Bukan Dibunuh - Polisi Ungkap Penyebab Kematian Reno & Farhan di Gedung ACC yang Terbakar

Bukan Dibunuh - Polisi Ungkap Penyebab Kematian Reno & Farhan di Gedung ACC yang Terbakar
Sumber :
  • BBC

Gadget – Dua bulan setelah kerusuhan berdarah melanda kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, misteri keberadaan dua orang yang hilang akhirnya terungkap. Pada Jumat, 7 November 2025, Kepolisian Republik Indonesia secara resmi mengumumkan identifikasi dua kerangka manusia yang ditemukan di lantai dua Gedung ACC Kwitang sebagai Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan dua warga yang dinyatakan hilang sejak peristiwa demo ricuh pada akhir Agustus 2025.

Pengumuman ini menutup babak panjang spekulasi, kekhawatiran keluarga, dan tekanan publik terhadap transparansi penanganan kasus. Namun, sekaligus membuka pertanyaan baru: mengapa jenazah baru ditemukan setelah dua bulan? Apa yang sebenarnya terjadi di Gedung ACC saat kerusuhan? Dan bagaimana proses identifikasi ilmiah bisa memastikan identitas mereka dengan akurat?

Artikel ini menyajikan fakta lengkap berdasarkan keterangan resmi Polri, hasil forensik RS Polri Kramat Jati, kronologi penemuan, serta konteks kemanusiaan dari peristiwa yang kini menambah jumlah korban tewas menjadi 11 orang.

Identifikasi Ilmiah: DNA, Gigi, dan Bukti Sekunder yang Membuktikan Identitas

Tim forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati menggunakan pendekatan multidisiplin untuk mengidentifikasi kedua kerangka yang ditemukan dalam kondisi terbakar dan tertimpa puing.

Brigjen Sumy Hastry, Kepala Biro Laboratorium Kedokteran dan Kesehatan (Labdokkes) Polri, menjelaskan bahwa identifikasi dilakukan melalui empat metode utama:

  • Analisis antropologi forensik – pemeriksaan struktur tulang tengkorak dan panggul untuk menentukan jenis kelamin, usia, dan ras.
  • Pencocokan gigi post-mortem dan ante-mortem – perbandingan data gigi korban sebelum meninggal (dari rekam medis atau keluarga) dengan sisa gigi jenazah.
  • Uji DNA dari sampel tulang – metode paling akurat, terutama ketika jaringan lunak telah hancur akibat kebakaran.
  • Bukti sekunder – seperti perhiasan (kalung) dan aksesori pribadi (kepala ikat pinggang) yang ditemukan di lokasi.

“Hasil pemeriksaan DNA dan gigi post mortem 0080 cocok dengan Ante Mortem 002 sehingga teridentifikasi Reno Syahputra Dewo, anak biologis dari bapak Muhammad Yasin,” ujar Sumy. 

Sementara itu, kerangka kedua (Post Mortem 0081) dipastikan sebagai Muhammad Farhan melalui pencocokan

DNA tulang dan dukungan bukti sekunder. Kedua korban kini secara resmi teridentifikasi, mengakhiri ketidakpastian yang dialami keluarga selama lebih dari 70 hari.

Kronologi Penemuan: Mengapa Baru Ditemukan Setelah Dua Bulan?
Salah satu pertanyaan paling mengemuka adalah: mengapa jenazah tidak ditemukan saat olah TKP awal?

Menurut Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, AKP Roby Saputra, kondisi Gedung ACC setelah kebakaran sangat menghambat proses pencarian:

  • Jenazah tertimbun puing berat di lantai dua.
  • Sisa kebakaran menyatu dengan material bangunan, sehingga sulit membedakan jaringan tubuh dengan kayu atau plastik yang terbakar.
  • Bau kebakaran total menutupi bau khas jenazah, sehingga anjing pelacak pun tidak memberi respons signifikan.

Polisi telah melakukan dua kali olah TKP:

  • 2 September 2025: setelah laporan pemilik gedung, namun tidak ditemukan kerangka.
  • 19 September 2025: tim Laboratorium Forensik (Labfor) kembali menyisir lokasi, tetapi hasilnya tetap negatif.

Baru pada akhir Oktober 2025, saat tim melakukan pembongkaran lebih mendalam di lantai dua yang sebelumnya dianggap “tidak mungkin ada korban” dua kerangka ditemukan saling berdekatan, dalam posisi tertimpa reruntuhan.

“Mereka terjebak karena lantai dua itu diteralis (tertutup rapat), jadi tidak bisa melarikan diri,” jelas Kombes Budi Hermanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya. 

Penyebab Kematian: Bukan Pembunuhan, Tapi Terjebak Kebakaran

Polisi menegaskan bahwa Reno dan Farhan bukan korban pembunuhan atau kekerasan fisik. Mereka tewas akibat asfiksia dan luka bakar berat setelah terjebak di dalam gedung yang terbakar saat kerusuhan.

Budi Hermanto menjelaskan bahwa Gedung ACC menjadi titik sasaran massa karena adanya provokasi dari dalam gedung selama demo.

“Ada provokasi yang disampaikan sehingga gedung itu menjadi titik amuk yang dilakukan pembakaran,” katanya. 

Saat itu, anggota Brimob sedang dalam posisi bertahan menghadapi serangan massa. Dalam kekacauan tersebut, dua orang yang diduga berada di dalam atau mencoba berlindung di gedung tidak sempat keluar sebelum api melalap lantai dua.

Tidak ditemukan tanda kekerasan seperti luka tusuk, tembak, atau pukulan. Kondisi kerangka juga konsisten dengan korban kebakaran berat: kalsinasi tulang, keretakan termal, dan posisi fleksi khas (pugilistic attitude) akibat kontraksi otot saat terbakar.

Jejak Keberadaan Korban: Video Amatir dan Saksi Lapangan

Sebelum dinyatakan hilang, ada bukti visual yang menunjukkan keberadaan Reno dan Farhan di sekitar lokasi kerusuhan.

“Ada video amatir yang menunjukkan dua orang itu berada di sekitar lokasi kejadian,” kata Budi Hermanto. 

Meski polisi tidak bisa memastikan aktivitas spesifik mereka apakah demonstran, penonton, atau warga sekitar keberadaan mereka di kawasan Kwitang pada hari kejadian tidak diragukan. Ini memperkuat kaitan antara laporan orang hilang dan temuan kerangka.

Dampak Kemanusiaan: Jumlah Korban Tewas Bertambah Menjadi 11 Orang

Dengan teridentifikasinya Reno dan Farhan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan bahwa jumlah korban tewas dalam rangkaian unjuk rasa dan kerusuhan Agustus 2025 naik menjadi 11 orang.

“Sebelumnya ada sembilan korban di berbagai daerah, kini bertambah dua dari Jakarta,” ujar Komisioner Komnas HAM Saurlin P. Siagian. 

Komnas HAM menyerukan agar seluruh proses investigasi dilakukan secara transparan dan berperspektif HAM, termasuk evaluasi terhadap penggunaan kekuatan oleh aparat dan penanganan massa oleh pemerintah daerah.

Pertanyaan yang Belum Terjawab: Transparansi dan Pencegahan di Masa Depan

Meski identitas dan penyebab kematian telah diklarifikasi, beberapa kejanggalan masih menjadi sorotan publik:

  • Mengapa laporan orang hilang tidak segera dikaitkan dengan lokasi kebakaran?
  • Apakah ada kegagalan koordinasi antara kepolisian, pemadam kebakaran, dan tim SAR dalam pencarian korban?
  • Apakah Gedung ACC memiliki izin fungsi yang jelas, mengingat menjadi lokasi provokasi?

Pakar forensik dan aktivis HAM menekankan bahwa penanganan jenazah korban kerusuhan harus mengikuti protokol internasional, termasuk pencatatan rinci, penyimpanan bukti, dan komunikasi cepat dengan keluarga.

Kesimpulan: Keadilan Dimulai dari Kebenaran Ilmiah

Penemuan dan identifikasi Reno Syahputra Dewo serta Muhammad Farhan adalah kemenangan bagi ilmu forensik, ketekunan tim penyidik, dan kegigihan keluarga korban. Di tengah narasi simpang siur dan spekulasi, data DNA dan bukti antropologis menjadi penentu kebenaran.

Namun, keadilan tidak berhenti pada identifikasi. Ia harus berlanjut dalam bentuk evaluasi kebijakan keamanan, perlindungan warga sipil selama demo, dan jaminan bahwa peristiwa serupa tidak terulang.

Bagi keluarga Reno dan Farhan, kepastian ini membawa duka tapi juga akhir dari ketidakpastian yang menghantui. Dan bagi bangsa, ini adalah pengingat: dalam setiap kerusuhan, di balik asap dan amarah, ada manusia yang kehilangan nyawa dan hak mereka untuk diingat, dihormati, dan dipastikan keadilannya, tak boleh diabaikan.

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget