Cukup Tes Darah, Alzheimer Bisa Terdeteksi Sejak Dini! Norwegia Jadi yang Pertama
- Alodokter
Temuan Mengejutkan: 1 dari 3 Lansia di Atas 70 Tahun Alami Perubahan Otak Alzheimer
Studi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Universitas Stavanger menganalisis lebih dari 11.000 sampel darah dari warga Norwegia berusia 57 tahun ke atas. Hasilnya mengungkap prevalensi yang jauh lebih tinggi daripada estimasi sebelumnya:
- 33% orang berusia 70–79 tahun menunjukkan biomarker Alzheimer positif
- Lebih dari 60% pada kelompok usia di atas 90 tahun
Yang menarik, tidak semua orang dengan biomarker positif mengalami gejala demensia. Ini memperkuat konsep “preklinis Alzheimer” fase di mana otak sudah mengalami perubahan patologis, tetapi fungsi kognitif masih utuh berkat cadangan kognitif (cognitive reserve).
Temuan ini penting karena menunjukkan bahwa jendela intervensi dini jauh lebih lebar daripada yang diperkirakan. Dengan deteksi dini, pasien bisa:
- Mengubah gaya hidup (diet, olahraga, tidur)
- Memantau perkembangan secara berkala
- Menjadi kandidat terapi penundaan progresi
Mengapa Tes Darah Ini Lebih Unggul dari Metode Sebelumnya?
Sebelum adanya tes darah, diagnosis pasti Alzheimer memerlukan salah satu dari dua metode:
- Tusukan lumbal (lumbar puncture): mengambil cairan tulang belakang untuk mengukur beta-amiloid dan tau. Prosedur ini invasif, bisa menyebabkan sakit kepala pasca-pungsi, dan memerlukan tenaga medis terlatih.
- PET scan otak: sangat akurat, tetapi biayanya bisa mencapai puluhan juta rupiah dan tidak tersedia di banyak rumah sakit.
Tes darah baru ini menawarkan tiga keunggulan utama:
- Minim invasi: cukup ambil darah dari vena lengan
- Biaya jauh lebih rendah: diperkirakan 10–20% dari biaya PET scan
- Skalabilitas tinggi: bisa dilakukan di laboratorium klinik biasa
- Rencana Perluasan ke Dokter Umum: Langkah Menuju Skrining Massal
Saat ini, tes darah Alzheimer di Norwegia hanya tersedia di rumah sakit tersier untuk pasien dengan gejala kognitif. Namun, Kementerian Kesehatan Norwegia sedang menggodok rencana untuk mengintegrasikan tes ini ke layanan primer, sehingga dokter umum (GP) bisa memesankannya secara rutin bagi pasien lansia berisiko tinggi.
Jika terealisasi, Norwegia akan menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan skrining populasi untuk biomarker Alzheimer mirip dengan skrining kanker atau diabetes.
Langkah ini berpotensi:
- Mengurangi beban sistem kesehatan jangka panjang
- Mempercepat rujukan ke spesialis neurologi
- Meningkatkan partisipasi dalam uji klinis terapi baru