Gaza Hancur Setara Lima Hiroshima: Dubes Palestina Bongkar Fakta Mengerikan
- wiki
Pada awal November, otoritas Gaza merinci bahwa hanya 4.400 truk berisi makanan, bahan bakar, dan kebutuhan dasar yang diizinkan masuk sejak gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober. Jumlah itu hanya sekitar 28 persen dari bantuan yang seharusnya diterima sesuai perjanjian. Rendahnya suplai membuat lembaga kemanusiaan kesulitan melakukan distribusi bantuan secara merata.
Lebih jauh, Israel juga dilaporkan memblokir lebih dari 350 jenis makanan, termasuk daging, ikan, buah-buahan, sayuran, telur, dan sejumlah produk susu. Pemblokiran ini tidak hanya menciptakan kelangkaan, tetapi juga memperburuk kondisi kesehatan warga yang telah lama hidup dalam situasi darurat.
Gaza kini memasuki fase yang digambarkan banyak pihak sebagai krisis kemanusiaan terbesar dalam sejarah modern. Setelah serangan yang tak kunjung berhenti, wilayah itu membutuhkan pemulihan luar biasa besar untuk menghapus jejak kontaminasi bahan peledak dan memperbaiki infrastruktur yang nyaris runtuh total. Menurut pengamat internasional, proses pemulihan bisa memakan waktu bertahun-tahun dan membutuhkan bantuan finansial skala besar.
Namun hingga kini, jalur masuk bantuan masih kerap tersendat. Banyak negara menyuarakan perhatian dan menyerukan tekanan internasional agar semua pihak menghormati kesepakatan yang telah dibuat. Meskipun demikian, ketidakpastian tetap membayangi masa depan Gaza.
Situasi tersebut juga memunculkan kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang terhadap generasi Gaza berikutnya. Selain trauma perang yang sulit terhapus, ancaman kesehatan akibat kontaminasi bahan berbahaya dapat menimbulkan efek berkepanjangan. Inilah sebabnya banyak pihak mendesak dilakukannya investigasi independen untuk memastikan jenis senjata yang digunakan dan dampaknya terhadap lingkungan.
Dengan perkembangan situasi yang masih fluktuatif, masyarakat internasional kini menunggu langkah-langkah konkret dari lembaga global seperti PBB untuk memastikan perlindungan bagi warga Gaza. Meski berbagai negara telah menyatakan komitmen membantu rekonstruksi, kenyataannya jalur bantuan masih menemui hambatan di lapangan.
Kondisi ini mempertegas bahwa pemulihan Gaza tidak hanya membutuhkan dana besar, tetapi juga komitmen politik dan tekanan internasional agar Israel membuka akses bantuan secara penuh. Tanpa itu, krisis kemanusiaan dapat berlangsung lebih lama dan menyisakan luka mendalam bagi seluruh penduduk yang bertahan di wilayah tersebut.