Perang Dingin Baru? Rusia Gelar Rudal ke Venezuela Lawan Kapal Induk AS
- BBC
Gadget – Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas kali ini berpindah ke wilayah Amerika Latin. Seorang pejabat senior Moskow mengungkapkan bahwa Rusia siap mengirimkan rudal balistik hipersonik Oreshnik ke Venezuela sebagai bentuk dukungan militer, menyusul meningkatnya kehadiran pasukan AS di perairan Karibia.
Pernyataan ini muncul di tengah kedatangan kapal induk terbesar dunia, USS Gerald R. Ford, ke wilayah dekat Venezuela langkah yang diklaim Gedung Putih sebagai bagian dari operasi anti-narkoba, namun dicurigai oleh banyak pihak sebagai upaya tidak langsung untuk menekan atau bahkan menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
Jika ancaman pengiriman rudal Oreshnik benar-benar direalisasikan, ini bisa menjadi titik balik berbahaya dalam rivalitas global, membuka babak baru “Perang Dingin 2.0” yang meluas jauh dari Eropa ke belahan Barat Bumi.
Apa Itu Rudal Oreshnik? Senjata Mematikan yang Pernah Hancurkan Kiev
Rudal Oreshnik yang berarti “pohon hazel” dalam bahasa Rusia adalah senjata balistik hipersonik berkecepatan tinggi yang pertama kali digunakan secara terbuka oleh Rusia dalam serangan besar-besaran ke Ukraina pada Oktober 2024. Serangan tersebut menghantam infrastruktur energi di Kiev dan kota-kota utama lainnya, menyebabkan pemadaman listrik massal dan kerusakan sistemik.
Menurut pakar militer, rudal ini:
- Mampu menembus sistem pertahanan udara modern
- Memiliki kecepatan lebih dari Mach 7 (7 kali kecepatan suara)
- Sulit dilacak karena lintasan penerbangannya yang tidak teratur
- Dapat membawa hulu ledak konvensional atau nuklir taktis
Jika ditempatkan di Venezuela yang berjarak hanya sekitar 2.500 km dari pantai selatan AS rudal Oreshnik berpotensi mengancam langsung wilayah daratan Amerika Serikat, termasuk pangkalan militer, pusat logistik, bahkan kota-kota besar seperti Miami atau Houston.
Latar Belakang Konflik: AS Perkuat Kehadiran, Rusia Balas dengan Janji Militer
Eskalasi ini bermula ketika Presiden Donald Trump yang kembali berkuasa pada 2025 meluncurkan kampanye agresif terhadap pemerintahan Maduro. Gedung Putih menyatakan bahwa Venezuela menjadi jalur utama penyelundupan kokain ke AS, dan mengirim USS Gerald R. Ford beserta tiga kapal perang ke perairan Karibia.
Namun, para ahli hukum internasional memperingatkan bahwa serangan terhadap kapal sipil atau wilayah kedaulatan Venezuela tanpa izin PBB berpotensi melanggar hukum internasional. Lebih lagi, keberadaan kapal induk di dekat perairan teritorial Venezuela dianggap sebagai provokasi militer terselubung.
Menanggapi hal ini, Kremlin tidak tinggal diam. Pada Mei 2025, Rusia dan Venezuela telah menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif, yang secara eksplisit mencakup kerjasama pertahanan dan keamanan kolektif.
Pernyataan Resmi Rusia: Lavrov Tegaskan Komitmen ke Venezuela
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menegaskan bahwa Moskow akan memenuhi semua kewajiban yang disepakati dalam perjanjian tersebut meski proses ratifikasi belum sepenuhnya selesai.
“Jika situasi menuntut, Rusia siap bertindak sepenuhnya sesuai komitmen strategis kami dengan Venezuela,” ujar Lavrov dalam konferensi pers di Moskow.
Meski tidak menyebut “Oreshnik” secara eksplisit, sumber Kremlin yang dekat dengan Kementerian Pertahanan mengonfirmasi bahwa pengiriman sistem senjata canggih termasuk rudal jarak jauh sedang dipertimbangkan sebagai respons simetris terhadap kehadiran AS.
Mengapa Venezuela? Peran Geopolitik di Backyard AS
Bagi Rusia, Venezuela bukan sekadar sekutu melainkan pos strategis di “halaman belakang” Amerika Serikat. Dengan mendukung Caracas, Moskow:
- Mengganggu dominasi AS di kawasan Amerika Latin
- Membalas kehadiran NATO di Eropa Timur
- Menunjukkan bahwa Rusia tetap menjadi kekuatan global yang relevan
Di sisi lain, bagi Venezuela yang sedang terpuruk secara ekonomi dan diisolasi oleh sanksi Barat, dukungan Rusia adalah lifeline politik dan militer. Sejak 2019, Rusia telah mengirimkan pasukan keamanan, peralatan intelijen, dan bantuan logistik ke Caracas.
Kini, dengan ancaman rudal Oreshnik, Maduro mendapatkan tameng strategis yang bisa membuat AS berpikir dua kali sebelum melakukan intervensi langsung.
Tanggapan Internasional dan Potensi Krisis Global
Belum ada pernyataan resmi dari Gedung Putih tentang ancaman rudal Oreshnik. Namun, Pentagon dilaporkan telah meningkatkan kesiagaan sistem pertahanan rudal di Florida dan Texas.
Sementara itu, Uni Eropa dan Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) mendesak kedua pihak untuk menahan diri. Sekretaris Jenderal PBB menyatakan kekhawatiran bahwa Amerika Latin bisa menjadi medan baru eskalasi AS-Rusia mirip dengan krisis rudal Kuba pada 1962.
Pakar keamanan dari Chatham House, Dr. Elena Moretti, memperingatkan:
“Jika rudal hipersonik Rusia benar-benar ditempatkan di Venezuela, ini bukan sekadar ancaman regional ini adalah eskalasi global yang bisa memicu perlombaan senjata baru di belahan Bumi Barat.”
Apa Selanjutnya? Antara Diplomasi dan Konfrontasi
Saat ini, masih ada ruang untuk de-eskalasi diplomatik. Namun, dengan retorika yang memanas di kedua sisi dan kepemimpinan Trump yang dikenal agresif dalam kebijakan luar negeri risiko konflik tidak bisa diremehkan.
Kemungkinan skenario ke depan:
- AS menarik kapal perang dan fokus pada operasi anti-narkoba non-militer → Rusia menunda pengiriman rudal.
- AS meningkatkan tekanan, termasuk sanksi baru atau latihan militer bersama Kolombia → Rusia kirim rudal Oreshnik atau sistem S-400 ke Venezuela.
- Kedua pihak terlibat perang proxy tidak langsung, dengan Venezuela menjadi medan uji coba pengaruh global.
Kesimpulan: Tanda Bahaya di Cakrawala Geopolitik
Ancaman Rusia untuk mengirim rudal Oreshnik ke Venezuela bukan sekadar retorika kosong. Ini adalah sinyal keras bahwa Moskow siap membawa konflik dengan AS ke wilayah yang selama ini dianggap sebagai “surga aman” Washington.
Bagi dunia, ini adalah pengingat bahwa perang dingin belum mati ia hanya berpindah panggung. Dan kali ini, panggungnya jauh lebih dekat ke Amerika Serikat daripada yang pernah dibayangkan.
Satu hal yang pasti: setiap kapal perang AS yang berlayar di Karibia, dan setiap rudal Rusia yang dimuat ke pesawat kargo, membawa dunia selangkah lebih dekat ke titik balik berbahaya.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |