Mobil Listrik 2025: Mana yang Lebih Cuan, Beli atau Sewa Baterainya?

Sewa atau Beli Baterai
Sumber :
  • ilustrasi

Pertanyaan mengenai pilihan yang lebih menguntungkan antara mobil listrik dengan skema sewa baterai dan beli baterai (full ownership) semakin sering muncul sepanjang 2025. Hal ini wajar, sebab kedua opsi tersebut menawarkan keuntungan sekaligus risiko yang berbeda. Sementara itu, tren kendaraan listrik di Indonesia juga terus berkembang, sehingga masyarakat mencari pilihan paling ekonomis dan mudah digunakan.

Infinix Hot 12 Play Tawarkan Performa Stabil dan Layar Luas untuk Pengguna Aktif

Untuk memahami mana yang paling “worth it”, pembeli perlu melihat gaya pemakaian harian, jarak perjalanan, hingga rencana kepemilikan jangka panjang. Dengan begitu, keputusan yang diambil akan lebih tepat dan sesuai kebutuhan.

Sewa Baterai: Solusi Praktis untuk Pengguna Harian di Kota

Jangan Panik! Begini Cara Deteksi Kerusakan Kaki-Kaki Mobil Tanpa Bongkar Banyak

Salah satu keunggulan terbesar dari skema sewa baterai adalah biaya awal yang jauh lebih terjangkau. Karena baterai menjadi komponen termahal dalam mobil listrik, menghilangkan biaya tersebut dari harga pembelian membuat mobil listrik lebih mudah dijangkau. Contohnya, beberapa model seperti Polytron G3 menawarkan harga di bawah Rp 300 juta jika konsumen memilih skema tanpa baterai. Dengan cara ini, masyarakat yang ingin beralih ke kendaraan listrik tidak harus menanggung harga tinggi di awal.

Selain itu, skema sewa memberikan jaminan perlindungan terhadap risiko baterai. Seiring waktu, kapasitas baterai memang akan menurun, terutama setelah melalui ribuan siklus pengisian. Melalui skema sewa, penyedia baterai biasanya bertanggung jawab atas penurunan performa tersebut. Jika baterai mengalami degradasi signifikan, penyedia dapat menggantinya tanpa biaya tambahan. Keuntungan ini membuat pengguna tidak perlu cemas memikirkan biaya penggantian yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Indonesia Jadi Negara Pertama Dapat Arcfox T1 RHD, Begini Proses di Baliknya

Lebih jauh, skema sewa baterai sangat cocok untuk penggunaan jarak pendek atau harian dalam kota. Aktivitas seperti pergi ke kantor, antar-jemput anak, atau kebutuhan urban lain tidak menghabiskan kapasitas baterai secara ekstrem. Dengan kata lain, pengguna tidak perlu jarak tempuh panjang seperti mereka yang sering bepergian antar kota.

Selain praktis, sewa baterai juga dapat membantu konsumen menghadapi ketidakpastian nilai jual kembali mobil listrik. Karena kesehatan baterai ditanggung penyedia, risiko turunnya nilai mobil akibat baterai yang lemah bisa diminimalisir. Beberapa produsen bahkan memberikan jaminan performa sebagai bagian dari paket langganan baterai.

Secara keseluruhan, skema sewa lebih cocok bagi pembeli yang menginginkan biaya awal ringan, pemakaian fleksibel, serta bebas dari kekhawatiran soal kondisi baterai di masa depan.

Beli Baterai: Kebebasan Penuh dan Nilai Jangka Panjang

Berbeda dari sewa, membeli baterai memberikan kepemilikan total tanpa biaya tambahan bulanan. Setelah transaksi selesai, konsumen tidak lagi memikirkan iuran sewa baterai. Bagi sebagian orang, rasa memiliki sepenuhnya terhadap mobil merupakan nilai yang tidak bisa digantikan.

Pilihan beli baterai juga lebih masuk akal untuk pengguna yang sering berkendara jarak jauh atau antar kota. Dengan baterai sendiri, mereka tidak bergantung pada kebijakan penyedia, tidak terkait kontrak sewa, dan bebas menentukan kapan mengisi, kapan mengganti, serta bagaimana merawat baterai.

Untuk penggunaan jangka panjang, membeli baterai dapat lebih hemat, terutama jika performa baterai tetap stabil dalam beberapa tahun. Sebagian besar baterai mobil listrik modern sudah didesain untuk bertahan 8–10 tahun sebelum degradasi signifikan terjadi. Dengan perawatan yang benar, pemilik bisa menikmati kendaraan tanpa biaya tambahan.

Namun di sisi lain, membeli baterai berarti pemilik harus siap dengan risiko biaya besar bila baterai menurun. Harga penggantian baterai mobil listrik masih tergolong tinggi, sehingga pembeli perlu mempertimbangkan faktor ini.

Pilihan full ownership lebih cocok bagi mereka yang menginginkan kebebasan penuh, mobilitas tinggi, dan rencana menggunakan kendaraan dalam jangka panjang tanpa terikat layanan pihak ketiga.

Kekurangan dan Risiko di Kedua Opsi

Terlepas dari keunggulannya masing-masing, kedua skema ini tetap memiliki tantangan. Infrastruktur pengisian listrik, misalnya, masih berkembang dan belum merata di seluruh daerah. Pengguna yang memilih beli baterai harus memastikan akses charging tersedia, terutama jika tidak memiliki charger di rumah.

Selain itu, baterai memiliki umur pakai terbatas. Setelah beberapa tahun, kapasitasnya pasti menurun. Risiko ini lebih berat dirasakan oleh pemilik baterai, karena biaya penggantian sangat tinggi.

Di sisi lain, skema sewa juga menyimpan konsekuensi finansial. Jika pengguna sering menempuh perjalanan jauh atau intens, biaya langganan bulanan dan biaya pemakaian per kilometer bisa membengkak. Dalam kondisi tertentu, akumulasi biaya tersebut justru bisa lebih mahal dibanding membeli baterai.

Nilai jual kembali mobil listrik juga masih fluktuatif. Mobil dengan baterai menurun akan sulit dijual, sementara mobil dengan skema sewa bisa mengalami penilaian berbeda karena pembeli baru harus melanjutkan langganan baterai.

Mana yang Paling Worth It di 2025?

Jawabannya bergantung pada kebutuhan. Bila kamu mencari mobil listrik dengan harga terjangkau, pemakaian harian ringan, dan ingin bebas dari kekhawatiran degradasi baterai, maka sewa baterai adalah pilihan paling masuk akal.

Namun, jika kamu membutuhkan kebebasan penuh, sering bepergian jarak jauh, dan berencana memakai mobil bertahun-tahun, maka beli baterai tetap menjadi pilihan yang lebih tepat.