Gencatan Senjata Kembali Meledak! Serangan Udara Israel Tewaskan 26 Warga Gaza, Dunia Dikejutkan Eskalasi Baru

Serangan Udara Israel Guncang Dunia
Sumber :
  • gaza

Gencatan senjata di Jalur Gaza kembali berada di ujung tanduk. Setelah sempat meredam ketegangan selama beberapa waktu, situasi berubah drastis ketika militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang menewaskan sedikitnya 26 warga Palestina. Insiden ini menjadi babak baru dalam ketegangan yang tampaknya belum menemukan akhir.

Konflik Gaza Panas Lagi! Israel Bombardir Rafah, AS Masih Bicara Soal Damai?

Menurut keterangan warga setempat dan pejabat kesehatan di Gaza, serangan udara tersebut menyebabkan korban jiwa yang terdiri dari pria dewasa, perempuan, hingga anak-anak. Suara ledakan terdengar di berbagai wilayah, sementara kepulan asap tebal memenuhi langit di atas Jalur Gaza. Serangan itu disebut sebagai balasan atas insiden sebelumnya yang menewaskan dua tentara Israel akibat serangan rudal anti-tank yang diklaim dilakukan oleh militan Hamas.

Pemerintah Israel melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu langsung bereaksi keras. Dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan bahwa militer mendapat perintah untuk memberikan “respons kuat dan tegas” terhadap apa yang ia sebut sebagai pelanggaran serius terhadap perjanjian gencatan senjata oleh Hamas. “Kami tidak akan membiarkan serangan terhadap pasukan kami tanpa balasan,” ujarnya dalam konferensi pers di Tel Aviv.

Drone Israel Serang Pasukan Perdamaian UNIFIL di Lebanon, PBB Kecam Pelanggaran Resolusi

Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka menargetkan sejumlah titik strategis Hamas di seluruh Gaza, termasuk markas komando, terowongan bawah tanah, serta gudang senjata yang diduga digunakan untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Israel. Salah satu serangan bahkan menghantam bangunan bekas sekolah di Nuseirat yang saat ini berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi para pengungsi. Insiden ini memicu kecaman keras dari sejumlah organisasi kemanusiaan internasional karena dianggap mengancam keselamatan warga sipil.

Situasi makin memanas ketika Israel sempat menghentikan pasokan bantuan ke wilayah Gaza. Keputusan ini, menurut pemerintah Israel, merupakan bentuk protes terhadap “pelanggaran mencolok” gencatan senjata oleh Hamas. Namun, tekanan diplomatik dari Amerika Serikat akhirnya membuat Israel membuka kembali jalur bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut pada hari berikutnya. Pemerintah AS dikabarkan turut mengirimkan utusan khusus, Steve Witkoff dan Jared Kushner, untuk membantu meredakan situasi di kawasan tersebut.

Guncang Dunia! Pengadilan Internasional Nyatakan Israel Lakukan Genosida di Gaza, AS Ikut Disorot

Sementara itu, pihak Hamas melalui sayap bersenjatanya menyatakan bahwa mereka masih berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati. Hamas juga membantah mengetahui adanya bentrokan di wilayah Rafah dan menegaskan bahwa mereka tidak berhubungan dengan kelompok bersenjata lain sejak Maret lalu. Pernyataan ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pengamat, mengingat eskalasi di lapangan terus meningkat.

Di sisi lain, kehidupan warga Gaza kembali dilanda ketakutan. Banyak keluarga yang memilih meninggalkan rumah mereka di Khan Younis dan daerah sekitarnya, terutama setelah beberapa serangan udara menghantam kawasan permukiman. Di pasar utama Nuseirat, antrean panjang terlihat saat warga bergegas membeli persediaan makanan dan kebutuhan pokok, khawatir pertempuran akan semakin memburuk dan jalur bantuan kembali ditutup.

Gelombang kekerasan ini mengingatkan publik pada peristiwa akhir tahun 2024, ketika Israel juga melancarkan serangan balasan terhadap pelanggaran gencatan senjata yang melibatkan Hizbullah, sekutu Hamas yang berbasis di Lebanon. Kala itu, situasi serupa hampir membuat seluruh kawasan Timur Tengah terjerumus ke dalam konflik besar-besaran.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sebagian besar korban tewas kali ini adalah warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran. Rumah sakit di Gaza kini kewalahan menampung korban luka, sementara fasilitas medis yang masih berfungsi menghadapi kekurangan pasokan obat-obatan dan bahan bakar. Kondisi ini diperburuk dengan rusaknya sejumlah jalan utama akibat serangan, yang membuat penyaluran bantuan semakin terhambat.

Pihak internasional pun mulai bersuara. Sejumlah negara anggota PBB menyerukan agar kedua pihak menahan diri dan segera kembali ke meja perundingan. Meski demikian, upaya diplomasi kerap menemui jalan buntu karena masing-masing pihak saling menuduh melakukan pelanggaran lebih dulu. Di tengah situasi ini, masyarakat sipil menjadi pihak yang paling menderita.

Gencatan senjata yang awalnya diharapkan menjadi jalan menuju perdamaian kini berubah menjadi sumber ketegangan baru. Keputusan Israel untuk kembali menyerang Gaza membuat kepercayaan terhadap proses negosiasi semakin menipis. Banyak pengamat menilai bahwa tanpa intervensi kuat dari negara-negara besar, terutama Amerika Serikat dan Mesir, konflik ini berpotensi kembali meluas.

Sementara itu, di kota-kota Israel yang berdekatan dengan perbatasan Gaza, sirene peringatan kembali terdengar beberapa kali. Pemerintah setempat meminta warga untuk tetap waspada terhadap kemungkinan serangan roket balasan dari kelompok militan di Gaza. Tentara Israel juga meningkatkan patroli di wilayah perbatasan untuk mengantisipasi serangan susulan.

Ketidakpastian kini menyelimuti kedua belah pihak. Warga Gaza hidup dalam bayang-bayang serangan udara berikutnya, sementara masyarakat Israel diliputi rasa cemas akan potensi eskalasi yang lebih besar. Meski gencatan senjata diklaim telah “dilanjutkan”, kenyataannya situasi di lapangan menunjukkan hal sebaliknya — sebuah kondisi yang menandakan perdamaian di kawasan itu masih jauh dari harapan.

Dengan meningkatnya korban jiwa dan tekanan internasional yang terus menguat, dunia kini menunggu langkah selanjutnya dari Israel dan Hamas. Apakah kedua pihak akan kembali ke meja perundingan atau justru melanjutkan siklus kekerasan yang tak berkesudahan? Yang jelas, peristiwa tragis ini kembali mengingatkan bahwa setiap peluru yang ditembakkan di Gaza bukan hanya menghancurkan bangunan, tetapi juga harapan jutaan jiwa yang mendambakan kedamaian.