Radja Nainggolan Akui Menyesal Tak Bela Timnas Indonesia: “Saya Iri pada Mereka”
- ig/@radja_nainggolan_l4
Gadget – Mantan bintang Inter Milan, Radja Nainggolan, membuat pengakuan mengejutkan soal karier internasionalnya. Pemain berdarah Batak ini secara terbuka mengaku iri terhadap para pemain naturalisasi yang kini membela Timnas Indonesia.
Dalam wawancara dengan media Belgia Het Belang van Limburg, Nainggolan mengatakan bahwa ia menyesal tidak pernah mengenakan seragam Garuda. Ia merasa, penghargaan dan cinta yang diterima pemain keturunan di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan pengalaman pribadinya saat memperkuat Belgia.
“Sekarang saya mengatakan setiap hari, saya lebih suka bermain untuk Indonesia,” ujar Nainggolan dengan jujur, dikutip Rabu (29/10/2025).
Pernyataan itu menjadi refleksi mendalam dari seorang pemain yang pernah berada di puncak karier Eropa. Ia mengaku, seandainya bisa memutar waktu, dirinya akan memilih jalur berbeda — membela negara asal ayahnya, Sumatera Utara, dan menjadi bagian dari Timnas Indonesia.
Penyesalan Radja Nainggolan dan Rasa Hormat yang Tak Didapat
Nainggolan tumbuh besar di Belgia dan memulai karier sepak bolanya di negara tersebut. Namun, darah Indonesia yang mengalir di tubuhnya membuat ia sebenarnya memenuhi syarat FIFA untuk membela Timnas Garuda, andai sejak awal mengambil keputusan berbeda.
Gelandang berusia 37 tahun ini sempat menjadi bagian dari “generasi emas Belgia” bersama Eden Hazard, Kevin De Bruyne, hingga Romelu Lukaku. Meski begitu, Nainggolan mengaku tidak pernah benar-benar merasa dihargai meski sudah berjuang di level tertinggi.
“Bukan karena saya tidak suka Belgia. Saya telah melalui semua jenjang usia di sana, tetapi karena rasa hormat yang saya dapatkan dari orang-orang di sana,” ucapnya.
Ia menilai, di Belgia, pemain seperti dirinya tidak mendapatkan tempat yang cukup istimewa. Justru sebaliknya, ia merasa masyarakat Indonesia menunjukkan penghargaan luar biasa terhadap para pemain keturunan, sesuatu yang jarang ia rasakan di Eropa.
Kagum pada Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen
Nainggolan juga menyinggung nama-nama pemain seperti Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen sebagai contoh nyata betapa besar rasa hormat masyarakat Indonesia terhadap pemain diaspora.
“Lihatlah Sandy Walsh atau Ragnar Oratmangoen. Mereka adalah pemain biasa, tetapi sangat dihormati di sana. Untuk rasa hormat yang Anda dapatkan di sana, untuk itu Anda rela berkorban,” ungkap Nainggolan.
Pernyataan ini menunjukkan kekaguman mendalam terhadap semangat pemain keturunan yang memilih membela Indonesia. Bagi Nainggolan, pengakuan dan cinta publik menjadi nilai yang tak ternilai, bahkan melampaui prestasi di lapangan.
Perjalanan Karier dan Statistik Radja Nainggolan
Nama Radja Nainggolan sempat melejit di Serie A Italia. Ia dikenal sebagai gelandang dengan determinasi tinggi dan gaya bermain agresif. Selama kariernya, ia pernah memperkuat AS Roma, Inter Milan, dan Cagliari sebelum kembali ke Belgia.
Kini, Nainggolan bermain untuk KSC Lokeren, klub divisi dua Liga Belgia. Meski tak lagi muda, pengaruh dan pengalaman Nainggolan masih sangat dihormati di kalangan penggemar sepak bola Eropa.
Selama membela Timnas Belgia, Nainggolan mencatat 30 caps, enam gol, dan tiga assist. Namun, kontribusinya itu tak cukup membuatnya merasa “berarti” di mata publik Belgia — sesuatu yang membuat penyesalannya semakin dalam.
Indonesia, Rumah yang Tak Pernah Dihuni
Bagi Radja Nainggolan, Indonesia bukan sekadar asal-usul keluarga, tetapi simbol identitas yang kini ia rindukan. Ia menyadari bahwa di balik kemegahan sepak bola Eropa, ada hal yang tak bisa dibeli: rasa memiliki dan penghargaan dari bangsa sendiri.
Rasa iri yang ia ungkapkan kepada pemain naturalisasi bukan sekadar emosi sesaat, melainkan penyesalan tulus atas pilihan hidup yang kini sulit diubah. Andai waktu bisa diputar, mungkin publik Indonesia akan melihatnya mengenakan jersey merah dengan lambang Garuda di dada.
Pengakuan Radja Nainggolan menjadi cerminan kuat bagaimana identitas dan penghargaan dari tanah leluhur dapat meninggalkan jejak mendalam di hati pemain diaspora. Ia mungkin tak pernah membela Timnas Indonesia di lapangan, namun dalam hatinya, rasa cinta terhadap Indonesia tak pernah pudar.
Kini, saat para pemain naturalisasi seperti Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen terus berjuang membawa Garuda terbang tinggi, Nainggolan memilih menjadi saksi dari jauh — dengan penyesalan dan kebanggaan yang berjalan beriringan.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |