Sinopsis "Semua Akan Baik-Baik Saja": Film Haru Baim Wong Bintangi Reza Rahadian

Sinopsis "Semua Akan Baik-Baik Saja": Film Haru Baim Wong Bintangi Reza Rahadian
Sumber :
  • Instagram

GadgetBaim Wong kembali menunjukkan komitmennya di dunia perfilman Indonesia kini bukan hanya sebagai aktor, tapi sebagai sutradara yang berani menyentuh isu kemanusiaan terdalam. Setelah sukses dengan Lembayung (2024) dan Sukma (2025), ia kini mempersiapkan karya paling emosional dalam kariernya: "Semua Akan Baik-Baik Saja", yang dijadwalkan tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 2026.

Link Nonton Film Horor 'Pengantin Setan', Sebaiknya Jangan Nonton Sendirian!

Yang membuat proyek ini istimewa bukan hanya visi Baim sebagai sineas, tapi juga kehadiran Reza Rahadian, aktor papan atas yang dikenal mampu menyelami karakter dengan intensitas emosional tinggi. Namun, ada kejutan besar: dalam film ini, Reza tidak berperan sebagai pria, melainkan menjalani transformasi luar biasa menjadi seorang ibu tokoh sentral yang menjadi tulang punggung keluarga miskin.

Film yang diproduksi oleh Tiger Wong Entertainment ini dijanjikan menjadi salah satu karya paling relevan dan menyentuh hati tahun 2026, terutama bagi generasi muda yang ingin memahami pengorbanan orang tua mereka.

Review Film Pengantin Setan: Sinopsis Lengkap & Link Streaming Resmi!

Sinopsis: Cerita Nyata yang Terasa di Setiap Rumah Indonesia

"Semua Akan Baik-Baik Saja" tidak menawarkan kisah fantasi atau romansa ideal. Sebaliknya, Baim Wong sengaja menghadirkan realitas pahit yang sering diabaikan: kehidupan keluarga sederhana yang setiap hari berjuang hanya untuk makan, bayar listrik, dan memastikan anak-anak bisa sekolah.

Skandal Paula Verhoeven dan Niko Surya: Fakta di Balik Perceraian dengan Baim Wong

Cerita berpusat pada seorang ibu digambarkan dengan penuh kelelahan, kecemasan, dan tekanan batin yang tidak pernah menunjukkan air matanya di depan anak-anak. Ia tersenyum meski perut lapar, bekerja serabutan meski tubuh remuk, dan menabung receh demi masa depan anaknya, meski dirinya sendiri tak pernah bermimpi punya "masa depan".

Film ini menyoroti ketimpangan sosial yang halus namun nyata: banyak keluarga tidak punya ruang untuk bermimpi besar. Mereka hanya ingin bertahan hidup dan dalam diam, sang ibu menjadi pahlawan yang tak pernah minta pujian.

Salah satu adegan kunci dalam film menggambarkan sang ibu diam-diam menangis di kamar mandi setelah seharian menghadapi penagihan utang, sementara di luar pintu, anak-anaknya tertawa riang bermain dengan mainan bekas. Adegan seperti ini, menurut Baim, "diciptakan untuk membangkitkan rasa syukur dan penyesalan yang sehat".

Halaman Selanjutnya
img_title