Media Vietnam Bongkar Besar Kerugian PSSI Usai Pecat Patrick Kluivert, Nominalnya Bikin Kaget!
- x.com
Gadget – Keputusan PSSI untuk memecat Patrick Kluivert ternyata meninggalkan jejak kerugian finansial yang tidak kecil. Langkah tersebut diambil setelah Timnas Indonesia gagal menembus Piala Dunia 2026, yang membuat tekanan publik terhadap federasi semakin besar.
Pemecatan Kluivert diumumkan secara resmi oleh PSSI pada Kamis, 16 Oktober 2025, hanya beberapa bulan setelah pelatih asal Belanda itu menandatangani kontrak berdurasi dua tahun hingga Januari 2027.
Kegagalan di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia—usai kalah dari Arab Saudi dan Irak—menjadi pemicu utama pemutusan kerja sama tersebut. Akibat hasil itu, Indonesia menempati posisi buncit di Grup B dan kehilangan peluang lolos ke turnamen paling bergengsi di dunia itu.
Tagar #PatrickOut pun sempat viral di media sosial, menandakan kekecewaan besar suporter terhadap performa skuad Garuda di bawah asuhan Kluivert.
Soha Vietnam Bongkar Dampak Finansial Pemecatan
Media Vietnam Soha.vn menjadi salah satu yang menyoroti pemecatan Patrick Kluivert dari kursi pelatih Indonesia. Dalam laporannya, mereka mengulas besarnya kerugian ekonomi yang dialami PSSI akibat keputusan mendadak tersebut.
“Berapa biaya yang dikeluarkan Indonesia untuk memecat pelatih Kluivert?” tulis Soha, sembari mengutip laporan dari Mashable tentang gaji Kluivert selama menukangi skuad Garuda.
Menurut laporan itu, Kluivert menerima bayaran sekitar Rp1,3 hingga Rp1,5 miliar per bulan, atau setara Rp18 miliar per tahun. Dengan kontrak dua tahun yang baru berjalan kurang dari setahun, federasi disebut harus menanggung sisa kontrak hingga 2027, termasuk kompensasi bagi staf kepelatihannya.
Soha juga menyinggung bahwa ini bukan kali pertama PSSI mengalami beban finansial besar akibat pemecatan pelatih. Sebelumnya, federasi juga harus membayar kompensasi besar usai mengakhiri kerja sama dengan Shin Tae-yong secara mendadak, hanya beberapa bulan setelah perpanjangan kontrak.
Media tersebut mencatat, kompensasi pemutusan kontrak Shin Tae-yong kala itu mencapai lebih dari Rp70 miliar, belum termasuk gaji dan tunjangan staf pelatih asal Korea Selatan itu.
Dua Kali Pecat Pelatih, Keuangan PSSI Terpukul
Laporan Soha menilai dua keputusan beruntun untuk mengganti pelatih membuat keuangan PSSI terpukul cukup dalam.
“Dua kali pemecatan pelatih berturut-turut, Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert, membuat PSSI menderita kerugian ekonomi yang besar,” tulis media tersebut.
Selain kehilangan kestabilan finansial, langkah ini juga mencerminkan kekacauan arah kebijakan sepak bola nasional, di mana pergantian pelatih kerap dilakukan tanpa perencanaan matang dan berujung pada beban biaya besar.
Soha bahkan menulis, “PSSI menderita kerugian finansial yang besar dan gejolak internal, sementara tujuan utama Timnas Indonesia pun runtuh total.”
Gagal di Kualifikasi Dunia dan Tekanan Publik
Selain menyoroti aspek keuangan, media Vietnam itu juga mengulas kegagalan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
“Rencana PSSI berantakan setelah Indonesia kehilangan harapan lolos ke Piala Dunia. Kekalahan 0-1 dari Irak memupuskan ambisi Indonesia untuk finis di posisi kedua grup dan bermain di babak play-off,” tulis Soha.
Kekalahan tersebut memperkuat tekanan dari publik. Ribuan suporter menandatangani petisi online yang menuntut PSSI segera memecat Kluivert, menunjukkan betapa tingginya kekecewaan terhadap performa Timnas.
Bagi sebagian pengamat, pemecatan itu memang tak terelakkan, namun dampak finansialnya membuat PSSI kembali disorot tajam.
Media Vietnam: PSSI Harus Fokus ke Proyek Jangka Panjang
Menutup laporannya, Soha memberi masukan kepada federasi Indonesia agar tidak lagi terjebak dalam keputusan jangka pendek.
“PSSI perlu fokus pada tujuan jangka panjang dalam merekrut pelatih baru,” tulisnya.
Media itu menekankan pentingnya stabilitas dan strategi berkelanjutan agar Indonesia bisa memperbaiki posisi di kancah Asia.
Meski demikian, hingga kini PSSI belum merilis angka resmi terkait total kerugian atau rincian kompensasi yang harus dibayar kepada Kluivert dan timnya. Angka yang disebutkan media asing tersebut masih bersifat perkiraan.
Kasus ini menambah panjang daftar beban keuangan PSSI akibat keputusan manajerial yang tidak efisien. Dalam waktu kurang dari dua tahun, dua pelatih asing harus hengkang dengan biaya kompensasi miliaran rupiah.
Kini federasi sepak bola Indonesia dihadapkan pada tantangan besar: mencari pelatih baru yang tidak hanya berprestasi di lapangan, tetapi juga mampu memberikan stabilitas dan arah jelas bagi Timnas Indonesia tanpa mengorbankan keuangan organisasi.
Langkah ke depan akan menjadi penentu apakah PSSI benar-benar belajar dari kesalahan masa lalu atau kembali mengulangi pola yang sama—mengorbankan stabilitas demi hasil instan.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid | 
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA | 
| Google News | Gadget | 
 
	         
             
           
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
     
     
     
     
     
                   
                   
                   
                   
                   
    