Pemadaman Massal di Eropa: Cuaca Ekstrem Sebabkan Kekacauan Sistem Kelistrikan
- Pixabay
Spanyol, sebagai negara yang berambisi menjadi pemimpin dalam penggunaan energi terbarukan, sangat bergantung pada sumber energi seperti angin dan matahari. Namun, energi terbarukan sangat rentan terhadap perubahan cuaca. Ketika cuaca tidak mendukung, seperti dalam kasus ini, pembangkit listrik terbarukan tidak dapat menghasilkan daya yang cukup untuk menjaga kestabilan jaringan.
Apa yang Dapat Dipelajari Indonesia dari Insiden Ini?
Jika dilihat dari sistem kelistrikan Indonesia, risiko terjadinya pemadaman massal akibat cuaca ekstrem sangat kecil. Bauran energi terbarukan (EBT) di Indonesia saat ini baru mencapai 13% dari total produksi listrik nasional, dengan mayoritas masih bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang lebih stabil.
Namun, insiden pemadaman listrik ini bisa menjadi peringatan dini bagi Indonesia. Seiring dengan meningkatnya penggunaan energi terbarukan, terutama menjelang target 23% EBT pada tahun 2025, tantangan serupa bisa saja terjadi jika sistem kelistrikan Indonesia tidak dipersiapkan dengan matang. Sistem smart grid dan penyimpanan energi (energy storage) yang lebih canggih perlu dikembangkan untuk mengantisipasi fluktuasi yang dapat mengganggu pasokan listrik.
Mengantisipasi Tantangan Transisi Energi: Pelajaran dari Eropa
Insiden ini mengungkapkan tantangan besar dalam transisi energi global. Spanyol yang telah berhasil mencapai 56% bauran energi hijau, menargetkan 81% pada tahun 2030, namun menghadapi kerentanannya terhadap cuaca ekstrem. Energi terbarukan seperti angin dan matahari sangat dipengaruhi oleh variasi cuaca, dan sangat penting untuk memiliki teknologi yang dapat menyeimbangkan jaringan kelistrikan agar tidak terjadi pemadaman massal.
Di sisi lain, Portugal dan Prancis juga menghadapai risiko yang sama karena ketergantungan mereka pada jaringan yang saling terhubung di seluruh Eropa. Oleh karena itu, pengembangan sistem penyimpanan energi yang lebih baik dan pembangkit listrik berbasis EBT yang lebih stabil harus menjadi prioritas dalam kebijakan energi global.