KORIKA Sebut AI Tidak Gantikan Manusia, Namun Tantangannya Ini!

Forwat Group Discussion
Sumber :
  • Sarie/GadgetViva

Gadget – Selama ini, kekhawatiran yang beredar di masyarakat adalah AI yang bisa menggantikan manusia dalam mengerjakan pekerjaan. Namun ternyata hal itu terbantahkan. Menurut punggawa dari Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Indonesia (KORIKA), Sri Safitri mengungkapkan hal ini dalam Forwat Group Discussion yang diselenggarakan kemarin, di Jakarta. Menurutnya, kehadiran AI perlu disikapi sebagai peluang baru yang seharusnya dapat membuka lapangan kerja baru. 

Xiaomi Luncurkan Mesin Cuci Pintar Mijia: Bisa Cuci Otomatis Pakai AI & Hemat Listrik

"Jadi bukan manusianya yang digantikan, tapi mereka yang tidak menguasai AI akan digantikan. Makanya, penting untuk melakukan penguatan kualitas SDM yang dimulai dari sistem pendidikan sebelum AI diterapkan secara masif di level ketenagakerjaan," ujar perempuan yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partnership KORIKA.

Hal yang sama juga dinyatakan Ekonom dari CELIOS, Nailul Huda. Menurutnya, sudah bukan hal yang sulit lagi untuk mulai mempelajari apa itu AI. Malah, kata dia, pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mampu mendongkrak perekonomian Indonesia. Hal ini menurutnya berkaca pada tren penggunaan ponsel dan konsumsi internet yang semakin meningkat tahun ke tahun.

Cari Kerja Makin Gampang! Ini 5 Cara Cerdas Manfaatkan ChatGPT untuk Temukan Karier Impian

AI Robot

Photo :
  • Unsplash

“Penggunaan teknologi itu semakin masif ada di masyarakat Indonesia. Nah ini nanti bisa jadi ke depan AI ini bukan hanya enabler, tapi sebagai pemain penting untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita. AI tak hanya terdiri dari ChatGPT atau deepseek, namun juga merambah ke berbagai platform seperti pembayaran digital dan bahkan diprediksi akan meningkat pada 2025,” ujar Nailul Huda di tempat yang sama.

Grok 4 Diluncurkan: AI Canggih Elon Musk yang Diklaim Kalahkan Gelar PhD

Lebih lanjut Sri Safitri mengatakan jika meski berpotensi mendorong transformasi besar, pengembangan AI di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang masih terbatas. Hingga saat ini, jumlah individu yang memiliki keahlian dalam bidang AI masih sangat sedikit. Bahkan, program studi khusus AI di Indonesia baru dimulai.

“Selain itu, keterbatasan infrastruktur digital juga menjadi hambatan besar. Kemudian, kurangnya pendanaan dan riset & pengembangan (R&D). Dari sisi regulasi, Indonesia juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan data dan kebijakan terkait AI. Terakhir, keterbatasan akses terhadap teknologi,” ungkap dia.

Nailud Huda menambahkan, adopsi AI yang tumbuh pesat di sektor finansial dan ekonomi digital menunjukkan bahwa teknologi ini telah menjadi tulang punggung transformasi ekonomi. Dengan dukungan strategi pemerintah, kolaborasi industri, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja, AI dapat memberdayakan Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.”

Meski berpotensi mendorong transformasi besar, pengembangan AI di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Pemerintah berperan strategis dalam mendorong pengembangan AI di tingkat nasional, melalui regulasi yang mengatur AI dan tata kelolanya guna memaksimalkan manfaat besar AI sekaligus meminimalkan resikonya.

Insaf Albert Tarigan, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan menegaskan, “Diperlukan penyempurnaan strategi pemanfaatan AI nasional yang dapat berfungsi sebagai blueprint panduan bagi pemerintah dan sektor swasta dalam mengadopsi, mengembangkan, serta mengimplementasikan AI. Dengan kebijakan yang tepat, pemerintah dapat memaksimalkan potensi kerja sama dengan mitra global, mencakup transfer teknologi, investasi, dan penelitian bersama. Kolaborasi semacam ini akan mempercepat adopsi teknologi canggih, membuka akses ke sumber daya global, dan memperkuat kedaulatan teknologi Indonesia.”

Di Indonesia sendiri, penguatan kedaulatan AI eloknya dilakukan dengan mendorong lebih banyak sektor beralih dari fase Taker ke fase Shaper dan Maker. Sebagai contoh, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) tidak hanya memanfaatkan AI untuk bisnis seperti peningkatan layanan pelanggan dan kinerja jaringan, tetapi juga aktif membangun ekosistem AI inklusif melalui pengembangan talenta, pelatihan, serta kolaborasi strategis demi pemerataan akses teknologi AI di berbagai sektor.

Selain Indosat yang telah mengadopsi teknologi AI melalui berbagai inovasi seperti Sahabat-AI, Indosat AI Experience Center, dan Digital Intelligence Operation Center (DIOC), sejumlah perusahaan lain juga turut memanfaatkan AI. GoTo, misalnya, menggunakan AI untuk mempersonalisasi preferensi pelanggan dan memprediksi permintaan. Sementara itu, Kata.ai mengembangkan solusi AI untuk menciptakan interaksi pelanggan melalui percakapan otomatis. Di sektor pemerintahan, teknologi AI juga mulai umum digunakan, antara lain untuk otomatisasi layanan publik dan moderasi konten oleh Komdigi.

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget