Dunia Tegang! AS Kerahkan Kapal Induk ke Karibia, Isyarat Serangan ke Venezuela Kian Nyata

Trump Ancam Serang Venezuela
Sumber :
  • lifeworks

Situasi di kawasan Amerika Latin kembali memanas. Amerika Serikat (AS) dikabarkan akan mengirim gugus tempur kapal induk ke Laut Karibia, di tengah meningkatnya ketegangan dengan Venezuela. Langkah ini disebut-sebut sebagai bagian dari operasi besar untuk memerangi kartel narkoba di kawasan tersebut. Namun, di balik alasan itu, banyak pihak menilai Washington tengah mempersiapkan langkah militer terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

Kabar pengerahan ini disampaikan langsung oleh Juru Bicara Departemen Pertahanan AS, Sean Parnell. Ia mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Pete Hegseth telah memberikan instruksi resmi untuk mengirim kapal induk USS Gerald Ford, kapal terbesar dan tercanggih dalam armada Angkatan Laut AS, bersama lima kapal perusak (destroyer). Gugus tempur ini akan memperkuat Komando Selatan AS (USSOUTHCOM) yang bertanggung jawab atas operasi di kawasan Amerika Latin.

Menurut Parnell, kehadiran pasukan tambahan ini akan memperkuat kemampuan AS dalam “mendeteksi, memantau, dan menghentikan aktor serta aktivitas ilegal yang membahayakan keamanan nasional.” Dalam pernyataannya yang diunggah ke media sosial, ia menegaskan bahwa langkah ini bertujuan melindungi keselamatan warga Amerika Serikat dan menjaga stabilitas di Belahan Barat.

Namun, di lapangan, situasinya jauh lebih kompleks. Saat ini, AS telah memiliki sekitar 6.000 personel Angkatan Laut dan Marinir yang ditempatkan di kawasan Karibia. Mereka tersebar di delapan kapal perang yang segera bergabung dengan gugus tugas USS Gerald Ford. Selain itu, Washington juga dikabarkan menambah 4.500 personel militer tambahan, yang memperkuat dugaan bahwa operasi ini lebih dari sekadar patroli rutin.

Kapal induk USS Gerald Ford sendiri saat ini masih berada di Laut Mediterania. Meski begitu, para pengamat pertahanan memperkirakan kapal tersebut akan berlayar menuju Laut Karibia dalam waktu dekat. Belum ada jadwal resmi mengenai waktu kedatangannya, namun intensitas komunikasi militer AS di kawasan tersebut disebut meningkat signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Langkah ini muncul hanya beberapa hari setelah mantan Presiden AS, Donald Trump, memberikan pernyataan keras terhadap pemerintahan Venezuela. Trump mengaku telah memberikan otorisasi kepada badan intelijen CIA untuk menjalankan operasi rahasia di negara tersebut. Dalam wawancaranya, ia bahkan secara terbuka menyebut adanya “rencana serangan” terhadap wilayah Venezuela.