Studi Terbaru: Hubungan Frekuensi BAB dengan Kesehatan Ginjal & Hati
- klikdokter
Gadget – Frekuensi buang air besar (BAB) bukan sekadar rutinitas harian. Studi terbaru yang diterbitkan di Cell Reports Medicine mengungkap bahwa pola BAB dapat menjadi indikator penting bagi kesehatan seseorang. BAB satu hingga dua kali sehari dianggap sebagai frekuensi paling ideal untuk menjaga keseimbangan tubuh dan menghindari risiko penyakit tertentu.
Apa hubungan antara jadwal BAB dan kesehatan? Mengapa pola BAB yang tidak teratur bisa menjadi pertanda masalah serius? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
BAB dan Kesehatan: Apa yang Ditemukan oleh Ilmuwan?
Penelitian terbaru ini menyoroti hubungan antara frekuensi BAB dengan kondisi fisiologis dan risiko penyakit jangka panjang. Dalam studi yang dilakukan oleh Sean Gibbons dari Institute for Systems Biology, para ilmuwan menganalisis data dari lebih dari 1.400 orang dewasa sehat. Mereka mengamati berbagai faktor, termasuk:
- Frekuensi BAB (dari sembelit hingga diare)
- Komposisi mikrobioma usus
- Kesehatan ginjal dan hati
- Pola makan dan gaya hidup
Temuan utama menunjukkan bahwa orang dengan BAB tidak teratur—baik terlalu jarang maupun terlalu sering—berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan.
“Saya berharap penelitian ini membuka wawasan dokter mengenai risiko dari jadwal BAB yang tidak teratur. Selama ini, frekuensi BAB yang tidak normal sering dianggap sebagai gangguan sepele,” ujar Gibbons kepada AFP.
Kategori Pola BAB dan Risikonya
Dalam penelitian ini, pola BAB peserta dikategorikan menjadi empat kelompok utama:
- Sembelit: 1–2 kali per minggu
- Rendah-normal: 3–6 kali per minggu
- Tinggi-normal: 1–3 kali per hari
- Diare: Lebih dari 3 kali per hari
Setiap kategori memiliki dampak berbeda terhadap kesehatan:
1. Sembelit: Risiko Racun dalam Darah dan Beban pada Ginjal
Ketika tinja tertahan terlalu lama di usus, mikroba usus akan kehabisan serat dan mulai memfermentasi protein. Proses ini menghasilkan racun seperti:
- p-Kresol Sulfat
- Indoksil Sulfat
Dua senyawa ini diketahui dapat membebani ginjal dan meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis.
2. Diare: Pengaruh terhadap Hati dan Peradangan
Sebaliknya, jika seseorang terlalu sering BAB atau mengalami diare, tubuh kehilangan terlalu banyak asam empedu. Padahal, asam empedu diperlukan untuk membantu pencernaan lemak. Jika jumlahnya terlalu sedikit, dapat menyebabkan: