Bos Axie Infinity: Wallet Diretas, 3.200 ETH Lenyap!
- Canva
Gadget – Dua dompet kripto yang dimiliki oleh salah satu pendiri Axie Infinity, Jeff Zirlin, telah disusupi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Zirlin mengalami kerugian minimal 3.248 Ether senilai sekitar US$9,7 juta. Peristiwa peretasan yang menimpanya diungkapkan oleh tim penyelidik blockchain, Peckshield, melalui akun mereka (23/2).
Hacked or not hacked? @Ronin_Network
— PeckShieldAlert (@PeckShieldAlert) February 23, 2024
0x73f428e1037a310d472A24100dA37fB1d8dEC8B8
0x39F817976C51A91b60145feBad81067e69713105
0xA4017DE6460bD63a77404dd2C2344D6135eD13b2 https://t.co/WQxaY9n5OR pic.twitter.com/5KURCJAW77
PeckShield melaporkan bahwa 3.248 ETH di dalam dompet Zirlin telah berhasil direbut oleh pihak tidak dikenal.
Awalnya, peretasan ini dianggap terkait dengan kejadian di jembatan Ronin.
Namun, Aleksander Larsen, salah satu pendiri Ronin Network, menegaskan bahwa jembatan Ronin memiliki lapisan keamanan paling tinggi.
Oleh karena itu, Larsen juga mencurigai adanya peretasan pada dompet itu.
Kejanggalan ini pun ditegaskan oleh Zirlin melalui akunnya.
"Ini adalah hari yang sulit bagi saya. Dua dompet saya telah diretas," ujarnya.
Dia menegaskan bahwa peretasan tersebut hanya terjadi pada akun pribadinya dan tidak berdampak pada operasi Ronin atau aktivitas Sky Mavis, perusahaan di belakang Axie Infinity.
Meskipun tidak ada detail khusus yang dibagikan mengenai kronologi peretasan, pesan dari Zirlin menunjukkan bahwa kunci pribadi kedua dompet tersebut telah bocor, yang memungkinkan akses ilegal ke dalam dompet kripto pribadinya.
ETH yang dicuri kemudian ditransfer ke mixer Tornado Cash, menunjukkan niat peretas untuk mengaburkan jejak transaksi mereka, sehingga mempersulit pelacakan.
Ekosistem Axie Kembali Diretas
Peretasan terhadap Zirlin hanya menambah daftar panjang insiden peretasan yang terjadi dalam lingkungan Axie Infinity.
Sebelumnya, pada Maret 2023, sidechain Ronin yang menampung permainan blockchain Sky Mavis, Axie Infinity, juga menjadi sasaran serangan senilai US$625 juta.
Serangan tersebut ternyata dilakukan oleh kelompok Lazarus yang berbasis di Korea Utara.
Mereka berhasil mendapatkan akses tidak sah melalui serangan phishing berbasis email untuk menjalankan aksinya.
 
	         
             
           
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
     
     
     
     
     
                   
                   
                   
                   
                   
     
     
    