Radja Nainggolan Sindir Belgia, Akui Lebih Pilih Main untuk Timnas Indonesia Karena Rasa Hormat
- ig/@bhayangkarafc
Gadget – Mantan gelandang AS Roma, Radja Nainggolan, kembali membuat pernyataan yang mengejutkan dunia sepak bola Eropa. Pemain berdarah Batak ini secara terbuka mengkritik mantan pelatih Timnas Belgia, Roberto Martinez, yang menurutnya menjadi biang kegagalan “generasi emas” Belgia meraih prestasi di level dunia.
Nainggolan menilai bahwa Belgia seharusnya bisa menjuarai turnamen besar, seperti Piala Dunia 2018 atau Euro 2020, karena mereka memiliki skuad luar biasa. Saat itu, The Red Devils dihuni banyak bintang dunia seperti Eden Hazard, Kevin De Bruyne, Romelu Lukaku, hingga Thibaut Courtois. Namun, prestasi terbaik mereka di bawah Martinez hanya finis di posisi ketiga Piala Dunia 2018.
“Dia bukan pakar sepak bola. Martinez pelatih yang sangat buruk. Belgia bisa saja juara dunia kalau bukan karena dia,” ujar Nainggolan dikutip dari Centre Goals.
Menurut Nainggolan, gaya bermain Belgia di bawah Martinez miskin ide dan taktik. Ia menilai strategi sang pelatih terlalu bergantung pada kemampuan individu pemain, tanpa sistem permainan yang jelas.
“Dengan Martinez, tidak ada taktik atau strategi. Ketika kami kesulitan, solusinya hanya memberi bola ke Hazard, De Bruyne, atau Lukaku. Tidak pernah ada gaya permainan yang jelas,” sambung Nainggolan.
Lebih Pilih Bermain untuk Timnas Indonesia
Dalam pernyataannya yang makin mengejutkan, Radja Nainggolan mengaku kini lebih memilih bermain untuk Timnas Indonesia dibanding Belgia di era Martinez. Alasannya sederhana — ia merasa pemain akan mendapat lebih banyak rasa hormat di Indonesia dibanding di Belgia.
“Hari ini saya bisa bilang, saya lebih suka bermain untuk Indonesia karena rasa hormat yang akan mereka berikan kepada saya,” tegasnya.
Pernyataan tersebut langsung membuat publik sepak bola Tanah Air heboh. Sebab, Nainggolan memang memiliki darah Batak dari sang ayah yang berasal dari Indonesia. Ia juga sempat mencicipi atmosfer sepak bola nasional ketika bergabung dengan Bhayangkara FC pada musim 2023–2024.
Pengalamannya bermain di Liga 1 Indonesia membuatnya merasa lebih dekat dengan budaya dan semangat sepak bola lokal. Nainggolan menilai bahwa meski level kompetisi belum sekuat Eropa, Indonesia punya semangat juang dan rasa kebersamaan yang tinggi.
“Delapan belas tahun lalu, ketika saya pertama kali bermain untuk Belgia, saya rasa Indonesia belum seperti sekarang. Tapi kalau waktu bisa diputar, siapa tahu semuanya akan berbeda,” ujar Nainggolan dalam wawancara di Jakarta.
Radja Nainggolan Masih Ingin Berkontribusi untuk Indonesia
Meski kini sudah pensiun dari sepak bola Eropa, Radja Nainggolan belum menutup pintu untuk kembali ke Indonesia. Ia mengaku masih memiliki rasa bangga yang besar terhadap Tanah Air asal ayahnya itu.
Mantan pemain Inter Milan tersebut membuka kemungkinan untuk mengabdi dalam bentuk lain, seperti menjadi pelatih, mentor pemain muda, atau duta sepak bola Indonesia di Eropa.
Nainggolan percaya bahwa Indonesia sedang menuju era kebangkitan sepak bola dengan banyaknya pemain diaspora dan perkembangan liga lokal yang kian kompetitif. Ia menyebut langkah PSSI di bawah Erick Thohir sudah mengarah ke jalur yang benar dengan memperkuat pembinaan usia muda dan menjalin kerja sama internasional.
“Saya melihat sekarang ada semangat baru di Indonesia. Banyak pemain muda bagus, banyak akademi, dan antusiasme suporter yang luar biasa. Saya bangga dengan itu,” ucapnya.
Belgia Kehilangan Kesempatan Emas
Radja Nainggolan juga menilai bahwa Belgia telah kehilangan momen terbaik mereka. Generasi emas yang dihuni para pemain bintang kini sudah memasuki masa senja. Eden Hazard pensiun, Lukaku sering cedera, dan De Bruyne mulai menua.
Menurutnya, kegagalan meraih trofi pada masa itu tak hanya disebabkan oleh strategi Martinez, tapi juga karena tidak ada keberanian untuk mengambil risiko dalam permainan.
“Mereka punya potensi besar, tapi tidak ada karakter juara. Semua terlalu aman dan bergantung pada satu-dua pemain,” ujar Nainggolan.
Ia menambahkan bahwa sepak bola modern butuh pelatih yang berani, bukan hanya mengandalkan statistik atau analisis tanpa membaca situasi lapangan.
Sosok yang Menginspirasi Radja Nainggolan
Bagi Radja Nainggolan, keputusannya menghormati Indonesia tak lepas dari kenangan terhadap sang ayah yang berasal dari Tanah Batak. Walau tumbuh di Belgia, ia tetap membawa nilai-nilai disiplin dan kerendahan hati yang diajarkan keluarga.
Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak pemain muda Indonesia diaspora di Eropa. Ia menjadi contoh bahwa darah dan identitas tidak bisa dipisahkan oleh jarak.
Nainggolan juga berharap agar generasi muda Indonesia bisa tampil percaya diri di kancah internasional. “Kalau pemain punya keyakinan dan disiplin, Indonesia bisa bersaing. Saya percaya itu,” tutupnya.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |