Pusat Data di Orbit? Google Siap Saingi Musk & Bezos dengan Project Suncatcher

Pusat Data di Orbit? Google Siap Saingi Musk & Bezos dengan Project Suncatcher
Sumber :
  • Google

Sebelum meluncur, Google menguji ketahanan TPU dalam simulasi radiasi orbit rendah Bumi menggunakan akselerator partikel dengan sinar proton 67 MeV. Hasilnya mengejutkan:

Android Masih Open-source? Aturan Baru Google Bisa Akhiri Era Sideloading dan F-Droid!
  • TPU dan CPU AMD bertahan selama simulasi 5 tahun tanpa kerusakan permanen
  • High Bandwidth Memory (HBM) menunjukkan kerentanan terhadap Total Ionizing Dose (TID), tetapi tingkat error-nya masih dapat diterima untuk inferensi AI

Artinya, meski bukan sempurna, arsitektur komputasi Google cukup tangguh untuk bertahan di lingkungan luar angkasa asalkan dilindungi dengan pelindung radiasi yang tepat.

Chrome Dapat Upgrade Gila! Gemini Terpasang, Selamat Tinggal Cara Browsing Lama!

Desain Sistem: 81 Satelit dalam Formasi Super-Rapat

Alih-alih membangun pusat data monolitik (struktur raksasa tunggal di orbit) yang menurut Google berisiko tinggi dan sulit dirakit Google memilih pendekatan modular dan skalabel:

Stop Beli Penyimpanan Tambahan! Ternyata Begini Cara Kosongkan Gmail dengan Mudah
  • 81 satelit kecil
  • Beroperasi dalam formasi berdekatan (radius ~1 km)
  • Mengorbit di ketinggian 650 km (LEO)
  • Menggunakan orbit sinkron matahari untuk paparan cahaya optimal

Setiap satelit akan dilengkapi:

  • Panel surya berdaya tinggi
  • Chip TPU Trillium
  • Sistem komunikasi optik antar-satelit

Formasi ini memungkinkan peningkatan daya komputasi secara bertahap, hingga mencapai skala terra-watt (TW) setara dengan ribuan pusat data di Bumi.

Tantangan Terbesar: Komunikasi Antar-Satelit Harus 10.000× Lebih Cepat

Di pusat data Google di Bumi, chip saling terhubung melalui Inter-Chip Interconnect (ICI) dengan bandwidth ratusan gigabit per detik per chip. Di orbit, koneksi antar-satelit saat ini hanya mampu 1–100 Gbps.

Untuk menyamai performa pusat data AI, Google membutuhkan 10 terabit per detik (Tbps) per sambungan 100 hingga 10.000 kali lebih cepat dari teknologi satelit komersial saat ini.

Solusinya? Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM), teknologi serat optik yang membagi sinyal cahaya menjadi banyak saluran. Namun, DWDM di luar angkasa membutuhkan:

  • Daya optik jauh lebih tinggi
  • Presisi penjajaran sinar ekstrem
  • Jarak antar-satelit sangat dekat (≤1 km)

Google memperkirakan, ini adalah tantangan rekayasa terbesar dalam Project Suncatcher lebih sulit daripada peluncuran atau ketahanan radiasi.

Biaya: Kapan Project Suncatcher Jadi Ekonomis?

Saat ini, biaya peluncuran ke LEO berkisar $1.500–$2.900 per kilogram. Untuk proyek sebesar Suncatcher, biaya itu harus turun drastis.

Google memperkirakan:

  • Biaya peluncuran harus turun ke ~$200/kg
  • Total biaya operasional (termasuk peluncuran ulang) harus setara dengan $570–$3.000 per kilowatt per tahun setara dengan pusat data di Bumi
Halaman Selanjutnya
img_title