FIFA Dihujat Usai Beri Denda Lebih Berat ke Thom Haye dan Shayne Pattynama
- Istimewa
Keputusan FIFA ini langsung menimbulkan perdebatan di kalangan penggemar sepak bola Indonesia. Banyak yang menganggap sanksi kepada Thom Haye dan Shayne Pattynama terlalu berat jika dibandingkan dengan kasus pelanggaran administratif yang dilakukan oleh pemain Malaysia.
Sejumlah komentar di media sosial menilai FIFA bersikap tidak konsisten dalam menentukan besaran denda. Ada pula yang menyebut keputusan ini sebagai bentuk ketidakadilan terhadap Timnas Indonesia, yang selama ini dikenal cukup disiplin dalam mengikuti regulasi pertandingan.
Media olahraga di Asia Tenggara juga ikut menyoroti perbedaan perlakuan tersebut. Beberapa portal menilai bahwa FIFA harus memberikan penjelasan lebih transparan mengenai dasar penentuan denda agar tidak menimbulkan persepsi diskriminatif terhadap tim-tim dari Asia.
Dampak terhadap Timnas Indonesia
Bagi Timnas Indonesia, hukuman terhadap Thom Haye dan Shayne Pattynama tentu menjadi kerugian besar. Keduanya merupakan pemain penting dalam skema permainan yang dibangun pelatih Shin Tae-yong. Kehilangan dua pilar utama dalam empat laga berikutnya akan memengaruhi kekuatan lini tengah dan pertahanan.
Absennya Thom Haye berarti Timnas kehilangan sosok pengatur ritme permainan yang kerap menjadi motor serangan dari lini tengah. Sementara Shayne Pattynama dikenal sebagai bek sayap yang memiliki kemampuan bertahan dan menyerang yang seimbang.
Situasi ini membuat PSSI harus segera menyiapkan langkah antisipasi. Federasi kemungkinan akan mengajukan banding atau setidaknya meminta klarifikasi resmi kepada FIFA mengenai dasar penjatuhan sanksi tersebut, terutama terkait besaran denda yang dianggap tidak proporsional.
Publik Minta PSSI Ambil Langkah Tegas
Gelombang kritik terhadap keputusan FIFA semakin meluas di media sosial. Para pendukung Garuda meminta PSSI agar tidak tinggal diam dan memperjuangkan keadilan bagi Thom Haye serta Shayne Pattynama.
Beberapa pihak menilai PSSI perlu melibatkan penasihat hukum internasional untuk meninjau peluang banding, sebab perbedaan nilai denda antara kasus Indonesia dan Malaysia bisa dianggap mencerminkan ketimpangan dalam penerapan sanksi.
Selain itu, sejumlah pengamat juga menilai bahwa kasus ini seharusnya menjadi momentum bagi PSSI untuk memperkuat diplomasi di ranah FIFA, agar suara Indonesia dapat lebih diperhitungkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut regulasi internasional.