El Clasico Memanas: Yamal Diserang, De Jong Langsung Pasang Badan

El Clasico Memanas: Yamal Diserang, De Jong Langsung Pasang Badan
Sumber :
  • AFP/OSCAR DEL POZO

Gadget – Tensi tinggi El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona tidak hanya terjadi di atas lapangan, tetapi berlanjut hingga usai pertandingan. Kekalahan Barcelona dengan skor 2-1 di Santiago Bernabeu pada Minggu (26/10) diperparah oleh insiden kontroversial yang menyeret nama Lamine Yamal, wonderkid berusia 18 tahun, sebagai pusat perhatian.

Cara Menonton El Clasico Barcelona vs Real Madrid di Final Copa Del Rey

Usai laga, Yamal dikabarkan “dikeroyok” secara verbal dan fisik oleh sejumlah pemain Real Madrid, termasuk Dani Carvajal dan Vinicius Junior. Insiden ini memicu kemarahan di kubu Barcelona, terutama dari gelandang andalan Frenkie de Jong, yang langsung membela rekan setimnya dengan tegas.

“Reaksi para pemain Real Madrid sangat dilebih-lebihkan,” ujar De Jong kepada Football Espana. “Jika Anda mengenal Lamine dan merasa dia tak seharusnya berkomentar seperti itu, bicaralah secara pribadi. Mengapa harus membuat gestur di lapangan?”

Live Streaming Resmi Osasuna vs Real Madrid di La Liga

El Clasico Berakhir Panas: Dari Gol Mbappe hingga Amarah di Lorong Stadion

Pertandingan yang digelar dalam rangka pekan ke-10 Liga Spanyol 2025–2026 berlangsung sengit sejak menit awal. Real Madrid membuka keunggulan lewat Kylian Mbappe pada menit ke-22, sebelum Jude Bellingham menggandakan skor di menit ke-43. Barcelona sempat memperkecil ketertinggalan melalui Fermin Lopez di menit ke-38, namun tak mampu menyamakan kedudukan hingga peluit akhir.

Live Streaming Official Real Madrid vs Barcelona, Senin 13 Januari 2025

Namun, sorotan publik justru beralih ke Lamine Yamal, bukan karena performanya di lapangan—melainkan karena komentar kontroversialnya sebelum laga. Beberapa hari sebelum El Clasico, pemain muda Spanyol itu menyebut Real Madrid sebagai “perampok” dan menuding mereka sering diuntungkan wasit.

“Ya, mereka suka merampok, mereka mengeluh, mereka melakukan sesuatu,” ujar Yamal kepada ESPN.
“Saya sudah pernah mencetak skor di Bernabeu, ingat? Skornya 4-0.” 

Pernyataan itu—meski merujuk pada kemenangan Barcelona 4-0 di Bernabeu musim lalu—dianggap provokatif oleh kubu Madrid. Dan usai laga, emosi memuncak.

Insiden Usai Laga: Yamal Jadi Sasaran Amarah Pemain Madrid

Menurut laporan dari sejumlah media Spanyol, termasuk AS dan Marca, Lamine Yamal didekati secara agresif oleh Dani Carvajal sesaat setelah pertandingan berakhir. Kapten Real Madrid itu terlihat mengoceh keras ke arah sang pemain muda, hingga Eduardo Camavinga turun tangan melerai.

Tak berhenti di situ, Thibaut Courtois juga sempat mendekati Yamal, namun langsung dicegah oleh rekan-rekannya. Puncak ketegangan terjadi saat Vinicius Junior—yang sebelumnya sempat menyindir Yamal dengan komentar “cuma bisa back pass”—menghampiri Yamal di lorong stadion dan nyaris terlibat adu jotos sebelum pihak keamanan mencegah eskalasi lebih lanjut.

Aksi ini dianggap sebagai balasan atas “psywar” Yamal sebelum laga. Namun, bagi Barcelona, respons Madrid terlalu jauh melampaui batas sportivitas.

Frenkie de Jong: “Mereka Harusnya Bicara, Bukan Menyerang!”

Dalam konferensi pers usai laga, Frenkie de Jong tidak hanya mengkritik performa timnya, tetapi juga mengecam keras sikap para pemain Real Madrid terhadap Yamal. Ia menegaskan bahwa Yamal tidak pernah secara eksplisit menuduh Madrid “mencuri”, apalagi menyerang integritas klub.

“Lagipula, itu bukan masalah besar. Saya tidak mendengar Lamine mengatakan bahwa Real Madrid mencuri secara langsung. Seseorang di tabel King’s League lainnya mengatakannya,” ujar mantan pemain Ajax itu, merujuk pada komentar yang mungkin disalahartikan atau diambil di luar konteks. 

