Guncang Israel! Inilah Deretan Senjata Canggih Rusia yang Kini Dipegang Iran
- lifeworks
Hubungan militer antara Iran dan Rusia terus menjadi sorotan dunia, terutama di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Kedua negara ini, yang memiliki kepentingan strategis dalam menghadapi tekanan Barat, tampak semakin mempererat kerja sama di bidang pertahanan. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa Iran telah memperoleh berbagai sistem senjata buatan Rusia, baik melalui pembelian langsung maupun transfer teknologi. Senjata-senjata ini dinilai mampu memperkuat posisi Iran dalam menghadapi potensi ancaman, termasuk dari Israel.
Salah satu sistem persenjataan yang paling menonjol adalah S-300, sistem pertahanan udara jarak menengah hingga jauh yang dikenal karena kemampuannya menembak jatuh pesawat tempur, rudal jelajah, hingga rudal balistik. Rusia dikabarkan telah menuntaskan pengiriman sistem ini ke Iran pada tahun 2016. Dengan kehadiran S-300, kemampuan Iran untuk menangkis serangan udara meningkat drastis, menjadikannya salah satu negara dengan pertahanan udara paling tangguh di kawasan. Sistem ini juga berperan penting sebagai lapisan pelindung bagi fasilitas militer dan nuklir Iran yang kerap menjadi target pengintaian Israel.
Selain S-300, laporan dari beberapa lembaga pertahanan menyebutkan adanya pengiriman sistem radar dan elemen pertahanan udara tambahan dari Rusia ke Iran sejak tahun 2023 hingga 2024. Peralatan ini memperkuat jaringan pertahanan udara Iran, memungkinkan deteksi ancaman dari jarak yang lebih jauh dan dengan akurasi lebih tinggi. Namun, kabar mengenai transfer sistem yang lebih canggih seperti S-400 atau pesawat tempur Su-35 masih menjadi tanda tanya. Sejumlah laporan media mengungkapkan adanya negosiasi antara kedua negara, tetapi hingga kini belum ada bukti publik yang menunjukkan bahwa sistem-sistem tersebut benar-benar telah dikirimkan.
Kerja sama militer Iran dan Rusia bukanlah hal baru. Sejak era pasca-Perang Dingin, Rusia telah menjadi salah satu pemasok utama senjata untuk Iran. Dalam catatan sejarah, Iran menerima berbagai sistem persenjataan buatan Soviet dan Rusia seperti tank T-72, kendaraan tempur infanteri BMP, hingga pesawat tempur MiG. Meski sebagian dari peralatan itu kini dianggap usang, peninggalan tersebut menjadi fondasi penting bagi industri militer Iran untuk mengembangkan sistem pertahanannya sendiri.
Selain di darat dan udara, kemampuan maritim Iran juga diperkuat dengan kehadiran kapal selam Kilo-class, yang dibeli dari Rusia pada era 1990-an hingga 2000-an. Kapal selam diesel-elektrik ini dikenal senyap dan mampu membawa torpedo serta rudal anti-kapal, menjadikannya aset strategis bagi Angkatan Laut Iran di Teluk Persia. Dengan Kilo-class, Iran bisa melakukan operasi laut jarak jauh serta memperkuat kontrol di jalur perdagangan strategis, termasuk Selat Hormuz yang menjadi jalur vital bagi ekspor minyak dunia.
Meski sebagian besar fokus tertuju pada senjata asal Rusia, Iran juga memiliki sejumlah sistem persenjataan buatan dalam negeri yang tak kalah mematikan. Salah satunya adalah keluarga rudal Fateh-110 dan Zolfaghar, dua varian rudal balistik jarak pendek yang dikembangkan sendiri oleh Iran. Rudal ini dikenal memiliki jangkauan hingga ratusan kilometer dan akurasi yang terus meningkat berkat pengembangan teknologi navigasi lokal. Selain menjadi bagian penting dalam strategi pertahanan Iran, rudal-rudal ini juga dilaporkan digunakan untuk memperkuat sekutu-sekutu Teheran di kawasan. Bahkan, laporan terbaru menyebutkan bahwa Iran mengirim sebagian rudal jenis ini ke Rusia pada tahun 2024 untuk mendukung operasi militer di Ukraina.
Tak kalah penting, Iran juga dikenal sebagai salah satu produsen drone tempur atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle) terbesar di Timur Tengah. Salah satu yang paling terkenal adalah drone Shahed, yang kerap dijuluki sebagai “drone kamikaze” karena kemampuannya melakukan serangan bunuh diri terhadap target strategis. Drone ini telah digunakan di berbagai konflik, mulai dari Suriah hingga Ukraina, dan diperkirakan juga menjadi bagian dari strategi Iran dalam menghadapi Israel. Fleksibilitas, harga murah, dan kemampuan jangkauannya yang luas menjadikan Shahed sebagai senjata modern yang sulit dideteksi radar.
Namun demikian, seluruh klaim mengenai kerja sama militer Iran dan Rusia tidak selalu dapat dipastikan kebenarannya secara penuh. Banyak laporan yang beredar masih bersifat sensitif dan politis. Beberapa di antaranya berasal dari sumber anonim atau lembaga yang tidak mengungkapkan bukti konkret. Misalnya, laporan tentang transfer sistem S-400, rudal Iskander, atau pesawat Su-35, masih menjadi spekulasi. Hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari kedua pemerintah terkait transaksi tersebut.
Kendati demikian, sejak tahun 2022 hingga 2024, hubungan militer kedua negara tampak semakin erat. Iran diketahui memasok rudal dan drone ke Rusia, sementara Rusia disebut memberikan dukungan teknis serta peralatan pertahanan udara kepada Iran. Hubungan timbal balik ini memperkuat posisi keduanya di panggung geopolitik, sekaligus menimbulkan kekhawatiran di pihak Barat.
Dalam konteks menghadapi Israel, kerja sama ini tentu memiliki implikasi besar. Iran kini memiliki jaringan pertahanan udara yang jauh lebih kuat, sistem rudal yang siap diluncurkan kapan saja, serta kemampuan serangan jarak jauh melalui drone. Sementara itu, Israel, yang selama ini mengandalkan kekuatan udara untuk menekan musuh-musuhnya di kawasan, mungkin harus menyesuaikan strategi militernya menghadapi kombinasi teknologi Rusia dan buatan Iran yang semakin canggih.
Secara keseluruhan, hubungan pertahanan Iran dan Rusia menunjukkan dinamika baru di kawasan Timur Tengah. Keduanya saling mengisi kebutuhan militer dan politik masing-masing: Iran memperoleh teknologi pertahanan mutakhir, sementara Rusia mendapat dukungan logistik di tengah isolasi global. Meski banyak aspek masih diselimuti kerahasiaan, satu hal yang jelas, kekuatan militer Iran kini berada di level yang jauh lebih tinggi dibanding satu dekade lalu. Dengan kombinasi teknologi Rusia dan inovasi lokal, Iran tampaknya siap menghadapi ancaman apa pun termasuk dari Israel di masa mendatang.