan kebutuhan pokok, khawatir pertempuran akan semakin memburuk dan jalur bantuan kembali ditutup.
Gelombang kekerasan ini mengingatkan publik pada peristiwa akhir tahun 2024, ketika Israel juga melancarkan serangan balasan terhadap pelanggaran gencatan senjata yang melibatkan Hizbullah, sekutu Hamas yang berbasis di Lebanon. Kala itu, situasi serupa hampir membuat seluruh kawasan Timur Tengah terjerumus ke dalam konflik besar-besaran.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sebagian besar korban tewas kali ini adalah warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran. Rumah sakit di Gaza kini kewalahan menampung korban luka, sementara fasilitas medis yang masih berfungsi menghadapi kekurangan pasokan obat-obatan dan bahan bakar. Kondisi ini diperburuk dengan rusaknya sejumlah jalan utama akibat serangan, yang membuat penyaluran bantuan semakin terhambat.
Pihak internasional pun mulai bersuara. Sejumlah negara anggota PBB menyerukan agar kedua pihak menahan diri dan segera kembali ke meja perundingan. Meski demikian, upaya diplomasi kerap menemui jalan buntu karena masing-masing pihak saling menuduh melakukan pelanggaran lebih dulu. Di tengah situasi ini, masyarakat sipil menjadi pihak yang paling menderita.
Gencatan senjata yang awalnya diharapkan menjadi jalan menuju perdamaian kini berubah menjadi sumber ketegangan baru. Keputusan Israel untuk kembali menyerang Gaza membuat kepercayaan terhadap proses negosiasi semakin menipis. Banyak pengamat menilai bahwa tanpa intervensi kuat dari negara-negara besar, terutama Amerika Serikat dan Mesir, konflik ini berpotensi kembali meluas.
Sementara itu, di kota-kota Israel yang berdekatan dengan perbatasan Gaza, sirene peringatan kembali terdengar beberapa kali. Pemerintah setempat meminta warga untuk tetap waspada terhadap kemungkinan serangan roket balasan dari kelompok militan di Gaza. Tentara Israel juga meningkatkan patroli di wilayah perbatasan untuk mengantisipasi serangan susulan.
Ketidakpastian kini menyelimuti kedua belah pihak. Warga Gaza hidup dalam bayang-bayang serangan udara berikutnya, sementara masyarakat Israel diliputi rasa cemas akan potensi eskalasi yang lebih besar. Meski gencatan senjata diklaim telah “dilanjutkan”, kenyataannya situasi di lapangan menunjukkan hal sebaliknya — sebuah kondisi yang menandakan perdamaian di kawasan itu masih jauh dari harapan.