Dibalik Perebutan Crimea: Alasan Strategis dan Sejarah yang Membuatnya Kontroversial!
- Wikimedia
Gadget – Upaya negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina yang difasilitasi oleh Amerika Serikat (AS) terus mengalami kebuntuan. Salah satu isu utama yang membuat pembicaraan sulit mencapai kesepakatan adalah status Semenanjung Crimea—wilayah yang telah lama menjadi rebutan kedua negara.
Wilayah berbentuk berlian ini bukan hanya bernilai secara spiritual dan historis, tetapi juga memiliki pentingnya yang besar dalam bidang ekonomi dan militer. Letaknya yang strategis di persimpangan Eropa, Asia, dan Timur Tengah menjadikan Crimea sebagai pusat perhatian global.
Sejarah Panjang Perseteruan atas Crimea
Sejarah mencatat bahwa Crimea telah diperebutkan oleh banyak kekuatan besar selama ratusan tahun. Mulai dari Yunani kuno, Mongol, hingga Kekaisaran Ottoman, wilayah ini akhirnya dikuasai oleh Rusia pada tahun 1783. Namun, pada tahun 1954, Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev menyerahkan Crimea kepada Republik Soviet Ukraina sebagai bentuk solidaritas. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Crimea resmi menjadi bagian dari Ukraina merdeka.
Namun, pada tahun 2014, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk mencaplok Crimea dengan dalih "koreksi atas kesalahan sejarah." Langkah ini menuai kecaman dari sebagian besar negara di dunia, meskipun beberapa seperti Korea Utara dan Sudan memberikan dukungan terhadap tindakan Rusia.
Persoalan Geopolitik dan Militer
Bagi Rusia, Crimea lebih dari sekadar wilayah geografis. Putin pernah menyebutnya sebagai "kapal induk yang tak bisa tenggelam," merujuk pada pentingnya Armada Laut Hitam Rusia di pelabuhan Sevastopol. Kota ini merupakan basis operasi utama Rusia di Laut Hitam, yang memberikan akses langsung ke wilayah NATO seperti Romania dan Turki.