Media Vietnam Kaget Berat, PSSI Pilih Mali Jadi Lawan Timnas U22 Padahal Jauh Lebih Kuat
- tvonenews.com
Media Vietnam menyoroti bahwa pemain Mali tidak hanya unggul dalam duel udara, tetapi juga lebih dominan dalam duel satu lawan satu. Hal inilah yang menambah kesulitan Timnas U22 dalam membangun serangan. Meskipun ada momen ketika Timnas mampu menekan balik, tekanan Mali yang berlapis membuat peluang Timnas U22 sangat terbatas.
Dalam narasi Soha, laga tersebut menggambarkan ketimpangan yang terlalu jelas. Mereka menulis bahwa meskipun Timnas Indonesia U22 memiliki beberapa pemain yang sudah tampil di level senior, kualitas fisik dan kekuatan Mali tetap menjadi penghalang dalam setiap upaya Timnas Indonesia U22 untuk menguasai jalannya laga.
Beberapa analisis juga menyebut bahwa Mali, meskipun bukan tampil dengan skuad utama, tetap memiliki kualitas pembinaan yang membuat mereka jauh lebih siap menghadapi duel intens. Hal ini berbeda dengan Timnas Indonesia U22 yang baru dalam tahap pembentukan struktur permainan. Kekalahan tersebut memperlihatkan bahwa persiapan menuju turnamen besar seperti SEA Games membutuhkan proses yang lebih matang.
Alasan PSSI memilih lawan kuat
Dari sisi PSSI, pemilihan Mali sebenarnya bukan keputusan tanpa pertimbangan. Laga uji coba sering kali digunakan untuk menguji batas kekuatan tim. Menghadapi lawan yang jauh lebih unggul bisa memberikan gambaran jelas mengenai aspek apa saja yang perlu diperbaiki. Hal tersebut merupakan standar umum dalam program pengembangan tim usia muda.
Namun, media Vietnam tetap mempertanyakan efektivitas laga tersebut karena perbedaan kekuatan yang dianggap terlalu besar. Mereka menilai bahwa PSSI mungkin lebih diuntungkan jika memilih lawan yang mendekati level SEA Games agar evaluasi bisa lebih relevan. Meski begitu, tidak sedikit pihak yang memahami bahwa menghadapi lawan kuat bisa menjadi cara cepat untuk menguji respons mental pemain muda.
Dalam beberapa pernyataan, media Vietnam menilai langkah PSSI ini seperti mengambil risiko besar pada masa persiapan yang masih terbatas. Mereka menyoroti bahwa tekanan besar dari tim dengan kekuatan fisik tinggi seperti Mali berpotensi memengaruhi kepercayaan diri pemain jika tidak dikelola dengan baik.