De Jong menilai bahwa komunikasi langsung—bukan konfrontasi emosional—adalah cara yang lebih dewasa menangani perbedaan pendapat antar pemain.

“Jika Anda punya masalah, bicaralah. Jangan menyerang anak berusia 18 tahun seperti itu. Ini sepak bola, bukan arena balas dendam.” 

Kritik De Jong terhadap Performa Barcelona: “Kami Kurang Tajam”

Selain membela Yamal, De Jong juga memberikan analisis jujur terhadap kekalahan timnya. Ia mengakui bahwa Barcelona gagal memanfaatkan penguasaan bola dan terlalu pasif dalam menciptakan peluang bersih.

“Jika Anda tidak tajam, mereka akan menyerang Anda melalui serangan balik dan menciptakan bahaya. Kami perlu menciptakan peluang dan meningkatkan diri,” katanya. 

Ia menambahkan bahwa meski Barcelona lebih dominan di babak kedua, ketiadaan finishing berkualitas membuat mereka gagal menekan gawang Thibaut Courtois secara efektif.

“Kami bersaing, tetapi itu tidak cukup. Di babak kedua kami lebih menguasai bola, tetapi kami kurang menciptakan bahaya dan peluang bersih.” 

Barcelona Siap Lindungi Yamal dari Tekanan Publik dan Media

Insiden ini diprediksi akan berlarut-larut dalam beberapa hari ke depan, terutama karena melibatkan figur publik seperti Vinicius Junior dan Dani Carvajal. Namun, Barcelona telah menyatakan sikap tegas: Lamine Yamal akan dilindungi penuh oleh klub.

Sumber internal menyebut bahwa pelatih Xavi Hernandez dan direktur olahraga Deco telah mengadakan pertemuan internal untuk memastikan Yamal tidak terbebani secara psikologis. Sebagai pemain muda berbakat yang menjadi wajah masa depan Barca, dukungan moral dan perlindungan institusional menjadi prioritas utama.

“Lamine adalah aset klub. Kami tidak akan membiarkan dia diintimidasi—apalagi hanya karena berani bersuara,” ujar salah satu staf pelatih yang enggan disebut namanya.

Reaksi Media dan Publik: Antara Dukungan dan Kecaman

Media Spanyol terbelah dalam menyikapi insiden ini. Sport dan Mundo Deportivo membela Yamal, menyebutnya sebagai korban dari budaya “balas dendam” di tubuh Real Madrid. Sementara itu, Marca dan AS menyoroti “mulut besar” Yamal sebagai pemicu utama, meski mengakui bahwa respons Madrid terlalu emosional.

Di media sosial, tagar #ProtectLamine dan #ClasicoShame sempat trending di Twitter/X, dengan ribuan penggemang mengecam tindakan Carvajal dan Vinicius. Di sisi lain, pendukung Madrid membela aksi mereka sebagai bentuk “menjaga harga diri klub”.

Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Kemungkinan besar, Komite Disiplin Liga Spanyol (RFEF) akan memanggil para pemain terkait untuk klarifikasi, terutama terkait insiden fisik di lorong stadion. Meski tidak terjadi kontak fisik signifikan, ancaman atau provokasi agresif pasca-laga bisa dikenai sanksi.

Sementara itu, Barcelona kemungkinan akan mengajukan laporan resmi jika merasa Yamal mengalami tekanan psikologis yang berdampak pada performanya.

Yang pasti, insiden ini menambah catatan panas dalam sejarah El Clasico—bukan hanya sebagai pertarungan taktik, tetapi juga pertarungan identitas, harga diri, dan generasi baru sepak bola Spanyol.

Penutup: Sepak Bola Harusnya Tak Sekejam Ini

Lamine Yamal mungkin terlalu percaya diri, bahkan terkesan provokatif. Tapi ia tetap seorang remaja berusia 18 tahun yang sedang belajar menjadi bintang dunia. Di sisi lain, para pemain senior Real Madrid seharusnya menjadi teladan—bukan pelaku intimidasi.

Frenkie de Jong, dengan ketenangan dan keberaniannya membela rekan setim, mengingatkan kita pada nilai-nilai dasar olahraga: hormat, sportivitas, dan perlindungan terhadap generasi muda.

Di tengah panasnya rivalitas El Clasico, mungkin inilah saatnya semua pihak—klub, pemain, dan penggemar—kembali ke esensi sepak bola: keindahan, bukan kebencian.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget